Pelaksanaan Penelitian PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Pengambilan data penelitian dilakukan pada tanggal 24-26 Mei 2016. Subjek penelitian adalah perawat sebuah rumah sakit swasta di kota Pekanbaru, Riau. Rumah sakit ini memiliki beberapa unit atau instalasi. Diantaranya ialah Instalasi Gawat Darurat IGD, Instalasi Radiologi, Instalasi Farmasi, Instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Laboratorium, Instalasi Gizi, Rumah Tangga, Instalasi Kamar bedah, Medical Record, Administrasi dan management. Tenaga keperawatan yang ada di rumah sakit ini berjumlah 251 orang. Dengan pertimbangan cukup banyak perawat dari berbagai ruangan yang dilibatkan serta adanya kemungkinan mengganggu kinerja perawat dalam jam kerja, maka pihak rumah sakit memutuskan tidak mengijinkan peneliti membagikan skala kepada perawat secara langsung. Penyebaran skala dilakukan dengan bantuan kepala departemen keperawatan rumah sakit. Departemen keperawatan akan mendistribusikan kepada setiap perawat melalui kepala ruangan dari masing-masing ruangan yang ada di rumah sakit. Jumlah skala yang diserahkan untuk pengambilan data sebanyak 160 eksemplar. Skala yang telah terisi dan dikembalikan rumah sakit ke peneliti adalah sebanyak 156 eksemplar. Dari semua skala yang telah diterima peneliti,terdapat 4 skala tidak bisa digunakan karena pemberian respon jawaban yang tidak lengkap. Selain itu, peneliti mengeliminir 19 skala karena PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57 kecenderungan menjadi outlier. Istilah outlier merujuk pada data yang dikerjakan secara asal-asalan yang mengakibatkan error pada pengukuran uji distribusi normal sehingga perlu dieliminir Santoso, 2010. Pada penelitian ini, subjek cenderung memberikan jawaban dengan memberi respon yang relatif sama polanya pada beberapa item. Dengan demikian, penelitian ini menggunakan data dari skala yang berjumlah 143 eksemplar.

