Gaya bahasa LatarSetting Dialog Kategori jenis drama

108 Bahasa Indonesia XI Program Bahasa

A. Mengidentifikasi Unsur Intrinsik Drama

Setelah mengikuti pembelajaran ini, kalian diharapkan dapat mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik drama. Unsur Intrinsik Drama Sebagai suatu karya sastra, drama memiliki unsur intrinsik antara lain sebagai berikut.

1. Perwatakan

Tokoh dan perwatakan merupakan hal yang penting dalam drama karena tanpa perwatakan tidak akan ada cerita atau plot. Ketidaksamaan watak melahirkan pergeseran, tabrakan kepentingan, dan konflik yang kemudian melahirkan cerita.

a. Tokoh protagonis

Tokoh utama yang ingin mengatasi berbagai persoalan yang dihadapi dalam mencapai cita-cita.

b. Tokoh antagonis

Tokoh yang melawan cita-cita protagonis.

c. Tokoh tritagonis

Tokoh pihak ketiga yang berpihak pada kubu tertentu atau berada di luar keduanya. Perwatakan dilukiskan lewat dialog dan perbuatan. Dialog dan perbuatan harus mampu mengungkapkan perwatakan baik lewat tokoh lain maupun tokoh itu sendiri. Semuanya merupakan sebab akibat yang masuk akal.

2. Gaya bahasa

Gaya bahasa dapat lahir dari sudut pandang pengarang maupun cara memanfaatkan peralatan ekspresinya untuk menyampaikan pandangannya. Selain itu, gaya dapat juga tampil karena pengaruh jiwa suatu zaman. Gaya erat hubungannya dengan watak seniman, kebangsaan, agama, falsafah pandangan hidup, dan lain-lain. Perjalanan Hidup Manusia 109 3. Tema Dalam suatu skenario harus ada pokok pikiran atau pokok permasalahan yang hendak diutarakan pengarang. Karena, skenario yang tidak jelas pokok pikirannya maka plotnya pun tidak menentu.

4. LatarSetting

Latar adalah segala keterangan mengenai waktu, ruang, dan suasana ter jadinya peristiwa dalam karya sastra. Latarsetting terdiri dari: a. Latar sosial, yaitu gambar kehidupan masyarakat dalam segala tindakan yang disesuaikan dengan waktu, tempat, dan suasana latar waktu, latar tempat, dan latar suasana. b. Latar material, yaitu gambaran benda-benda yang mendukung cerita.

5. Dialog

Dialog merupakan unsur penting dalam drama. Yang membedakan drama dengan bentuk karya sastra lain adalah adanya dialog dalam naskah drama. Para pelaku atau tokoh drama bercakap- cakap untuk menggambarkan cerita. Percakapan itulah yang dinamakan dialog.

