5
1.2. Rumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kandungan gizi dan daya terima biskuit substitusi tepung pisang awak masak Musa paradisiaca
var. awak dan kecambah kedelai Glycine max .
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui kandungan gizi dan daya terima biskuit dengan substitusi tepung pisang awak masak Musa paradisiaca var. awak dan kecambah kedelai
Glycine max.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui karakteristik biskuit dengan substitusi tepung pisang awak masak
Musa paradisiaca var. awak, tepung kecambah kedelai Glycine max, serta tepung pisang awak dan tepung kecambah kedelai.
2. Mengetahui nilai gizi biskuit yaitu karbohidrat, protein, lemak, kadar air, dan
kadar abu dengan substitusi tepung pisang awak masak Musa paradisiaca var. awak dan kecambah kedelai Glycine max.
3. Mengetahui daya terima biskuit yang di substitusi tepung pisang awak masak
Musa paradisiaca var. awak dan kecambah kedelai Glycine max.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang penganekaragaman suatu
produk tepung pisang awak masak Musa paradisiaca var. awak dan kecambah kedelai Glycine max yang diolah untuk pembuatan biskuit.
Universitas Sumatera Utara
6
2. Memberikan informasi nilai gizi dan proses pembuatan biskuit dengan
subtitusi tepung pisang awak Musa paradisiaca var. awak dan kecambah kedelai Glycine max.
3. Sebagai salah satu usaha penganekaragaman pengolahan pangan agar tahan
lama. 4.
Alternatif untuk mengurangi pemakaian tepung terigu sebagai bahan dasar pembuatan biskuit.
Universitas Sumatera Utara
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Biskuit
Biskuit adalah produk makanan kering yang dibuat dengan memanggang adonan yang mengandung bahan dasar terigu, lemak, dan bahan pengembang
dengan atau tanpa penambahan bahan makanan tambahan lain yang diijinkan SNI, 1992. Berdasarkan SNI. 01.2973.1992 biskuit dapat dikelompokkan
menjadi beberapa jenis seperti berikut ini: 1.
Biskuit Keras Biskuit keras adalah jenis biskuit yang dibuat dari adonan keras, berbentuk
pipih, bila dipatahkan penampang potongannya bertekstur padat, dapat berkadar lemak tinggi atau rendah.
2. Biskuit Crackers
Crackers adalah jenis biskuit yang dibuat dari adonan keras, melalaui proses fermentasi atau pemeraman, berbentuk pipih yang rasanya mengarah ke
asin dan renyah, serta bila dipatahkan penampang potongannya berlapis-lapis. 3.
Cookies Cookies adalah jenis biskuit yang dibuat dari adonan lunak, berkadar
lemak tinggi dan bila dipatahkan penampang potongannya bertekstur kurang padat.
4. Wafer
Wafer adalah jenis biskuit yang dibuat dari adonan cair, berpori-pori kasar, renyah dan bila dipatahkan penampang potongannya berongga-rongga.
Universitas Sumatera Utara
8
Biskuit pada umumnya berwarna coklat keemasan, permukaan agak licin, bentuk dan ukurannya seragam, crumb berwarna putih kekuningan, kering, renyah
dan ringan serta aroma yang menyenangkan. Bahan pembentuk biskuit dapat dkelompokkan menjadi dua jenis yaitu bahan pengikat dan bahan perapuh. Bahan
pengikat terdiri dari tepung, air, padatan dari susu dan putih telur. Bahan pengikat berfungsi untuk membentuk adonan yang kompak.Bahan perapuh terdiri dari gula,
shortening, bahan pengembang, dan kuning telur dikutip oleh Mervina, 2009 dalam Matz, 1978.
Biskuit yang secara umum berlaku di Indonesia memiliki syarat mutu biskuit menurut Standar Nasional Indonesia SNI 01-2973-1992 seperti pada
tabel 2.1.
Tabel 2.1. Syarat Mutu Biskuit Menurut SNI 01-2973-1992 No
Kriteria Uji Klasifikasi
1. Air
Maksimum 5 2.
Protein Minimum 6
3. Lemak
Minimum 9,5 4.
Karbohidrat Minimum 70
5. Abu
Maksimum 2 6.
Logam Berbahaya Negatif
7. Serat Kasar
Maksimum 0,5 8.
