Daya Terima Panelis Terhadap Tekstur Biskuit

58 dikenali rasanya. Rasa suatu bahan makanan dipengaruhi oleh senyawa kimia, suhu, konsentrasi dan interaksi dengan komponen rasa yang lain. Setiap orang mempunyai batas konsentrasi terendah terhadap suatu rasa agar masih bisa dirasakan threshold. Batas ini tidak sama pada tiap-tiap orang dan threshold seseorang terhadap rasa yang berbeda juga tidak sama. Akibat yang ditimbulkan mungkin peningkatan intensitas rasa atau penurunan intensitas rasa Winarno 2004. Rasa biskuit dengan penambahan tepung pisang awak masak cenderung manis karena rasa pisang yang manis sebelum dan sesudah dijadikan tepung. Sedangkan pada kecambah kedelai rasa manis didapat dari tambahan gula yang ditambahkan pada pembuatan biskuit. Tepung kecambah kedelai tidak memiliki rasa manis tetapi memiliki rasa yang khas kedelai. Rasa langu masih sedikit terasa pada biskuit kecambah kedelai

5.6. Daya Terima Panelis Terhadap Tekstur Biskuit

Pengujian organoleptik terhadap tekstur biskuit dengan total skor tertinggi 82 91,1 adalah biskuit dengan penambahan tepung pisang awak masak. Sedangkan biskuit dengan penambahan kecambah kedelai dan campuran tepung pisang awak masak kecambah kedelai 80 88,9 dan 81 90,0 Namun secara keseluruhan baik A 1 , A 2 maupun A 3 tergolong disukai panelis. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa nilai F hitung 0,127 F tabel 3,15. Hal ini berarti bahwa tidak ada perbedaan tekstur pada setiap biskuit yang dihasilkan pada biskuit dengan tepung pisang awak masak, kecambah kedelai, tepung pisang awak masak dan kecambah kedelai. Universitas Sumatera Utara 59 Tekstur makanan berkaitan dengan sensasi sentuhan. Memandang satu produk dapat memberi gagasan apakah suatu produk tersebut kasar, halus, keras, atau lembek Shewfelt, 2014. Teksur tepung pisang awak masak lebih kasar dibandingkan tekstur tepung kecambah kedelai. Pada biskuit dengan tepung pisang awak masak, tektur yang dihasilkan sedikit kasar karena pengaruh dari tepung pisang yang ditambahkan. Biskuit kecambah kedelai memiliki tektur yang lebih halus ini dikarenakan tepung kecambah kedelai yang pada dasarnya sudah halus sebelum dijadikan biskuit. 5.7. Analisis Kandungan Karbohidrat, Protein, Lemak, Abu, dan Air Biskuit Substitusi Tepung Pisang Awak Masak Dan Kecambah Kedelai Hasil analisis kandungan karbohidrat, protein, lemak, abu dan air biskuit substitusi tepung pisang awak masak dan kecambah kedelai menunjukkan bahwa kandungan karbohidrat dan air belum sesuai dengan syarat mutu biskuit menurut SNI 01-2973-1992. Sedangkan untuk kandungan protein, lemak dan abu sudah memenuhi syarat. Biskuit dengan subtitusi tepung pisang awak masak memberi kontribusi karbohidrat sebesar 61,95, biskuit dengan penambahan tepung kecambah kedelai 55,47 dan biskuit dengan campuran tepung pisang dan kecambah kedelai mengandung 55,46 karbohidrat. Menurut syarat mutu biskuit SNI 01-2973-1992 kandungan karbohidrat mencapai 70 sedangkan biskuit substitusi tepung pisang awak masak dengan kecambah kedelai dengan tiga perlakuan belum mencapai 70. Kandungan protein yang terdapat pada biskuit masing-masing sebesar 7,69, 13,7, 10,3 ini menunjukkan sudah memenuhi syarat mutu biskuit menurut SNI 01-2973-1992 dengan minimum kadar protein sebesar 6. Biskuit Universitas Sumatera Utara 60 dengan penambahan tepung kecambah kedelai menyumbang protein paling banyak dari ketiga perlakuan pada biskuit. Kandungan Protein yang tinggi dalam suatu makanan berfungsi sebagai zat pengatur dan pembangun yang dapat berperan dalam proses pertumbuhan dan pembentukan jaringan pada masa pertumbuhan khususnya pada balita. Kandungan lemak pada biskuit yaitu sebesar 22,4 pada perlakuan pertama, 24,3, dan 25,9 untuk perlakuan kedua dan ketiga, sudah memenuhi syarat yaitu minimum kandungan lemak 9,5 dalam 100 gram biskuit. Lemak merupakan zat gizi penghasil energi yang paling tinggi konsentrasinya. Energi yang diperoleh dari lemak menghemat protein agar digunakan untuk sintesis jaringan. Untuk menjaga pertumbuhan dan perkembangan neurologis makanan balita mengandung asam lemak esensial berupa asam linoleat dan asam linolenat. Almatsier, 2011. Kandungan air pada biskuit yaitu masing masing sebesar 6,69, 4,88 dan 6,76, hanya perlakuan kedua yaitu biskuit dengan penambahan tepung kecambah kedelai yang memenuhi syarat yaitu maksimal kandungan air 5. Dengan kandungan air yang banyak pada biskuit menurunkan daya tahan biskuit untuk jangka waktu simpan yang lama. Pada kadar abu maksimum 2 pada biskuit menurut syarat SNI 01-2973-1992 sedangkan biskuit dengan penambahan tepung pisang awak masak dan kecambah kedelai mengandung masing masing 1,27, 1,65 dan 1,58 sudah memenuhi. Menurut Munizar 1998, kandungan protein dan karbohidrat pada pisang awak masing-masing sebesar 1,2 gram dan 22,2 gram. Pisang awak yang telah Universitas Sumatera Utara 61 dijadikan tepung dan biskuit dapat menambah kandungan protein dan kabohidrat sebanyak 7,69 dan 61,95 dikarenakan pada proses pembuatan biskuit terdapat campuran tepung terigu, telur dan gula yang dapat menyumbang kandungan protein dan karbohidrat pada biskuit. Modifikasi biskuit telah banyak dilakukan yang tujuannya untuk memperkaya zat gizi seperti pada penelitian Febrina 2012, yang menambahkan tepung wortel dalam pembuatan biskuit. Berdasarkan penambahan tepung wortel 5, 15, dan 25 terbukti menambah kadar vitamin A. Selain itu pembuatan biskuit dengan penambahan tepung ceker ayam yang dilakukan oleh Ramadhani 2014, menunjukkan semakin banyak tepung ceker ayam yang ditambahkan dalam pembuatan biskuit maka semakin tinggi kandungan kalsium pada biskuit. Kadar kalsium biskuit ceker ayam per 100 gram biskuit dengan perbandingan 15, 20, 25 yaitu 201,0 mg 237,9 mg, 313,6 mg. Beberapa modifikasi biskuit tersebut mempunyai tujuan meningkatkan zat gizi menurut Adriani 2012, pada masa balita perlu memperoleh zat gizi dari makanan sehari hari dalam jumlah yang tepat dan kualitas yang baik. Zat gizi yang mengandung energi terdiri dari protein, lemak, dan karbohidrat. Dianjurkan energi yang diperlukan terdapat dari 50-60 karbohidrat, 25-35 lemak dan 10- 15 protein. Balita dianjurkan mengkonsumsi protein perharinya yaitu sebesar 35 gram perhari menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.75 tentang Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Untuk Bangsa Indonesia. Biskuit dengan substitusi tepung pisang awak masak dan kecambah kedelai dapat menyumbang 5,3-9,4 protein Universitas Sumatera Utara 62 dari kebutuhan perhari balita. Karbohidrat paling banyak terkandung dalam biskuit dengan penambahan tepung pisang awak masak. Jika balita mengkonsumsi sebanyak 24 gram biskuit diperkirakan dapat menyumbang karbohidrat sebanyak 6,7 dari kebutuhan karbohidrat perhari yaitu 220 gram. Dengan demikian biskuit dapat dijadikan makanan selingan atau cemilan pada balita karena telah diperkaya akan protein. Protein yang lebih banyak didapat dari biskuit kecambah kedelai dan biskuit dengan campuran tepung pisang awak masak sedangkan untuk karbohidrat paling banyak terdapat biskuit dengan penambahan tepung pisang awak masak. Universitas Sumatera Utara 63 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dokumen yang terkait

