Mempresentasikan Isi Resensi Buku

24 Bahasa Indonesia XI Program Bahasa L atihan 2.1 Demikian kiranya yang dapat saya sampaikan pada kesempatan ini, akhirnya dengan mengucap “Bismilahirrahmanirrahim”, seraya memohon ridho Allah swt, Tuhan Yang Maha Agung, Diklat Emotional Spiritual Quotient ESQ Perduli Pendidikan II Tahun 2007 di kota Tarakan, secara resmi saya nyatakan dimulai. Semoga Allah swt, senantiasa memberikan kekuatan iman kepada kita sekalian dalam menuju keridhoan-Nya, Amin. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Sumber: http:www.tarakankota.go.id Setelah mendengarkan pembacaan sambutan Walikota Tarakan, kalian dapat menemukan pokok-pokok isi sambutan tersebut. 1. Tulislah pokok-pokok isi sambutan ke dalam beberapa kalimat 2. Setelah mengetahui pokok-pokok isi sambutan, berilah tanggapan bisa berupa saran atau kritik terhadap isi sambutan tersebut dengan bahasa yang baik dan benar

B. Mempresentasikan Isi Resensi Buku

Setelah mengikuti pembelajaran ini, kalian diharapkan dapat menyampaikan uraian isi resensi buku yang dibaca secara lisan menggunakan kalimat efektif. Pernahkan kalian membaca resensi buku di surat kabar? Apa saja unsur resensi yang kalian ketahui? Adakah ringkasan isi buku dalam resensi tersebut? Dalam menyampaikan sesuatu, misalnya sinopsis isi buku dalam resensi yang telah dibaca, kita harus menggunakan kalimat efektif. Mengapa harus kalimat efektif? Tahukah kalian apa itu kalimat efektif? Unsur resensi secara garis besar meliputi identitas buku dan sinopsis buku. Saat kita menyampaikan sinopsis suatu buku yang kita baca harus Kemajuan Pendidikan dan Teknologi 25 menggunakan kalimat efektif. Kalimat efektif adalah kalimat yang menyampaikan atau menginformasikan pesanide secara tepat dan tidak menimbulkan salah tafsir. Ciri kalimat efektif antara lain harus jelas subjek dan predikatnya, kata yang digunakan tidak berlebihan, dan unsur kalimat memiliki hubungan yang logis atau dapat diterima oleh akal sehat. Bacalah dengan saksama sinopsis buku yang tertuang dalam resensi berikut ini Kepemimpinan yang Melayani Begitu banyak buku tentang kepemimpinan, manajemen dan pengembangan diri dewasa ini sehingga tidak mudah untuk menyusun sebuah buku yang luar biasa menarik di bidang itu. Tetapi, buku Servant Leadership Kepemimpinan Pelayanan jadi menarik terutama pada situasi di mana upaya menjadi pemimpin identik dengan pertarungan menggapai kekuasaan. Konsep servant leadership secara sistematik pertama kali di ulas oleh Robert K Greenleaf yang mengungkapkan bahwa kepemimpinan pelayan adalah model kepemimpinan yang memprioritaskan pelayanan kepada pihak lain, baik kepada karyawan perusahaan, anggota organisasi, pelanggan, maupun kepada masyarakat sekitar. Dalam konteks ini, kepemimpinan pelayanan bisa dinilai sebagai sebuah filosofi baru kepemimpinan, ketika fokusnya adalah pihak lain di luar lingkaran individu pemimpin. Reaksi yang mungkin muncul terhadap konsep ini adalah betapa terlalu altruistik atau self-less-nya konsep ini sehingga seakan-akan bertentangan dengan naluri manusia yang memang cenderung mengikuti egonya self fish dan menomorduakan sekitarnya dalam mencapai tujuan. Sebuah reaksi skeptis yang sah saja ketika melihat situasi bangsa di mana akar permasalahan adalah pertarungan antarkelompok yang mementingkan diri dan golongan masing- masing. Akan tetapi, jika kita mencoba melongok kembali ke hakikat Judul : Servant Leadership : The Calling to Fulfill Your Life’s Breatness Penulis : Donald Lantu, Erich Pesiwarissa, Augusman Rumahorbo. Penerbit : Gradien Books Cetakan : I, 2007 Tebal : xiv + 166 halaman 26 Bahasa Indonesia XI Program Bahasa manusia sebagai ciptaan Tuhan yang mulia, sesungghnya manusia akan secara naluriah mengadopsi kepemimpinan pelayan yang mengenali kehormatan dan pentingnya nilai setiap individu sebagai ciptaan Tuhan yang mulia. Dengan mengupayakan agar individu di sekitarnya mendapatkan kemajuan, manusia akan mencapai fitrahnya sebagai makhluk Tuhan. Dalam konteks Indonesia yang multikultural dan multireligi sangat penting untuk menggali potensi kepemimpinan yang berakar pada berbagai agama yang dianut oleh warga negaranya. Kepemimpinan pelayan yang berakar kuat pada berabgai ajaran