Kalori kal100 gr Minimum 400
9. Jenis Tepung
Terigu 10. Bau dan Rasa
Normal 11. Warna
Normal Sumber: Standar Nasional Indonesia 1992
2.1.1. Kandungan Gizi Biskuit
Biskuit dikonsumsi oleh seluruh kalangan usia, baik balita hingga dewasa namun memiliki jenis yang berbeda. Biskuit yang beredar dipasaran memiliki
kandungan gizi yang kurang seimbang, kebanyakan memiliki kandungan
Universitas Sumatera Utara
9
karbohidrat dan lemak yang tinggi sedangkan protein yang relatif rendah. Kandungan gizi biskuit yang di wajibkan Standar Nasional Indonesia adalah
sebagai berikut terdapat pada tabel 2.2.
Tabel 2.2. Komposisi Zat Gizi Biskuit per 100 Gram Zat gizi
Jumlah
Energy kkal 458
Protein g 6,9
Karbohidrat g 75,1
Lemak g 14,4
Vitamin A IU Vitamin B1 mg
0.09 Vitamin C mg
Kalsium mg 62
Fosfor mg 87
Zat besi mg 3
Sumber: Standar Nasional Indonesia 1992 Berbagai penelitian menjelaskan kandungan gizi biskuit, penelitian
Febrina 2012, yang berjudul pengaruh penambahan tepung wortel terhadap daya terima dan kadar vitamin A pada biskuit. Berdasarkan penambahan tepung wortel
5, 15, 25 terlihat peningkatan kandungan vitamin A dibandingkan dengan pembuatan biskuit dengan Tepung Terigu.
Pembuatan biskuit dengan penambahan tepung ceker ayam yang dilakukan oleh Ramadhani 2014, menunjukkan semakin banyak tepung ceker ayam yang
ditambahkan dalam pembuatan biskuit maka semakin tinggi kandungan kalsium pada biskuit. Kadar kalsium biskuit ceker ayam per 100 gram biskuit ceker ayam
15 yaitu 201,0 mg, pada biskuit ceker ayam 20 yaitu 237,9 mg, pada biskuit ceker ayam 25 yaitu 313,6 mg. Dilihat dari hasil ini kadar kalsium pada biskuit
ceker ayam meningkat sesuai dengan semakin tinggi konsentrasi tepung ceker ayam dalam pembuatan biskuit.
Universitas Sumatera Utara
10
2.1.2. Bahan-Bahan Pembuatan Biskuit
Bahan yang digunakan dalam pembuatan biskuit dibedakan menjadi bahan pengikat binding material dan bahan pelembut tenderizing material. Bahan
pengikat terdiri dari tepung, air, susu bubuk, putih telur, sedangkan bahan pelembut terdiri dari gula, lemak atau minyak shortening, bahan pengembang,
dan kuning telur. Bahan-bahan pembuatan biskuit menurut Faridah 2008, yang
dikuitip oleh melisa 2013, antara lain:
1. Tepung terigu Tepung terigu adalah bahan utama dalam pembuatan biskuit dan
mempengaruhi proses pembuatan adonan, fungsi tepung adalah sebagai struktur biskuit. Sebaiknya dalam pembuatan biskuit menggunakan tepung terigu protein
rendah 8-9. Jika menggunakan tepung terigu jenis ini akan menghasilkan kue yang rapuh dan kering merata.
2. Gula Gula dapat berfungsi untuk memberikan rasa manis, ada beberapa gula
yang dapat ditambahkan pada produk makanan diantaranya adalah sukrosa. Sukrosa merupakan senyawa disakarida. Secara komersial, sukrosa diproduksi
dari tebu dan bit. Berat molekul sukrosa: 342,30 titik cairnya 186ºC. 3. Telur
Telur yang dipakai pada pembuatan kue kering bisa kuning telur, putih telur atau keduanya. Kue yang menggunakan kuning telur saja akan lebih empuk,
sebaliknya bila menggunakan putih telur untuk memberi kelembaban, nilai gizi sekaligus membangun struktur kue.
Universitas Sumatera Utara
11
4. Lemak Lemak yang biasa digunakan dalam pembuatan biskuit adalah yang
berasal dari lemak susu butter atau dari lemak nabati margarine. Lemak merupakan salah satu komponen penting dalam pembuatan biskuit. Di dalam
adonan, lemak memberikan fungsi shortening dan fungsi tesktur sehingga biskuit menjadi lebih lembut. Selain itu, lemak juga berfungsi sebagai pemberi flavor.