B. Deskripsi Penelitian

1. Deskripsi subjek penelitian

Penelitian ini dilakukan menggunakan data yang diperoleh dari 143 perawat. Dari keseluruhan subjek, diperoleh informasi data demografis berdasarkan jenis kelamin sebagai berikut : Tabel 4.1 Deskripsi data subjek berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Persentase Laki-laki 14 9.79 Perempuan 129 96.27 Jumlah 143 100 Dari tabel 4.1 diketahui bahwa subjek penelitian didominasi oleh perempuan dengan persentase 96,27 . Di sisi lain, jumlah subjek laki-laki yang terlibat dalam penelitian ini hanya sebanyak 14 orang dengan persentase 9,79 . Botero dan Van Dyne 2009 menyatakan bahwa data demografis jenis kelamin, pendidikan dan lama kerja memiliki keterkaitan terhadap munculnya prosocial voice. Laki-laki yang memiliki pendidikan tinggi akan cenderung prosocial voice dibandingkan perempuan Botero PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58 Van Dyne, 2009. Oleh karena itu perlu dilakukan pengukuran variabel kontrol jenis kelamin. Awalnya peneliti ingin menggunakan data demografis perbedaan jenis kelamin untuk mengetahui adanya perbedaan perilaku prosocial voice, tetapi karena perbandingan jumlah subjek laki-laki dan perempuan tidak seimbang maka hal tersebut tidak dilakukan. Publikasi jurnal yang ditulis LePine dan Van Dyne 1998 menggunakan infomasi usia subjek penelitian untuk mengukur prosocial voice. Hal ini dikarenakan penelitian sebelumnya selalu melakukan pengambilan data dengan subjek yang berada pada usia kerja produktif dan tidak menggunakan subjek dibawah umur LePine Van Dyne, 1998, Morrison ,Sin, Pan 2015. Undang-Undang ketenagakerjaaan No.13 tahun 2003 mengatur usia minimal individu boleh bekerja adalah 15 tahun. Pada usia 15 tahun, individu hanya boleh melakukan pekerjaan yang ringan agar tidak menganggu perkembangan fisik, mental dan sosial. Mengacu pada referensi LePine dan Van Dyne 1998 dan UU ketenagakerjaan tahun 2003, peneliti merasa perlu memperoleh informasi mengenai usia dari keseluruhan subjek Tabel 4.2 Deskripsi Data Subjek Berdasarkan Usia Usia Frekuensi Persentase 20 – 25 tahun 26 18,18 26 – 30 tahun 63 44,06 31 – 35 tahun 28 19,58 35 tahun 27 18,88 Jumlah 149 100 59 Data demografis pada tabel 4.2 memberikan informasi subjek yang paling banyak terlibat dalam penelitian ini adalah subjek pada rentang usia 26-30 tahun dengan persentase sebanyak 44,06. Kemudian sebanyak 28 subjek pada usia 31-35 tahun dengan persentase 19,58. Persentase paling rendah terdapat pada 26 subjek yang berusia pada rentang usia 21-25 tahun. Dari data tersebut diketahui seluruh bjek berada rentang usia kerja produktif yang sesuai peraturan ketenangakerjaan Indonesia dan tidak ada subjek yang berada dibawah usia 15 tahun. Dengan demikian keseluruhan subjek digunakan dalam penelitian ini. Van Dyne dan LePine 1998 memaparkan dua kategori durasi lama kerja karyawan yaitu, lamanya karyawan telah kerja diorganisasi organizational tenure dan lamanya karyawan telah berada disebuah kelompok kerja group tenure. Hasil penelitian yang dipublikasikan Stamper dan Van Dyne 2001 menunjukkan karyawan yang lebih lama bekerja diperusahaan lebih nyaman melakukan prosocial voice dibandingkan yang masih baru. Hal ini dikarenakan karyawan yang lebih lama telah mengenali situasi kerja, mekanisme kerja, dan jobdesk profesi mereka. Berdasarkan refensi Stamper dan Van Dyne 2001, peneliti merasa waktu 1 tahun bekerja dapat memberikan kesempatan subjek mengenali situasi kerja sehingga ada kemungkinan mereka prosocial voice. Dengan demikian perlu diperoleh informasi lamanya subjek penelitian telah bekerja di rumah sakit. 