Bahan Vulkanisasi Pembuatan Kompon Karet

2.4.1. Bahan Vulkanisasi

Vulkanisasi adalah suatu proses dimana molekul karet yang linier mengalami reaksi ikatan silang crosslinking sehingga menjadi molekul polimer yang membentuk rangkaian tiga dimensi. Reaksi ini merubah karet yang bersifat plastis lembut dan menjadi karet yang elastis, keras dan kuat. Vulkanisasi yang dikenal dengan proses pematangan curing dan molekul karet yang sudah tersambung silang crosslinked rubber di rujuk sebagai vulkanisat karet Akiba Hashim, 1997. Vulkanisasi dalam kaitannya dengan sifat fisik karet adalah setiap perlakuan yang menurunkan laju alir elastomer, meningkatkan tensile strenght dan modulus. Meskipun vulkanisasi terjadi dengan adanya panas dan bahan vulkanisasi, proses itu tetap berlangsung secara lambat. Reaksi ini dapat dipercepat dengan penambahan sejumlah kecil bahan organik atau anorganik yang disebut akselerator. Untuk mengoptimalkan kerjanya akselerator membutuhkan bahan kimia lain yang dikenal sebagai aktivator. Yang dapat berfungsi sebagai aktivatornya adalah oksida-oksida logam seperti zinkum oksida ZnO Aziman Ahmad, 2004. Secara umum sistem pemvulkanisasi di klasifikasikan menjadi tiga yaitu pemvulkanisasi konvensional, pemvulkanisasi semi effisien, dan pemvulkanisasi effisien. Untuk membedakan ketiga sistem ini dibedakan berdasarkan jumlah kuratif perbandingan antara sulfur dan pencepat. Untuk sistem konvensional mengandung sulfur lebih banyak bila dibandingkan dengan pencepat. Sistem efisiensi mengandung pencepat lebih banyak dari pada sulfur. Sedangkan sistem semi effisiensi jumlah sulfur dan pencepat sama banyaknya Ismail dan Hashim, 1998. Ketiga sistem ini juga dapat dibedakan berdasarkan jenis ikatan sambung silang sulfida yang terbentuk dan reaksi kimia yang terjadi selepas vulkanisasi. Pada tahap awal vulkanisasi rangkaian ini mengandung ikatan sambung silang polisulfida seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.4. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.4. Model ikatan sambung silang polisulfida Apabila waktu vulkanisasi ditingkatkan diperpanjang. Struktur rangkaian yang terbentuk bergantung pada komposisi kuratif, suhu dan lamanya waktu vulkanisasi. Struktur rangkaian yang mengandung ikatan sambung silang monosulfida, ditunjukkan pada gambar 2.5: Peningkatan waktu vulkanisasi Gambar 2.5. Model rangkaian ikatan sambung silang monosulfida Atau mengandung semua jenis ikatan sulfida mono dan di poli seperti dipaparkan pada gambar 2.6 di bawah ini : Rantai molekul karet Rantai molekul karet Universitas Sumatera Utara Gambar 2.6. Struktur rangkaian karet pada vulkanisasi sulfur terakselerasi Ismail Hashim, 1998 Pada sistem pemvulkanisasi konvensional terbentuk suatu struktur kompleks, yang mengandung semua jenis ikatan sulfida mono dan dipoli dan cenderung di dominasi oleh ikatan polisulfida gambar 2.4. Pada sistem pemvulkanisasi efisiensi cenderung di dominasi oleh struktur rangkaian yang mengandung ikatan silang mono sulfida gambar 2.5. Pada sistem pemvulkanisasi semi efisiensi cenderung membentuk struktur pertengahan di antara gambar 2.4 dengan gambar 2.5. Indra Surya, 2006. Pemvulkanisasian yang tidak menggunakan sulfur antara lain yaitu peroksida organik. Penggunaan peroksida organik sebagai bahan vulkanisasi untuk membentuk ikatan silang pada karet alam pertama diamati oleh Elliot, 1979. Saat itu peroksida organik yang sering digunakan adalah dikumil peroksida. Pada reaksinya, peroksida akan terurai karena pemanasan hingga terbentuk radikal bebas PO. Radikal bebas itu menarik atom hidrogen pada molekul karet, sehingga diperoleh molekul karet yang radikal R ˚ Mekanisme terjadinya ikatan silang antar atom karbon adalah sebagai berikut : . Radikal-radikal molekul karet yang saling berdekatan akan bergabung hingga terbentuk ikatan silang, antara atom C dari kedua rantai molekul kuat tersebut. Rantai molekul karet Rantai molekul karet Universitas Sumatera Utara tenaga POOP 2 PO panas ˚ PO ˚ + RH  POH + R ˚ R ˚ + R ˚  R - R Gambar 2.7. Mekanisme vulkanisasi peroksida Elliot, 1979 ; Sultan Borealis, 1996 POOP adalah peroksida organik, RH menggambarkan sebagai molekul karet alam, dan R-R merupakan ikatan silang. Oleh karena ikatan antara carbon sangat kuat, maka vulkanisat yang dihasilkan mempunyai pampatan tetap yang rendah serta ketahanan usang yang tinggi apabila digunakan anti oksidan yang tepat. Mekanisme vulkanisasi dikumil peroksida dengan karet alam ditunjukkan pada gambar 2.8. 1. 2. CH 3 CH 3 CH 3 | | | C – O – O – C 2 C – O . | | | CH 3 CH 3 CH 3 Dikumil peroksida CH 3 CH 3 | | C – O . + – CH 2 – C = CH – CH 2 –  | CH 3 Isoprena CH 3 CH 3 | | C – OH + – CH = C – CH – CH 2 – | CH 3 . Universitas Sumatera Utara CH 3 CH | | 3 3. – CH = C – CH – CH 2 – – CH = C – CH – CH 2 – +  – CH = C – CH – CH 2 – – CH = C – CH – CH 2 | | – CH 3 CH Cross linked NR no loss of double bond 3 CH 3 CH | | 3 4. – CH 2 – CH = C – CH 2 – – CH 2 – CH – C – CH 2 – +  – CH = C – CH – CH 2 – – CH = C – CH – CH 2 | | – CH 3 CH Cross linked NR loss of double bond 3 Gambar 2.8. Mekanisme vulkanisasi Dikumil Peroksida Terhadap Lateks J.L.Koening, 2000 Dikumil peroksida merupakan jenis inisiator yang paling banyak digunakan. Dikumil peroksida ini dapat bereaksi pada suhu tinggi 160 Karakteristik dikumil peroksida sebagai berikut E. Merck, 2008. C dan memiliki sensitifitas oksigen yang rendah bila dibandingkan dengan peroksida yang lain serta sensitif terhadap asam. Rumus molekul : C 18 H 22 O 2 Rumus kimia : [C 6 H 5 C CH 3 2 O] Berat molekul 2 : 270.37 gmol Densitas : 1.56 gcm Titik Lebur 3 : 38-41 Titik Didih C 1 atm : 130 Keadaan Fisik C 1 atm : Bentuk bubuk warna putih Kelarutan : Larut dalam etanol, ethyl eter dan benzen . . . . Universitas Sumatera Utara Gambar 2.9. Dekomposisi Dikumil Peroksida

2.4.2. Bahan Pencepatan Reaksi