6. Kategori jenis drama

Sebelum menulis naskah drama, seseorang harus mengarahkan dialog atau skenarionya dalam suatu bentuk berikut: a. Tragedi , dialog diwujudkan dalam bentuk dramatik dengan kejadian yang menimbulkan takut, ngeri, menyedihkan, dan sebagainya b. Komedi , tujuan menghibur penonton dengan lelucon. Ini tergantung pada kemampuan melucu sang tokoh dalam dialog. c. Melodrama , drama ini menekankan segi kekerasan, ketegangan, dan misteri, seperti cerita-cerita detektif. d. Force , drama ringan sekedar untuk mengundang gelak tawa dengan gerak laku. Dalam drama ini banyak kita temukan hal- hal yang tidak masuk akal. e. Satire , kelucuan dalam hidup yang ditanggapi dengan kesungguhan, biasanya digunakan untuk melakukan kecaman atau kritikan terselubung. 110 Bahasa Indonesia XI Program Bahasa Perhatikanlah kutipan naskah drama berikut ini Bagian Kedua Baju putih kecipratan darah. Syeh Siti Jenar dan Sultan Demak, Raden Patah, berada di balai agung keraton. Menanti pahlawan pulang perang dari palagan Pengging. Teriakan Khalayak Pahlawan Jubah Putih kecipratan darah, wahai. Hidup pahlawan. Hidup pahlawan. Mampus pemberontak. Gong Sultan Prajurit Wirobojo pulang dari medan palagan Pengging. Kemenangan-kemenangan. Kejayaan. Teriakan Hidup, Sunan Kudus, sang pahlawan. Mampus, Kebo Kenongo, sang pemberontak. Sunan Kudus muncul, berpelukan dengan Sultan Siti Jenar teriak Wahai, Sunan Kudus yang tiada kudus, pahlawan jubah putih, wahai Jubah Putih kecipratan darah, wahai alangkah indah, wahai. Gong Yang nongol I teriak Hidup, wahai. Mampus, wahai. Tuhan bersama kita. Siti Jenar Tuhan juga bersama pemberontak, wahai Tuhan punya semua, tidak pilih kasih, wahai Gong Sunan Kudus Berhenti. Berhenti. Gong berhenti. Ini upacara penghormatan atau penghinaan? Perjalanan Hidup Manusia 111 Siti Jenar Keduanya. Sultan Syeh Siti Jenar mewakili para wali mengucapkan madah. Siti Jenar Bagi siapa? Sultan Bagi yang hidup dan mati. 2 Siti Jenar Menghadap alam peteng Wahai, para mati, tilas prajurit Demak. Apabila kalian semua disebut pahlawan adalah karena kalian mati demi yang hidup; tidak terkecuali para pengecut, penjilat, penjinah, copet, maling, dan pepe lainnya. Semuanya pahlawan. Yang Nongol Amiiin Siti Jenar Namun kalian jangan terlampau bangga dengan sebutan itu, karena ijazah pahlawan tidak laku di alam baka. Yang Nongol Amiiiin Siti Jenar Apabila nama kalian ditulis pada prasasti, rontal, lingga pula, jaya stambha, atau bangunan suci, adalah sekedar memperingatkan yang hidup agar tidak lupa dirinya. Yang Nongol Amiiiin Siti Jenar Apabila diadakan upacara memperingati kepahlawananmu, itupun hanya bentuk lain dari pemujaan bagi diri mereka yang hidup. Yang Nongol Amiiiin 112 Bahasa Indonesia XI Program Bahasa Siti Jenar Mereka ciptakan upacara-upacara sebagai pewarisan kebiasaan, agar diri mereka dipuja oleh angkatan mendatang. Yang Nongol Amiiiin Siti Jenar Wahai, para mati, bekas prajurit Pengging di alam kelanggengan. Bagi yang kalah tidak ada sebutan pahlawan, meskipun engkau kaum yang jujur misalnya. Yang Nongol Amiiiin Siti Jenar Karena di tangan pemenanglah sejarah tergenggam. Yang Nongol Amiiiin Siti Jenar Namun jangan berkecil hati. Sebutan bukan pahlawan tidak akan menhilangkan jatah pahala di alam baka. Yang Nongol Amiiiin Siti Jenar Begitulah Yang Mulia, para mati, kata pahlawan mendapat kedudukan yang terhormat dalam sejarah manusia. Karena ia selalu dibutuhkan untuk mengesahkan sejarah itu sendiri bagi mereka yang hidup. Yang Nongol Amiiiin Siti Jenar Mungkin kini aku pun bukan sedang bicara padamu, yang telah mati, tapi kepada yang hidup. Yang Nongol Oo, Amiiiin Perjalanan Hidup Manusia 113 Siti Jenar Bagi kalian semua yang mati dalam pertempuran Pengging, aku berdoa, atas nama yang menyuruh kalian untuk mati, meskipun amal kalian lebih berarti daripada doaku. Tuhan, Ampuni dosa-dosa mereka, dosa pada-Mu, pada sesamaning gesang, pada dirinya, dosa yang besar dan kecil, dosa disengaja dan tidak disengaja, …. Berilah suasana-suasana yang sesuai dengan amal hidup mereka. Amin. Yang Nongol Amiiiin Siti Jenar Kalian dengar, aku memohonkan bagi kalian suasana-suasana, bukan surga. Karena surga dan neraka bukan suatu tempat yang nyata seperti Mekah atau Peing, tapi sekedar nama suasana-suasana itu sering datang padaku. Kilatan mimpi. Yang Nongol Amiiiin Yang Nongol II Upacara yang bagus. Wajar. Yang Nongol III Sekarang dilanjutkan dengan ramah-tamah, dan menikmati hidangan ala kadarnya. Yang Nongol Setujuuuu Sunan Kudus Tidak. Bidah. Dolalah Para yang nonggol menutup mulut dengan tangan Sunan Kudus Kebo Kenongo telah dilenyapkan, Sultan. Siti Jenar Dan kini sultan jadi Kebo Kenongo. Sultan Apa? 114 Bahasa Indonesia XI Program Bahasa L atihan 6.1 Siti Jenar Bagi gelisahnya. Begini. Dalam mencari dirinya, Kebo Kenongo menggenggam kebodohan dan kegelisahan di tangannya, kekuasaan kerdil di punggungnya. Sultan sebagai penguasa tunggal kegelisahan di negeri ini merasa diububi. Bentrok. Sultan Kegelisahan besar di tangan Kebo Kenongo rontok, karena kegelisahan ditentukan oleh kekuasaan, makin menjulang kekuasaan, makin kecil kegelisahan menyelimuti dirinya. Siti Jenar Tapi kekuasaan ada batasnya, maka kegelisahan akan selalu ada pada dirinya, walau sebesar lugut piñata pintu. Yang tidak gelisah adalah Yang Mahakuasa. Pahit. Sungguh pahit manusia. suara tertawa gagak-gagak, Sultan Exit Sumber: Drama Syeh Siti Jenar Karya Vredi Kastam dalam Horizon Sastra Indonesia 4: Kitab Drama, Editor Taufik Ismail, dkk, Horizon-The Ford Foundation, Jakarta 2002 Setelah membaca naskah drama tersebut, jelaskan: a. Bagaimanakah perwatakan para pelaku pada kutipan naskah drama tersebut ? b. Analisislah dialog antartokoh pada kutipan naskah drama tersebut terkait dengan penggunaan bahasa dan isi dialog c. Bagaimana latar pada kutipan naskah drama tersebut ? d. Tentukan tema dan amanat yang terdapat pada kutipan naskah drama tersebut e. Berdasarkan isinya, naskah drama tersebut termasuk dalam kategori jenis drama apa ? Perjalanan Hidup Manusia 115