60 Tabel 4.3 Deskripsi data subjek berdasarkan lama bekerja di rumah sakit Lama kerja di instansi Frekuensi Persentase 1 – 5 tahun 65 45.45 6 – 10 tahun 46 32.17 11 – 15 tahun 26 18.18 15 tahun 6 4.20 Jumlah 143 100 Tabel 4.3 memaparkan informasi keseluruhan subjek telah memenuhi syarat pengalaman kerja minimal satu tahun. Terpenuhinya syarat tersebut, menunjukkan perawat telah memiliki waktu yang cukup untuk mengenali situasi kerja, mekanisme kerja, dan jobdesk profesi mereka. Dengan demikian, perawat dirasa memiliki informasi yang cukup seandainya akan melakukan prosocial voice terkait hal apa yang ada dalam rumah sakit. Oleh karena itu data yang diperoleh dari 143 subjek dapat digunakan dalam penelitian ini. Tabel 4.4 Deskripsi Data Subjek Berdasarkan Lama Bekerja Dengan Kepala Ruangan Saat Ini Lama kerja dengan kepala ruangan Frekuensi Persentase 1 – 5 tahun 80 55.94 6 – 10 tahun 39 27.27 11 – 15 tahun 20 13.99 15 tahun 4 2.80 Jumlah 143 100 Informasi pada tabel 4.4 menunjukkan sebanyak 59,06 dari keseluruhan subjek penelitian merupakan perawat yang sudah bekerja dengan kepala ruangan dalam rentang 1-5 tahun. Selain itu perawat yang lainnya telah lebih lama bekerja dengan kepala ruangan di rumah sakit 61 tersebut. Liden, Wayne dan Stilwel 1993 mengatakan hubungan antara pemimpin dan bawahan akan mulai terbentuk sejak dua minggu pertama bekerjasama. Terpenuhinya persyaratan ini menunjukkan kepala ruangan dan perawat telah memiliki waktu yang cukup dalam mengenali dan mengembangkan kerja sama sehingga bisa dilihat kualitas hubungan diantara mereka. Oleh karena itu seluruh subjek penelitian telah memenuhi syarat pengalaman bekerja minimal 1 tahun dengan kepala ruangan, sehingga seluruh data dari 143 subjek dapat digunakan untuk meneliti variabel LMX. Selain melakukan kontrol terhadap variabel LMX, peneliti juga melakukan kontrol terhadap variabel prosocial voice. Peneliti menyertakan alat ukur tambahan untuk melihat apakah subjek memiliki ide yang ingin disampaikan kepada kepala ruangan sehingga mendorong kecenderungan untuk melakukan prosocial voice Burris, Dettert Chiaburu, 2008; Dettert Burris, 2007. Ketika pengambilan data dilakukan, sangat dimungkinkan subjek memiliki skor prosocial voice yang rendah karena sedikit memiliki ide yang ingin disampaikan kepada atasanya Dettert Burris, 2007. Peneliti memberikan 5 item dengan pilihan respon yes-no untuk mengukur apakah subjek memiliki ide, informasi, saran, atau kritikan kepada kepala ruangan. Setiap jawaban yes diberi skor 1, sedangkan setiap jawaban no memperoleh skor 0. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62 Tabel 4.5 Deskripsi Skor Prosocial voice Subjek Skor Prosocial voice Frekuensi Persentase 1 15 10,48 2 27 18,88 3 38 26,57 4 42 29,37 5 21 14,68 Jumlah 143 100 Dari tabel 4.5 diketahui keseluruhan subjek dalam penelitian ini memiliki skor 1 hingga 5 dan tidak ada yang memiliki skor 0. Dengan demikian semua subjek telah memenuhi persyaratan, yaitu memiliki ide yang memungkinkan setiap subjek melakukan prosocial voice.