5. Garam Garam ditambahkan untuk membangkitkan rasa lezat bahan-bahan lain
yang digunakan dalam pembuatan biskuit. Sebenarnya jumlah garam yang ditambahkan tergantung kepada beberapa faktor, terutama jenis tepung yang
dipakai. Tepung dengan kadar protein yang lebih rendah akan membutuhkan lebih banyak garam karena garam akan memperkuat protein.
6. Bahan Pengembang Kelompok leavening agents pengembang adonan merupakan kelompok
senyawa kimia yang akan terurai menghasilkan gas di dalam adonan. Salah satu yang sering digunakan dalam pengolahan biskuit adalah baking powder. Baking
powder memiliki sifat cepat larut pada suhu kamar dan tahan selama pengolahan. Fungsi bahan pengembang adalah untuk mengembangkan adonan, sehingga
menjadi ringan dan berpori, menghasilkan biskuit yang renyah dan halus teksturnya.
7. Susu Bubuk Susu yang digunakan dalam pembuatan biskuit adalah susu bubuk. Susu
bubuk berupa serbuk atau seperti tepung ini memiliki reaksi mengikat terhadap
Universitas Sumatera Utara
12
protein tepung. Dalam pembuatan biskuit susu bubuk ini hanya digunakan sekitar 10 gram. Susu bubuk berfungsi untuk meningkatkan cita rasa dan aroma biskuit
serta menambah nilai gizi produk.
2.1.3. Proses Pembuatan Biskuit
Dalam pembuatan biskuit yang baik menurut Muaris 2007, dalam buku nya yang berjudul healthy cooking biskuit sehat, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, yaitu: 1. Pilih tepung berprotein rendah dengan jumlah yang tepat. Jumlah tepung yang
terlalu banyak akan membuat biskuit bertekstur keras. Sebaliknya, jika tepungnya kurang akan menghasilkan biskuit yang tidak renyah.
2. Gula juga memegang peran penting, sebaiknya gula diganti dengan bahan yang rendah kalori atau dimodifikasi dengan bahan yang mempunyai cita rasa
manis, misalnya gula dari buah-buahan. 3. Bahan lemak yang biasanya menggunakan margarin, mentega atau minyak.
Jumlah yang digunakan sesuai dengan kebutuhan kesehatan tubuh. 4. Telur merupakan bahan pokok dalam pembuatan biskuit, telur dapat
menggunakan bagian putih atau kuningnya saja. Jika kuningnya yang digunakan, pilih telur yang dalam pembuatan biskuitnya rendah
kolesterolnya. 5. Bahan pemuai terkadang diperlukan dalam pembuatan kue kering. Bahan ini
dapat menjadikan kue bertambah renyah. 6. Bahan tambahan lain dapat dipadukan agar mengahsilkan kue yang
berkualitas. Misalnya susu, kulit jeruk, rempah-rempah, kacang-kacangan,
Universitas Sumatera Utara
13
dan lain sebagainya. Sebaiknya pilih susu kedelai yang mempunyai banyak manfaat sebagai penangkal radikal bebas penyebab kanker, menurunkan
kolesterol dalam darah, menghindari penyakit jantung koroner, mengurangi tekanan darah tinggi, membantu, mengurangi keluhan pada masa menopause
dan mencegah osteoporosis. Cara pembuatan biskuit menurut Purwadaria 2014, ditentukan oleh jenis
adonannya. Adonan yang lembek akan dibentuk dengan cara disendokkan atau disemprit tetapi adonan yang kalis akan dibentuk dengan cara dicetak atau
dibentuk dengan tangan. Adapun resep pembuatan biskuit sebagai berikut: 1.
Bahan: a.
275 gram tepung terigu protein rendah b.
225 gram margarin c.
125 gram gula tepung d.
¼ sendok teh garam e.
1 kuning telur f.
50 gram cornflake, dihaluskan g.
25 gram susu bubuk h.
½ sendok teh backing powder 2.
Cara membuat biskuit, yaitu: a.
Kocok margarin, gula tepung, dan garam selama 2 menit. Masukkan kuning telur.tambahkan cornflake aduh hingga rata.
b. Masukkan tepung terigu, susu bubuk, dan backing powder.
Universitas Sumatera Utara
14
c. Giling tipis adonan. Potong persegi panjang berukuran 3x5 cm. Tusuk
dengan garpu. d.
