Perkembangan Kognitif Teori-teori yang Mendukung

7

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini membahas kajian pustaka, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian. Kajian pustaka terdiri dari tiga bagian, yaitu teori-teori yang mendukung, penelitian yang relevan, dan literature map.

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Teori-teori yang Mendukung

2.1.1.1 Perkembangan Kognitif

Setiap anak mengalami perkembangan dalam hal kognitif dan memiliki perkembangan kognitif yang berbeda. Salah satu tokoh yang mengembangkan teori perkembangan kognitif adalah Piaget. Teori perkembangan kognitif Piaget adalah teori yang menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dengan menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian yang terjadi di sekitarnya Desmita, 2007: 46. Anak belajar untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya dengan menginterpretasikan atau menafsirkan objek dan kejadian yang mereka alami maupun terjadi di sekitar mereka. Setelah mampu menafsirkan objek atau kejadian-kejadian, mereka akan menghasilkan sesuatu, baik berupa benda, sikap, perilaku, maupun keterampilan untuk bertahan hidup. Perkembangan yang dialami anak dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu maturasi, pengalaman, transmisi sosial, dan faktor ekuilibrasi Salkind, 2009: 313. Salkind mengungkapkan bahwa perubahan biologis yang menyebabkan perubahan-perubahan neurologis melalui pertumbuhan fisik sehingga faktor keturunan disebut maturasi atau pematangan. Pengalaman diperoleh anak ketika ia melakukan aktivitas-aktivitas yang di dalamnya terdapat interaksi dengan lingkungan alam maupun sosial. Transmisi sosial terjadi ketika informasi, sikap, dan kebiasaan ditransmisikan dari kelompok yang satu ke kelompok yang lain. Ekuilibrasi merupakan faktor yang berperan untuk menyatukan ketiga faktor tersebut yang mendorong terjadinya perkembangan pada anak. Piaget Crain, 2007: 171 mengemukakan empat tahap perkembangan intelektual, yaitu: 1 tahap sensori-motor dari lahir –2 tahun, 2 tahap pra- 8 operasional 2-7 tahun, 3 tahap operasional konkret 7-11 tahun, dan 4 tahap operasional formal 11-dewasa. Siswa Sekolah Dasar dilihat dari usianya termasuk pada tahap operasional konkret, sehingga akan dibahas secara lebih mendalam tentang tahap operasional konkret. Operasional konkret adalah tahap ketika anak mengembangkan kemampuan berpikir sistematis, namun hanya ketika mereka dapat mengacu pada objek-objek dan aktivitas yang nyata. Siswa yang berusia 7-11 tahun memungkinkan dirinya untuk membalik operasi tetapi hanya pada tingkatan yang bersifat konkret Salkind, 2009: 346. Salkind menyebutkan bahwa siswa pada usia ini juga memiliki karakter sebagai makhluk sosiosentris. Sosiosentris artinya mengenal lingkungan sosialnya dan tahu perbedaan-perbedaaan yang ada dalam diri setiap orang melalui pengalaman- pengalaman nyata. Salkind berpendapat bahwa strategi pendidikan yang sesuai bagi anak-anak pada usia ini adalah belajar dengan menggunakan pengalaman yang mengutamakan pada tindakan untuk membuat keputusan dan menguji hipotesis. Penelitian ini menggunakan teori perkembangan kognitif dari Piaget sebagai dasar untuk menentukan metode pembelajaran yang sesuai dengan usia anak Sekolah Dasar. Teori ini memberi pedoman bagi peneliti untuk menerapkan metode pembelajaran yang menyediakan kegiatan-kegiatan nyata. Anak pada tahap operasional konkret membutuhkan kegiatan-kegiatan yang langsung melibatkan dirinya pada objek-objek nyata untuk memahami lingkungannya. Anak juga mampu menyelesaikan masalah yang masih abstrak, namun tetap membutuhkan kegiatan konkret atau nyata.

2.1.1.2 Kemampuan Memahami

Dokumen yang terkait

Pengaruh penggunaan metode gerak dan lagu terhadap kemampuan mengingat dan memahami pelajaran ipa pada siswa kelas IV SD Kanisius Demangan Baru 1 Yogyakarta.

0 0 159

Pengaruh penggunaan metode Inkuiri terhadap kemampuan menjelaskan dan menginterpretasi pada pelajaran IPA kelas V di SDK Sorowajan Yogyakarta.

0 1 186

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengingat dan memahami pada pelajaran IPA SD Kanisius Sengkan Yogyakarta.

0 3 146

Pengaruh penggunaan metode gerak dan lagu terhadap kemampuan mengingat dan memahami pelajaran ipa pada siswa kelas IV SD Kanisius Demangan Baru 1 Yogyakarta

0 1 157

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengingat dan memahami pada mata pelajaran IPA SD Kanisius Kalasan Yogyakarta.

3 69 161

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis pada mata pelajaran IPA SD Kanisius Kalasan Yogyakarta.

0 1 143

Pengaruh penggunaan metode Inkuiri terhadap kemampuan menjelaskan dan menginterpretasi pada pelajaran IPA SD Kanisius Demangan Baru 1 Yogyakarta

1 8 168

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengingat dan memahami pada mata pelajaran IPA SD Kanisius Kalasan Yogyakarta

0 2 159

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengingat dan memahami pada pelajaran IPA SD Kanisius Sengkan Yogyakarta

0 0 144

PENGARUH PENGGUNAAN METODE MIND MAP TERHADAP KEMAMPUAN INTERPRETASI DAN ANALISIS PADA MATA PELAJARAN IPA DI SD KANISIUS DEMANGAN BARU I YOGYAKARTA

0 0 173