2. Deskripsi data penelitian

Jika pada sub bab sebelumnya menjelaskan deskripsi demografis pada subjek, maka pada sub bab ini dipaparkan deskripsi dari data yang diperoleh dari 143 subjek Tabel 4.6 Deskripsi Statistik Data Penelitian Variabel N Min Max Modus Mean Empris Mean Teoritis Std. Deviation LMX 143 36 66 55 55.10 27,50 5.535 Psy.Ownership 143 16 36 30 29.16 15,00 4.282 Prosocial prosocial voice 143 5 25 10 12.23 12,50 4.104 63 Berdasarkan tabel 4.6 diperoleh informasi skor LMX yang diperoleh subjek berkisar dari 36 sebagai skor paling rendah hingga nilai 66 sebagai skor paling tinggi. Skor 55 adalah skor yang paling banyak muncul. Selain itu, diperoleh mean empris sebesar 55,10 dan skor mean teoritis 27,50. Skor mean empiris lebih tinggi dari mean teoritis. Berdasarkan hasil uji t, diketahui nilai signifikansi pada perbedaan mean empiris dan mean teroitis adalah 0.000 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa perawat di rumah sakit ini memiliki kualitas LMX, yang cenderung tinggi dan signifikan. Pada data variabel psychological ownership, skor yang paling banyak diperoleh subjek adalah 30. Skor mean empiris adalah 29,16 sedangkan mean teoritik 15,00. Dari data tersebut diketahui skor mean empiris yang lebih tinggi dibandingkan mean teoritis. Skor mean empiris lebih tinggi dari mean teoritis. Hasil uji t, menunjukkan nilai signifikansi 0.000 0.05 pada perbedaan mean empiris dan mean teroitis. Artinya, subjek penelitian memiliki psychological ownership yang cenderung tinggi dan signifikan. Pada pengukuran prosocial voice, nilai yang paling banyak diperoleh subjek adalah 10. Skor terendah yang diperoleh subjek adalah 5 dan skor tertinggi yang berhasil diperoleh adalah 25. Berdasarkan perhitungan manual, diperoleh skor mean teoritis sebesar 12,50. Di sisi lain, diperoleh skor mean empirik sebesar 12,23. Berdasarkan hasil uji t, diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.004 0.05 pada perbedaan mean empiris dan mean teroitis. Hal ini menunjukkan keseluruhan subjek secara rata-rata memiliki prosocial voice yang lebih rendah dan signifikan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64