Letakkan adonan yang telah dicetak di loyang yang dioles tipis margarin. e.
Panggang dengan suhu 140ºC selama 25 menit sampai matang.
2.2. Pisang Awak
Pisang awak tergolong pisang yang dapat dimakan langsung setelah masak maupun diolah terlebih dahulu. Pisang jenis ini memiliki panjang sekitar 15 cm
dengan diameter 3,7 cm. Dalam satu tandan, jumlah sisir ada 18 yang masing- masing terdiri 11 buah. Bentuk buah lurus dengan pangkal bulat. Warna daging
buah putih kekuningan dengan kulit yang tebalnya 0,3 cm. Lamanya buah masak dari saat berbunga adalah 5 bulan menurut Supriyadi dan Suyanti 2008, dikutip
oleh Puspita, 2011. Pisang Awak dalam keadaan matang tua dimanfaatkan masyarakat untuk
makanan tambahan bayi yang telah berusia 6 bulan dibeberapa daerah di Indonesia. Seperti menurut hasil penelitian Puspita 2011, terdapat 83,3 persen
bayi di Desa Paloh Gadeng Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara diberikan pisang awak dengan cara dilumatkan, dikerok dan terkadang dicampur
bersama nasi. Tradisi ini juga dilakukan oleh sebagian masyarakat di daerah Provinsi Sumatra Utara. Siregar 2011, menemukan sebanyak 69,2 persen bayi di
wilayah kerja Puskesmas Kampung Baru Kecamatan Tanjung Balai Utara pernah
diberikan pisang awak sebagai MP-ASI. Pisang Awak yang belum matang
memiliki 21-25 zat tepung. Jika mengalami pemeraman atau telah matang pada saat di pohon zat tepung berubah menjadi jenis gula. Adapun kandungan gizi yang
Universitas Sumatera Utara
15
terdapat pada 100 gram pisang awak dan beberapa jenis pisang lainnya dapat dilihat pada tabel 2.3.
Tabel 2.3. Komposisi Nilai Zat Gizi Pisang Awak dan Beberapa Jenis Pisang setiap 100 gram Daging Buah
Zat Gizi Jenis Pisang
Awak Ambon
Mas Raja
Raja Sereh
Proteing 1,2
1,2 1,4
1,2 1,2
Lemakg 0,2
0,2 0,2
0,2 0,2
Karbohidrat g 22,2
25,8 33,6
31,8 31,1
Kadar air g 75,6
72 64,2
65,8 67
Kalsium mg 8
8 10
10 7
Besi mg 0,8
0,5 0,8
0,8 0,3
Vitamin A IU 126
146 79
950 112
Energi kal 95
99 127
120 118
Sumber: Munizar, 1998
2.2.1. Manfaat Pisang Awak
Pisang awak Musa paradisiaca var. awak, merupakan buah yang memiliki banyak manfaat, salah satunya sering dimanfaatkan sebagai makanan
untuk bayi karena pisang mudah dicerna, sehingga berpotensi untuk dijadikan bahan dasar makanan pendamping ASI. Kandungan serat yang dapat membuat
perut merakan kenyang lebih lama. Kandungan air yang banyak pada pisang awak dapat membantu proses metabolisme tubuh.
Didalam pisang terdapat beberapa vitamin seperti vitamin C yang terdapat 10 mg dalam satu buah pisang selain itu juga terdapat vitamin B. Pada dasarnya
vitamin berperan penting dalam tahap metabolisme energi, pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh. Vitamin C berperan dalam penyembuhan luka, patah tulang,
pendarahan dibawah kulit dan pendarahan di gusi Almatsier, 2009 Pemanfaatan pisang awak agar tahan lama dapat dilakukan dengan
membuatnya menjadi tepung. Berdasarkan hasil penelitian Lubis, Jumirah dan
Universitas Sumatera Utara
16
Siagian 2011, proses pembuatan tepung pisang awak yang telah matang dilakukakan dengan menambahkan tepung beras. Ini dilakukan agar
mempermudah proses pengeringan dan menghasilkan tepung yang berkualitas baik dan buah pisang yang digunakan adalah pisang awak yang benar-benar
masak. Hasil penelitian memberikan kandungan karbohidrat, protein dan lemak masing masing sebesar 61,7, 5,65, 1,02, sedangkan kandungan air dan abu
pada tepung pisang awak masak adalah sebesar 5,90 dan 1,09.
