8 operasional 2-7 tahun, 3 tahap operasional konkret 7-11 tahun, dan 4 tahap
operasional formal 11-dewasa. Siswa Sekolah Dasar dilihat dari usianya termasuk pada tahap operasional konkret, sehingga akan dibahas secara lebih
mendalam tentang tahap operasional konkret. Operasional konkret adalah tahap ketika anak mengembangkan kemampuan berpikir sistematis, namun hanya ketika
mereka dapat mengacu pada objek-objek dan aktivitas yang nyata. Siswa yang berusia 7-11 tahun memungkinkan dirinya untuk membalik
operasi tetapi hanya pada tingkatan yang bersifat konkret Salkind, 2009: 346. Salkind menyebutkan bahwa siswa pada usia ini juga memiliki karakter sebagai
makhluk sosiosentris. Sosiosentris artinya mengenal lingkungan sosialnya dan tahu perbedaan-perbedaaan yang ada dalam diri setiap orang melalui pengalaman-
pengalaman nyata. Salkind berpendapat bahwa strategi pendidikan yang sesuai bagi anak-anak pada usia ini adalah belajar dengan menggunakan pengalaman
yang mengutamakan pada tindakan untuk membuat keputusan dan menguji
hipotesis.
Penelitian ini menggunakan teori perkembangan kognitif dari Piaget sebagai dasar untuk menentukan metode pembelajaran yang sesuai dengan usia anak
Sekolah Dasar. Teori ini memberi pedoman bagi peneliti untuk menerapkan metode pembelajaran yang menyediakan kegiatan-kegiatan nyata. Anak pada
tahap operasional konkret membutuhkan kegiatan-kegiatan yang langsung melibatkan dirinya pada objek-objek nyata untuk memahami lingkungannya.
Anak juga mampu menyelesaikan masalah yang masih abstrak, namun tetap
membutuhkan kegiatan konkret atau nyata.
2.1.1.2 Kemampuan Memahami
Bloom membagi proses kognitif menjadi enam tahap, yaitu mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta
Anderson Krathwohl, 2010: 99. Siswa dikatakan memahami apabila mereka dapat membangun makna dari pesan-pesan pembelajaran baik secara lisan, tulis,
maupun grafis Anderson Krathwohl, 2010: 105. Tahap memahami mencakup enam aspek kemampuan yaitu menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan,
9 merangkum, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan Anderson
Krathwohl, 2010: 99. Kemampuan menjelaskan didefinisikan sebagai proses membuat model
sebab-akibat dalam sebuah sistem, misalnya menjelaskan sebab terjadinya peristiwa penting dalam sejarah Indonesia Anderson Krathwohl, 2010: 114.
Anderson dan Krathwohl 2010: 106 mengungkapkan bahwa menafsirkan berarti mengubah satu bentuk gambaran misalnya angka menjadi bentuk lain misalnya
kata-kata. Nama
lain proses
menafsirkan adalah
mengklarifikasi, memparafrasekan, merepresentasi, dan menerjemahkan.
Berbeda dengan Bloom, Wiggins dan McTighe 2005: 83-84 menyebutkan enam aspek kemampuan memahami yaitu
penjelasan, interpretasi, aplikasi, perspektif, empati, dan pengetahuan diri. The Oxford English Dictionary dalam
Wiggins dan McTighe 2005: 83 menyatakan bahwa kata kerja memahami berarti menangkap makna atau impor ide. Ketika kita benar-benar memahami
maka kita dapat melakukan enam kemampuan Wiggins McTighe, 2005: 84. Pertama, kita dapat menjelaskan melalui generalisasi atau prinsip-prinsip,
memberikan pengetahuan yang benar dan sistematis dari fenomena, fakta, dan data; menghubungkan pengetahuan dan memberikan contoh atau ilustrasi. Kedua,
kita bisa menafsirkan cerita yang bermakna; menawarkan terjemahan tepat; memberikan sejarah atau dimensi pribadi dengan mengungkapkan ide-ide dan
peristiwa; membuat objek pemahaman pribadi melalui gambar, anekdot, analogi, dan model.
Aspek kemampuan memahami yang ketiga, yaitu dapat menerapkan secara efektif dalam menggunakan dan mengadaptasi apa yang kita ketahui dalam
konteks yang beragam dan nyata Wiggins McTighe, 2005: 84. Keempat, memiliki perspektif yaitu melihat dan mendengar berbagai sudut pandang melalui
mata dan telinga yang kritis untuk memperoleh gambaran besar. Kelima, bisa berempati, yaitu menemukan harga dalam tindakan yang dilakukan orang lain;
dan memiliki rasa sensitif atas dasar pengalaman langsung sebelumnya. Keenam, memiliki pengetahuan diri, yaitu kesadaran akan sesuatu yang tidak kita mengerti
dengan merenungkan makna dari pembelajaran dan pengalaman.
10 Berdasarkan pendapat dua ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
kemampuan memahami adalah kecakapan dalam menangkap dan membangun makna dari pesan-pesan pembelajaran baik secara lisan, tulis, maupun grafis yang
memiliki enam aspek kemampuan, yaitu menjelaskan, menginterpretasi, menerapkan, mengembangkan perspektif, membangun empati, dan memahami
diri. Dua pendapat ahli tersebut menyebutkan bahwa ada dua aspek pemahaman yang sama, yaitu menjelaskan dan menginterpretasi atau menafsirkan. Penelitian
ini dibatasi pada dua aspek memahami, yaitu kemampuan menjelaskan dan menginterpretasi atau menafsirkan. Berikut adalah pembahasan tentang dua
kemampuan tersebut.
2.1.1.3 Kemampuan Menjelaskan