C. ANALISIS DATA PENELITIAN

1. Uji Asumsi

a. Uji Normalitas Residual

Uji normalitas merupakan upaya untuk mengecek apakah data penelitian kita berasal dari populasi yang sebarannya normal Siregar, 2013. Uji normalitas dapat dilakukan dengan menghitung skor Z pada analisis Kolmogorov-Smirnov dengan SPSS versi 16. Umumnya data akan dikatakan terdistribusi normal jika nilai p atau Asymp. Sig. 2- tailed lebih besar dari 0,05 Santoso, 2010. Selain itu bisa mengunakan cara melihat sebaran residu menggunakan Normal Q-Q plots. Data terdistribusi normal jika sebaran data mendekati atau sejajar dengar garis normal yang melintang. Mengingat penelitian ini menggunakan variabel mediator maka akan ditampilkan 4 model regresi beserta kolom Kolmogorov-Smirnov. Tabel 4.7 Hasil Uji Asumsi Normalitas Variabel Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. 2-tailed LMX dan Psy.Ownership 0,834 0,476 Psy.Ownership dan prosocial voice 1,320 0,061 LMX dan prosocial voice 1,330 0,058 LMX, psy.ownership dan prosocial voice 1,142 0,147 Hasil tabel 4.7 menunjukkan skor Asymp.Sig. 2-tailed pada model regresi LMX dan psychological ownership sebesar 0,476. 65 Kemudian pada model kedua, yaitu regresi psychological ownership dan prosocial voice nilai Asymp. Sig. 2-tailed adalah 0,061. Nilai 0,058 pada kolom Asymp. Sig. 2-tailed merupakan hasil regresi pada variabel LMX dan prosocial voice. Lalu yang terakhir, uji normalitas model regresi LMX, psychological ownership, prosocial voice diperoleh nilai Asymp. Sig. 2-tailed sebesar 0,147. Dengan demikian, diketahui seluruh model regresi di atas memiliki nilai Asymp. Sig. 2-tailed yang lebih besar dari 0,050 sehingga dapat dikatakan sebaran residu pada seluruh model regresi terdistribusi normal.

b. Uji Linearitas

Setelah menguji sebaran data terdisibusi normal atau tidak, peneliti melakukan uji linearitas untuk melihat apakah hubungan antar variabel yang hendak dianalisis mengikuti garis lurus Santoso, 2010. Hal ini akan mudah dipahami dengan logika berikut “jika ada peningkatan atau penurunan kuantitas disuatu variabel akan diikuti secara linear oleh peningkatan atau penurunan pada kuantitas variabel yang lainnya” Gunawan, 2015. Uji asumsi linieritas dilakukan dengan metode statistik test for linearity Santoso, 2010. Hubungan antar variabel akan mengikuti model linear jika pada baris linearity diperoleh nilai signifikasinsi lebih kecil dari 0,05. 66 Tabel 4.8 Uji Asumsi Linearitas Variabel Sum of Squares Df Mean Square F Linearity Sig. LMX dan Psy.Ownership 340,612 1 340,612 23,899 ,000 Psy.Ownership dan prosocial voice 59,053 1 59,053 7,800 ,006 LMX dan prosocial voice 352,479 1 352,479 60,909 ,000 Tabel 4.8 memberikan informasi semua nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan uji asumsi linearitas telah terpenuhi. Artinya, seluruh variabel dalam penelitian ini memiliki hubungan yang linear antara satu variabel dengan variabel yang lain.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas perlu dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varian residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Secara lebih ringkas Santoso 2010 menjelaskan bahwa kenaikan besarnya nilai variabel tidak diikuti oleh makin besar atau kecil dari variasi residu. Dengan kata lain data yang kita teliti bersifat homogen. Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan metode statistik Glejser Yudiaatmaja, 2013. Asumsi heteroskedastisitas terpenu hi jika nilai signifikansi dari regresi ≥ 0.05. Selain itu scatter plot tidak membentuk megaphone effect juga menunjukkan uji heteroskedastisitas terpenuhi Santoso, 2010. 67 Tabel 4.9 Uji Glejser Heteroskedastisitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Variabel Sig. N LMX – Prosocial voice 0.675 143 LMX – Psy.Ownership 0.452 143 Psy.Ownership – Prosocial voice 0.480 143 Tabel 4.9 memberikan informasi bahwa seluruh variabel penelitian memiliki variasi residu yang konstan sehingga dapat dikatakan data bersifat homogen.