2.3. Kecambah Kedelai
Kacang kedelai termasuk bahan makanan yang mempunyai susunan zat gizi yang lengkap dan mengandung hampir semua zat-zat gizi yang diperlukan
oleh tubuh manusia dalam jumlah yang cukup. Selain itu kedelai dapat juga digunakan sebagai sumber lemak, vitamin, mineral dan serat menurut Koswara
1995 dikutip oleh Jumirah 2010. Taoge merupakan istilah untuk menyebut kecambah dari biji kacang hijau,
kacang tunggak, atau kedelai. Dalam proses perkecambahan, cadangan bahan makanan diubah menjadi bentuk yang dapat digunakan, baik untuk tumbuhan
maupun manusia. Pada saat perkecambahan, terjadi hidrolisis karbohidrat, protein, dan lemak menjadi senyawa yang lebih sederhana, sehingga mudah dicerna.
Taoge mengalami peningkatan jumlah protein dan vitamin, sedangkan kadar lemaknya mengalami penurunan. Peningkatan zat gizi mulai tampak setelah 24-48
jam masa perkecambahan Astawan, 2009. Kandungan zat gizi pada kecambah kedelai menurut beberapa penelitian
seperti pada penelitian Nuri Andarwulan et al., yang dikutip oleh Jumirah 2013, yang membuat kecambah kedelai menjadi tepung mengandung kadar air sebesar
4,59, abu sebesar 4,21, protein sebesar 40,49, lemak sebesar 24,09 dan
Universitas Sumatera Utara
17
karbohidrat sebesar 26,62. Kandungan protein yang tinggi terdapat dalam tepung kecambah kedelai. Pada tabel 2.5 terdapat perbandingan komposisi zat gizi
pisang awak dan kecambah kedelai.
Tabel 2.4. Komposisi Zat Gizi dalam Pisang Awak Masak dan Kecambah Kedelai Mentah dalam 100 g Bahan
Komposisi Gizi Pisang Awak Masak
Kecambah Kedelai Mentah
Energi 92
122 Protein
1 13,1
Lemak 0,5
6,7 Karbohidrat
23,4 9,6
Serat 2,4
0,8 Vitamin:
Vit A 8
1 Vit C
9 15
Vit B1 0,05
0,34 Vit B2
0,1 0,12
Niacin 0,5
1,1 Vit B6
0,58 0,18
Folate 19
172 Vit B12
Pantotenat 0,26
0,93 Mineral:
Kalsium 6
67 Posfor
20 164
Magnesium 29
72 Kalium
396 484
Natrium 1
14 Zat besi Fe
0,3 2,1
Seng Zink 0,2
1,2 Tembaga Cu
0,1 0,43
Mangaan Mn 0,15
0,7 Asam Amino Esensial:
Triptofan 12
159 Treonin
34 503
Iso leusin 33
580 Leusin
71 938
Lisin 48
752 Metionin
11 138
Sistein 17
157 Fenil alanin
38 641
Tirosin 24
477 Valin
47 620
Arginin 47
905 Histidin
81 348
Sumber: Daftar Komposisi Bahan Makanan Depkes R.I., 1995
Universitas Sumatera Utara
18
2.3.1. Manfaat Kecambah Kedelai
Bentuk kecambah mempunyai vitamin lebih banyak dibandingkan dengan bentuk bijinya. Selama pembentukan kecambah, kadar vitamin B meningkat 2,5
sampai 3 kali lipat. Demikian juga dengan vitamin E, mengalami peningkatan dari 24-230 mg per 100 gram biji kering menjadi 117-662 mg per 100 g kecambah.
Vitamin C yang tidak terdapat dalam biji kedelai, mulai terbentuk pada hari pertama berkecambahan hingga mencapai 12 mg per 100 gram setelah 48 jam
Gunawan, 2009. Protein yang terkandung di dalam kecambah kedelai dapat menjadi salah
satu pembentuk antibodi di dalam tubuh. Tingginya tingkat kematian pada anak yang menderita gizi kurang atau gizi buruk disebabkan menurunnya daya tahan
tubuh terhadap penyakit. Sementara itu adanya protein yang tinggi didalam tubuh dapat mengangkut zat-zat gizi dari saluran cerna kedalam darah, dari darah ke
jaringan-jaringan, dan melalui membran sel kedalam sel-sel. Almatsier, 2009. Kedelai merupakan kacang-kacangan yang bermanfaat bagi kesehatan.