B. Menceritakan Kembali Prosa Narasi

Setelah mengikuti pembelajaran ini, kalian diharapkan dapat menceritakan kembali isi prosa naratif dengan urutan kronologis tanpa mengubah isi cerita dengan lafal dan intonasi yang tepat. Prosa narasi mencakup cerpen, novel, dan hikayat. Pada kesempatan ini kita akan menceritakan kembali isi cerpen. Sebelum menceritakan kembali suatu cerpen, kalian harus membaca cerpen terlebih dahulu. Setelah melakukan pembacaan terhadap suatu cerpen, hendaknya kita bisa menghayati dan memahami isi cerpen itu. Dengan demikian, otomatis kita juga dapat memahami berbagai unsur yang ada di dalam cerpen itu. Ketika menceritakan kembali cerpen, hendaknya kamu tidak mengubah isi cerita. Jangan lupa sampaikan cerita itu dengan pelafalan dan intonasi yang tepat. Jika perlu, disertai dengan ekspresi dan gerak tubuh yang sesuai. Bacalah cerpen berikut ini Guru Tarno Seperti lazimnya, nama guru ini sederhana dan mudah diingat. Tarno. Seperti lazimnya guru, Tarno juga suka pakai baju safari warna abu-abu. Alas kakinya, sepatu sandal model zaman pergerakan. Barang bawaannya, tas kerja mirip map, berisi penuh dan montok. Pergi pulang mengajar, kendaraannya, masih saja sepeda motor warisan kredit profesi tahun tujuh puluhan. Tarno masuk ruang kelas. Langkahnya tegap cermin ketegasan. Memang, menurutnya, harus demikian seorang guru bertingkah laku di depan kelas. Setelan wajah, kendor tanpa beban. Sorot matanya tajam tapi tak menakutkan. Gaya bicaranya, lambat tapi lancar dan jelas. Langkah kakinya aktif menjelajah lorong meja- meja seluruh kelas. Mata anak didiknya, diberi jatah yang adil dan merata. Sesekali memberikan kesempatan siswa tertawa lepas. Ia memang bisa menjaga wibawanya. Lalu apa yang dikatakan kepada murid-muridnya? Anak-anak, sebenarnya Bapak tidak lebih