Pemanfaatan Kulit Pisang Raja (Musa textilia )Menjadi Selai Sebagai Isian Roti Serta Daya Terima dan Kandungan Zat Gizinya

14 146 98

Subtitusi Tepung Pisang Awak (Musa Paradisiaca Var Awak) dan Ikan Lele Dumbo (Clarias Garipinus) Dalam Pembuatan Biskuit Serta Uji Daya Terimanya

2 87 105

Analisis Kualitas Protein Secara Biologi Pada Tepung Campuran Beras-Pisang Awak Masak (Musa paradisiaca var. Awak) yang Divariasikan dengan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) dan Tepung Kecambah Kedelai (Glycine max L. Merrill)

5 76 98

Pengaruh Penambahan Tepung Kulit Pisang Raja (Musa paradisiaca) Terhadap Daya Terima Kue Donat

29 178 110

Studi Pemakaian Tepung Pisang Ambon (Musa acuminata AAA) sebagai Anti-aging Dalam Sediaan Masker

6 108 86

Subtitusi Tepung Pisang Awak (Musa Paradisiaca Var Awak) dan Ikan Lele Dumbo (Clarias Garipinus) Dalam Pembuatan Biskuit Serta Uji Daya Terimanya

0 1 2

Subtitusi Tepung Pisang Awak (Musa Paradisiaca Var Awak) dan Ikan Lele Dumbo (Clarias Garipinus) Dalam Pembuatan Biskuit Serta Uji Daya Terimanya

0 0 20

Substitusi Tepung Pisang Awak Masak (Musa Paradisiaca Var. Awak) dan Kecambah Kedelai (Glycine Max) pada Pembuatan Biskuit Serta Daya Terima

0 0 20

Substitusi Tepung Pisang Awak Masak (Musa Paradisiaca Var. Awak) dan Kecambah Kedelai (Glycine Max) pada Pembuatan Biskuit Serta Daya Terima

0 0 17

Substitusi Tepung Pisang Awak Masak (Musa Paradisiaca Var. Awak) dan Kecambah Kedelai (Glycine Max) pada Pembuatan Biskuit Serta Daya Terima

0 2 18