Drama Menelaah Komponen Kesastraan dalam Teks

Berinteraksi dalam Lingkungan Sosial 233

E. Menelaah Komponen Kesastraan dalam Teks

Drama Setelah mengikuti pembelajaran ini, kalian diharapkan dapat menulis cerpen menggunakan sudut pandang orang ketiga berdasarkan realitas sosial.

1. Drama

Drama sebagai salah satu bentuk karya sastra juga berisi kisah hidup manusia dengan berbagai permasalahannya. Perbedaannya dengan puisi maupun prosa, ialah sudut peyajiannya. Drama tidaklah hanya membicarakan sesuatu melalui naskah saja, melainkan mempertontonkan permasalahan itu dengan tiruan gerak dan laku tokoh. Tanpa dilakonkan, tanpa dipertontonkan , maka sebuah naskah drama bukanlah drama. Dengan kata lain, drama adalah cerita atau tiruan perilaku manusia yang dipentaskan. Drama itu berbeda dengan prosa dan puisi karena dimaksimalkan untuk dipentaskan. Pementasan itu memberikan kepada drama sebuah penafsiran kedua. Sang sutradara dan para pemain menafsirkan teks, sedangkan para penonton menafsirkan versi yang telah ditafsirkan oleh para pemain. Pembaca yang membaca teks drama tanpa menyaksikan pementasannya mau tidak mau membayangkan alur peristiwa di atas panggung. Pengarang drama pada prinsipnya memperhitungkan kesempatan ataupun pembatasan khas, akibat pementasan. Maka dari itu, teks drama berkiblat pada pementasan. Contoh teks drama: Waktu itu seputar jam 10.00, si bapak yang sudah lanjut usia, jalan hilir-mudik dengan membawa beban persoalan yang terus- menerus merongrong pikirannya. Bapak : Dia, putra sulungku. Si anak hilang telah kembali pulang. Dan sebuah usul diajukan, mengungsi ke daerah pendudukan yang serba aman tenteram. Hem ya ya, usulnya dapat kumengerti. Karena ia sudah terbiasa bertahun hidup di sana. Dalam 234 Bahasa Indonesia XI Program Bahasa sangkar. Jauh dari deru prahara. Bertahun mata hatinya digelap-butakan oleh nina-bobok, lelap-buai si penjajah. Bertahun semangatnya dijinakkan oleh suap roti-keju. Celaka, oo, betapa celaka nian. Si bungsu senyum mendatang Bungsu : Ah, Bapak rupanya lagi ngomong seorang diri. Bapak : Ya anakku, terkadang orang lebih suka ngomong pada diri sendiri. Tapi, bukankah tadi kau bersama Abangmu? Bungsu : Ya. Sehari kami tamasya mengitari seluruh penjuru sekali, kami tidak berhasil menjumpai Mas... Bapak : Tunanganmu? Bungsu : Ah, dia selalu sibuk dengan urusan kemiliteran melulu. Bahkan ketika kami mendatangi asramanya, ia tidak ada Kata mereka, ia sedang rapat dinas. He heh, seolah-olah seluruh hidupnya tersita untuk urusan-urusan militer saja. Bapak : Kita sedang dalam keadaan darurat perang, Nak. Dan dalam keadaan begini bagi seorang prajurit kepentingan negara ada di atas segala. Bukan saja seluruh waktunya, bahkan juga jiwa raganya. Tapi, eh, mana abangmu sekarang? Bungsu : Oo, rupanya dia begitu rindu pada bumi kelahirannya. Seluruh penjuru kota dipotreti semua. Tapi kurasa Abang akan segera tiba. Dan sudahkah Bapak menjawab usul yang diajukannya itu? Bapak : Itulah, itulah yang hendak kuputuskan sekarang ini, Nak. Bungsu : Nah itulah dia

2.. Komponen Drama