2. Uji Hipotesis

Hasil uji asumsi menunjukkan data yang digunakan dalam penelitian ini terdistribusi normal, memiliki hubungan antar variabel yang linear dan memiliki variasi residu yang homogen. Dengan terpenuhinya uji asumsi, maka penelitian dilanjutkan menguji hipotesis dengan metode statistik parametrik regresi sederhana. Oleh karena penelitian ini menguji pengaruh variabel mediator pada sebuah hubungan antar variabel, maka peneliti akan mengacu pada teknik yang dikenalkan oleh Baron dan Kenny 1986. Ada 4 model regresi untuk menguji variabel mediator. 68 Gambar 4.1 Adapun model penelitiannya adalah sebagai berikut : 1. Melakukan regresi sederhana jalur a, pada variabel LMX dengan variabel mediator psychological ownership 2. Melakukan regresi sederhana jalur b, pada variabel mediator psychological ownership dengan prosocial voice 3. Melakukan regresi sederhana jalur c, pada variabel bebas LMX dengan variabel tergantung prosocial voice. 4. Melakukan regresi berganda jalur c ’, pada variabel bebas LMX dan variabel mediator psychological ownership dengan variabel tergantung prosocial voice. Barron dan Kenny 1986 menyatakan pengaruh variabel mediator dapat dianalisis jika setiap model regresi jalur a, b, dan c menunjukkan hasilyang signifikan p 0,05. Menurut Barron dan Kenny 1986 ada dua jenis LMX Psy. Ownership Prosocial voice H2 H2 Jalur b H4 Jalur c ’ H1 jalur a H3 Jalur c 69 mediasi. Pertama adalah full mediation, hal ini terjadi jika hasil regresi variabel independent yang melibatkan variabel mediator jalur c’ terhadap variabel dependent ditemukan hasil yang tidak signifikan. Jenis mediasi yang kedua adalah partial mediation. Mediasi ini terjadi jika hasil regresi variabel independent yang melibatkan variabel mediator terhadap variabel dependent diperoleh hasil yang tetap signifikan. Berikut akan ditampilkan hasil analisis regresi setiap hipotesis. 70 H1 = Terdapat hubungan positif yang signifikan antara LMX dan psychological ownership. Tabel 4.10 Regresi sederhana LMX dan Psychological Ownership Model Summary Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 ,374 a ,140 ,134 3,85722 a. Predictors: Constant, LMX Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 13,821 3,202 4,317 ,000 LMX ,277 ,058 ,374 4,785 ,000 a. Dependentt Variable: PSY_OWN Berdasarkan tabel 4.10 diperoleh hasil variabel LMX berkorelasi positif yang signifikan terhadap variabel psychological ownership dengan koefisien r sebesar 0,374. Persamaan regresi dari hipotesis pertama adalah Y = 13,821 + 0,277 X, simbol Y adalah psychological ownership dan X adalah LMX. Kolom R square memberikan gambaran variabel LMX memiliki sumbangan efektif sebesar 14 untuk memprediksi variasi pada psychological ownership. Selain itu, nilai p yang diperoleh sebesar 0,000 dan lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian variabel LMX secara signifikan berhubungan dengan variabel psychological ownership. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71 H2 = Terdapat hubungan positif yang signifikan antara psychological ownership dan prosocial voice Tabel 4.11 Regresi Sederhana Psychological Ownership dan Prosocial voice Model Summary Mode l R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 ,218 a ,047 ,102 2,89864 a. Predictors: Constant, PSY_OWN Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 19,981 1,723 11,596 ,000 PSY_ OWN ,156 ,059 ,318 2,651 ,009 a. Dependentt Variable: Prosocial voice Tabel 4.11 menunjukkan hasil variabel psychological ownership berkorelasi positif yang signifikan terhadap variabel prosocial voice dengan koefisien r sebesar 0,218. Persamaan regresi dari hipotesis kedua adalah Y = 19,981 + 0,157 X, simbol Y adalah prosocial voice dan X adalah psychological ownership. Psychological ownership memiliki sumbangan efektif sebesar 4,7 untuk memprediksi variasi pada prosocial voice. Selain itu, nilai p yang diperoleh sebesar 0,009 sehingga lebih kecil dari 0,05. Oleh karena itu variabel psychological ownership secara signifikan berhubungan dengan variabel prosocial voice. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72 H3 = Terdapat hubungan positif yang signifikan antara LMX dan prosocial voice Tabel 4.12 Regresi Sederhana LMX dan Prosocial voice Model Summary Mod el R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 ,532 a ,283 ,278 2,51417 a. Predictors: Constant, LMX Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 8,999 2,087 4,312 , 000 LMX ,282 ,038 ,532 7,467 , 000 a. Dependentt Variable: Prosocial voice Pada tabel 4.12 diperoleh koefisien korelasir sebesar 0,532 dengan signifikansi 0,000. Persamaan regresi dari hipotesis ketiga adalah Y = 8,999 + 0,282 X, simbol Y adalah prosocial voice dan X adalah LMX. Hal ini menjelaskan variabel LMX berkorelasi positif yang signifikan terhadap variabel prosocial voice. Pada R squarediperoleh skor0,283yang menerangkan bahwa variabel LMX memiliki sumbangan efektif sebesar 28,3 untuk memprediksi variasi pada prosocial voice. Selain itu, nilai p yang diperoleh sebesar 0,000 dan lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian variabel LMX secara signifikan berkorelasi dengan variabel prosocial voice. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73 H4 = Psychological ownership memediasi hubungan antara LMX dan prosocial voice Tabel 4.13 Regresi Berganda LMX dan Psychological ownership dengan Prosocial voice. Model Summary Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 ,533 a ,284 ,274 2,52240 a. Predictors: Constant, PSY_OWN, LMX Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 8,782 2,228 3,942 ,000 LMX ,277 ,041 ,524 6,797 ,000 PSY_O WN ,016 ,055 ,022 ,285 ,776 a. Dependentt Variable: Prosocial voice Berdasarkan tabel 4.13 variabel independent LMX dan variabel mediator psychological ownership berkorelasi terhadap variabel prosocial voice dengan koefisien r sebesar 0,533. LMX dan psychological ownership memiliki sumbangan efektif sebesar 28,4 untuk memprediksi variasi pada prosocial voice. Persamaan regresi yang diperoleh adalah Y= 8,782 + 0,277 X1 + 0,16 X2, Y adalah prosocial voice, X1 adalah LMX dan X2 adalah psychological ownership. Uji multiple regression analysis dengan mengontrol variabel psychological ownership, menunjukkan hasil koefisien regresinya direct effect jalur c turun. Penurunan koefisien terjadi dari 0,282 lihat tabel 4.12 menjadi 0.277. Selain itu, nilai p yang 74 diperoleh setelah mengontrol variabel psychological adalah 0,776 dan lebih besar dari 0,05. Mengacu pada konsep yang dijelaskan Barron dan Kenny 1986 maka pada penelitian ini terjadi full mediation. Dengan demikian disimpulkan variabel psychological ownership memediasi secara sempurna hubungan LMX dan prosocial voice. Keseluruhan hasil model regresi yang dipaparkan terbukti mendukung hipotesis penelitian. Variabel LMX secara signifikan berkorelasi dengan variabel psychological ownership syarat jalur a terpenuhi. Variabel psychological ownership secara signifikan berkorelasi dengan terhadap variabel prosocial voice syarat jalur b terpenuhi. Variabel LMX juga berkorelasi secara signifikan terhadap variabel prosocial voice syarat jalur c terpenuhi. Kemudian pada tabel 4.13 hasil regresi LMX dan prosocial voice yang melibatkan psychological ownership sebagai mediator menunjukkan penurunan koefisien regresinya direct effect yang sebelumnya sebesar 0,282 turun menjadi 0.277. Selain itu diperoleh hasil nilai signifikan p sebesar 0,776 dan lebih besar dari 0,05. Dengan demikian disimpulkan variabel psychological ownership memediasi secara sempurna hubungan LMX dan prosocial voice. 75