agama bisa merekatkan tali silaturahmi antarberbagai elemen bangsa, ketika menyadari bahwa konsep kepemimpinan yang dirindukan sesungguhnya berakar pada pohon yang sama, betapa pun berbeda ideologi politik yang dianut. Reaksi selanjutnya yang mungkin timbul adalah skeptisisme apakah gagasan kepemimpinan pelayan yang lekat dengan spiritualisme ini bisa diterapkan dalam dunia modern masa kini yang sarat dengan nuansa materialisme. Terlebih lagi, dalam konteks Indonesia kontemporer yang penuh dengan paradoks. Paradoks yang timbul ketika sistem nilai feodalistik sebagai salah satu ciri bangsa timur, bertemu dengan iklim kompetisi yang sangat dinamis terkadang penuh intrik dan tak jarang mengabaikan etika sebagai dampak globalisasi yang sangat cepat merasuki setiap sendi kehidupan. Wajar saja ketika orang skeptis bahwa bangsa Indonesia yang memiliki jarak kuasa tinggi antara pemimpin dan pengikut akan bisa menerima bahwa seorang pemimpin sesungguhnya tidak memiliki kekuasaan tersebut, tetapi semata menjalankan kekuasaan yang berasal dari pengikut. Begitu banyak bukti, baik dalam politik maupun bisnis, menjadi pemimpin di Indonesia membutuhkan dukungan kapital, personal dan organisasi yang sangat masif, sehingga penggalangan dukungan menggunakan segala cara. Tidak aneh jika nantinya, pola kepemimpinan demikian akan lebih mengutamakan pemenuhan konsesi politik ketimbang melayani pengikutnya. Ego yang besar dalam diri kebanyakan pemimpin kita juga membuat publik skeptis terhadap mampu tidaknya kepemimpinan Kemajuan Pendidikan dan Teknologi 27 pelayan menjadi pedoman bagi etika pemerintah dan bisnis di Indonesia. Ketika sangat sulit bagi Presiden sebagai pemimpin yang dipilih rakyat untuk menjalankan tugas pemerintah dan anggota DPR sebagai wakil yang dipilih rakyat untuk menyuarakan aspirasi untuk dudul bersama mencari solusi bagi suatu permasalahan, tentu orang akan pesimistis bahwa para pemimpinan dan wakil rakyat ini bisa mengedepankan pelayanan kepada rakyat, terutama dalam kultur feodalistik bangsa ini. Dalam hal ini, kita beruntung bahwa demokratisasi dan reformasi hasil gerakan moral tahun 1998 telah sedikit demi sedikit mengikis feodalisme ini menuju masyarakat yang lebih egalitarian. Juga belum habis contoh praktik bisnis yang tidak didasari prinsip corporate social responsibility CSR ketika bencana banjir lumpur Lapindo memberikan penderitaan yang tak berkesudahan bagi warga sekitarnya. Jangankan berpikir bagaimana caranya menginternalisasi CSR sebagai bagian integral strategi perusahaan untuk menjadi tindakan preventif terhadap bencana di atas, untuk bertindak cepat dalam mengatasi permasalahan korban pun tidak bisa dilakukan dengan baik. Dengan cermatnya buku ini menjawab kekhawatiran di atas dengan memberikan bukti-bukti empiris para pemimpin bangsa ini yang menerapkan filosofi kepemimpinan pelayanan dalam mengelola pemerintah dan perusahaan. Mungkin mereka banyak berada pada tingkat lokal dan bukan dalam tataran nasional, justru kearifan lokal semacam ini yang memberikan optimisme bahwa potensi kepemimpinan tanpa kesemena-menaan di bangsa ini dapat tumbuh di mana-mana. Contoh-contoh seperti Bupati Subang Eep Hidayat, pengusaha real estat Fauzi Saleh, perusahaan Bogasari Flour Mills, dan Hard Rock Café menjadi menarik untuk dipelajari lebih lanjut. Penggalian terhadap nilai-nilai yang mereka anut dalam menjalankan pemerintahan dan usaha berdasarkan konsep kepemiminan pelayanan menjadi pelajaran berharga yang layak disimak setiap pembaca buku ini. Sumber: Kompas, 26 Agustus 2007 28 Bahasa Indonesia XI Program Bahasa L atihan 2.2 1. Tulislah isi resensi yang telah kalian baca dengan kalimat yang efektif Kemudian presentasikan di depan teman-teman kalian 2. Berilah tanggapan terhadap isi resensi yang telah kalian baca Sampaikan secara lisan di depan kelas 3. Pesan apa yang terkandung dalam resensi buku” Kepemimpinan yang Melayani”? 4. Bagaimana relevansi isi buku dengan fenomena kepemimpinan saat ini? Jelaskan pendapatmu 5. Setujukah kamu dengan isi buku yang menyatakan bahwa “Kepemimpinan pelayan adalah model kepemimpinan yang memprioritaskan pelayanan kepada bawahan”? Jelaskan jawabanmu dengan alasan yang logis

C. Membaca Biografi Tokoh