Kedelai memiliki kadar protein yang tinggi yaitu rata-rata 35 bahkan pada varietas unggul dapat mencapai 40-44. Protein kedelai memiliki susunan asam
amino esensial yang lengkap, serta daya cerna yang sangat baik. Asam amino pada kedelai adalah metionin dan sistein sedangkan lisin dan treonin sangat tinggi.
Kedelai juga mengandung lemak 18-20, 85 diantaranya merupakan asam lemak tidak jenuh. Lemak kedelai mengandung asam lemak esensial yaitu asam
linoleat omega 6 serata asam linolenat omega 3 sehingga memberi pengaruh yang sangat berarti bagi kesehatan Astawan, 2009.
Universitas Sumatera Utara
19
2.4. Penilaian Uji Daya Terima
Penilaian organoleptik yang disebut juga penilaian indera atau penilaian sensorik. Metode penilaian ini banyak digunakan karena dapat dilaksanakan
dengan cepat dan langsung. Dalam beberapa hal, penilaian dengan indera memiliki ketelitian yang lebih baik dibandingkan dengan alat ukur yang paling
sensitif menurut Soekarto 1985 yang dikutip oleh Susiwi 2009.
Salah satu cara pengujian organoleptik adalah dengan metode uji pencicipan. Uji pencicipan menyangkut penilaian seseorang akan suatu sifat atau
kualitas suatu bahan yang disukai. Pada uji pencicipan dapat dilakukan menggunakan panelis yang belum berpengalaman. Dalam kelompok uji
pencicipan ini termasuk uji kesukaan hedonik. 1.
Warna Faktor yang mempengaruhi suatu bahan makanan antara lain tekstur,
warna, cita rasa, dan nilai gizinya. Sebelum faktor-faktor yang lain dipertimbangkan secara visual. Faktor warna lebih berpengaruh dan kadang-
kadang sangat menentukan suatu bahan pangan yang dinilai enak, bergizi dan teksturnya sangat baik, tidak akan dimakan apabila memiliki warna yang tidak
indah dipandang atau memberi kesan telah menyimpang dari warna yang seharusnya.
2. Aroma
Aroma dapat didefinisikan sebagai suatu yang dapat diamati dengan indera pembau untuk data menghasilkan aroma, zat harus dapat menguap, sedikit larut
dalam air dan sedikit larut dalam lemak. Senyawa berbau sampai ke jaringan
Universitas Sumatera Utara
20
pembau dalam hidung bersama-sama dengan udara. penginderaan cara ini memasyarakatkan bahwa senyawa berbau bersifat atsiri.
3. Tekstur
Tekstur adalah faktor kualitas makanan yang paling penting, sehingga memberikan kepuasan terhadap kebutuhan kita. Oleh indera itu, kita menghendaki
makanan yang mempunyai rasa dan tekstur yang sesuai dengan yang kita harapkan, sehingga bila kita membeli makanan, maka pentingnya nilai gizi
biasanya ditempatkan pada mutu setelah harga, tekstur dan rasa. 4.
Rasa Rasa merupakan faktor yang cukup penting dari suatu makanan.
Komponen yang dapat menimbulkan rasa yang diinginkan tergantung senyawa penyusunnya. Umumnya bahan pangan tidak hanya terdiri dari satu macam rasa
yang terpadu sehingga menimbulkan cita rasa makanan yang utuh. Perbedaan penilaian penelis terhadap rasa dapat diartikan sebagai penerimaannya terhadap
flavor atau cita rasa yang dihasilkan oleh kombinasi bahan yang digunakan. Pada uji hedonik, panelis dimintakan tanggapan pribadinya tentang
kesukaan atau sebaliknya ketidaksukaan. Disamping panelis mengemukakan tanggapan suka, senang atau kebalikannya, mereka juga mengemukaan tingkat
kesukaannya. Tingkat kesukaan ini disebut skala hedonik. Skala hedonik dapat direntangkan atau diciutkan menurut skala rentangan yang dikehendaki. Skala
hedonik dapat juga diubah menjadi skala numerik dengan angka mutu menurut tingkat kesukaan Setyaningsih, 2010.
Universitas Sumatera Utara
21
2.5. Panelis