D. PEMBAHASAN

Hasil penelitian pada regresi ‘jalur a’ mendukung hipotesis pertama, yaitu ada hubungan positif yang signifikan antara variabel LMX dengan psychological ownership. Koefisien korelasi yang ditemukann sebesar 0,37 dengan signifikansi 0,00 yang lebih kecil dari 0,05. LMX memberikan sumbangan efektif sebesar 14 untuk memprediksi psychological ownership. Hasil penelitian menunjukkan semakin tinggi skor kualitas hubungan pemimpin dengan karyawan LMX diikuti dengan semakin tinggi rasa memiliki karyawan terhadap organisasi psychological ownership. Hasil penelitian memperkokoh pendapat Mahyew et, al 2007 bahwa sikap pemimpin memengaruhi tingkat psychological ownership karyawan terhadap organisasi. Secara teoritis, karyawan memersepsikan sikap pemimpin terhadap dirinya lalu memberikan respon sikap positif atau negatif kepada atasanya Dulebohn, 2012. Skor dimensi afeksi LMX tinggi, akan membentuk keakraban friendship dan saling menyukai secara interpersonal sehingga muncul perasaan yang nyaman karyawan menjalin hubungan dengan pemimpin Masylin Uhl-Bien, 2001. Perasaan nyaman dengan pemimpin yang memiliki kaitan dengan aspek psychological ownership yaitu have a place. Aspek have a place merupakan rasa nyaman berada di organisasi serta merasa diterima oleh lingkungan kerja. Individu yang merasa nyaman berada diorganisasi akan mengembangkan rasa memiliki terhadap organisasi Pierce et al, 2001. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76 LMX yang tinggi membuat pemimpin memberikan tanggung jawab yang lebih besar serta memberikan feedback atas hasil kerja setiap karyawan Brouer Harris, 2007. Kondisi tersebut, mengembangkan dimensi psychological ownership karyawan yaitu; self-efficacy. Pemimpin akan memberikan tugas baru kepada karyawan yang telah berhasil melakukan tugas sebelumnya. Keberhasilan melakukan tanggung jawab yang lama membuat individu memiliki efikasi diri untuk menyelesaikan tugas baru dengan baik Pierce et al, 2001. Individu yang memiliki efikasi yang bagus pada tugas dalam organisasi akan mengembangkan psychological ownership pada bidang tersebut Van Dyne Pierce, 2004. Informasi dari hasil analisis deskriptif subjek juga dapat menjadi acuan hipotesis diterima. Skor LMX dan psychological ownership seluruh subjek secara rata-rata tergolong tinggi Mean empirik Mean teoritis sehingga memungkinkan terjadinya hubungan antara variabel tersebut. Berdasarkan hasil analisis regresi sederhana pada model ‘jalur b’, diperoleh hasil yang membuktikan hipotesis kedua. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara psychological ownership dan prosocial voice. Hasil ini diintepretasi berdasarkan skor koefisien korelasi r sebesar 0,21 dengan signifikansi 0,009 p 0,05. Psychological ownership memberikan sumbangan efektif sebesar 4,7 untuk memprediksi prosocial voice. Meskipun memiliki nilai signifikansi yang baik, besaran kefisien korelasi 0,21 masuk dalam kategori lemah. Hal ini menunjukkan meskipun hubungan antara psychological ownership dan prosocial voice signifikan dapat dipercaya 77 namun korelasi diantara keduanya lemah. Korelasi yang lemah diartikan kenaikan nilai variabel kadang-kadang diikut dengan penurunan nilai variabel lainnya atau kadang-kadang diikuti dengan kenaikan nilai variabel yang lainnya sehingga arah hubungannya tidak teratur, kadang-kadang searah, kadang-kadang berlawanan. Oleh karena itu sangat dimungkinkan hubungan LMX dan prosocial voice dimediatori oleh variabel lainnya, selain psychological ownership. Avey, Avolio, Crossley dan Luthan 2009 menyatakan terdapat 2 pandangan individu yang memiliki psychological ownership, yaitu promotive oriented dan preventive oriented. Individu yang memiliki psychological ownership akan memiliki prosocial prosocial voice yang rendah ketika memiliki pandangan preventive oriented. Pendekatan preventive oriented merupakan tindakan yang bersifat kaku, berperilaku sesuai aturan karena takut hukuman, dan mengharapkan tidak banyak terjadi perubahan. Mahyew et al 2007 yang juga menemukan hubungan psychological ownership dan prosocial voice rendah dikarenakan subjek penelitian yang sedikit, dan metode pengambilan data yang self-report. Subjek penelitian yang dipakai oleh Mahyew et al 2007 hanya mengunakan data dari 68 subjek. Menurut Mahyew et al 2007 hasil penelitian yang menunjukkan hubungan yang kuat antara psychological ownership dan prosocial voice ditemukan pada penelitian yang menggunakan subjek sebanyak 797 orang Vandewalle et al, 1995. Selain itu pengambilan data yang self-report memungkinkan subjek memberikan penilaian yang dipengaruhi oleh social desirability. Akibatnya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78 alat tidak mengukur kondisi variabel dengan tepat sehingga ketika dikorelasikan dengan variabel lain terjadi hubungan yang tidak teratur. Di sisi lain, keterkaitan hubungan antara psychological ownership dan prosocial voice dapat dijelakan oleh Vandewalle et al 1995 Karyawan dengan rasa memiliki yang tinggi terhadap organisasi akan berusaha menjaga keberadaan organisasi berjalan baik sehingga individu akan melakukan prosocial voice untuk meminimalisir tindakan yang akan merusak kinerja organisasi Vandewalle, Van Dyne, Kostova, 1995. Avey et al 2009 menyatakan pendekatan promotive-oriented mendorong individu melakukan psychological ownership yang didasari motivasi untuk mengembangkan dan melakukan peningkatan yang efektif bagi organisasi. Pendekatan promotive-oriented memiliki kesamaan dengan motif yang mendasari individu melakukan prosocial voice. Individu secara sukarela menyampaikan ide, masukan, keprihatinan akan masalah organisasi dengan tujuan memperbaiki organisasi kearah yang lebih baik Morrison, 2014; Van Dyne Botero, 2003. Kesamaan motif antara pendekatan promotive-oriented dan prosocial voice dapat menjelaskan alasan yang mendasari hubungan variabel psychological ownership dan prosocial voice. Hasil model regresi ‘jalur c’ terbukti mendukung hipotesis penelitian ketiga. Hasil menunjukkan ada hubungan positif yang signifikan antara variabel LMX dan prosocial voice. Pembuktian diterimanya hipotesis berdasarkan hasil regresi yang menunjukkan skor 0,53 pada koefisien korelasi. Selain itu, diketahui LMX dapat memprediksi prosocial voice sebanyak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79 28,3. Semakin tinggi kualitas hubungan perawat dengan kepala ruangan akan diikuti semakin tinggi perilaku prosocial voice para perawat. Hasil penelitian yang ketiga, mendukung hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Detert dan Burris 2007 tentang hubungan antara LMX dan prosocial voice. Berdasarkan teori reciprocity yang diungkapkan oleh Cropanzano dan Mitchell dalam Zhao, 2014 karyawan yang memiliki kualitas LMX yang tinggi dengan pemimpin, akan merasa memiliki tanggung jawab untuk membalas perlakuan dan memenuhi kewajban timbal balik tersebut dengan terlibat dalam melakukan kinerja extra role. Prosocial voice merupakan salah satu perilaku yang termasuk extra role Van Dyne LePine,1998. Robins 2006 menjelaskan karyawan dengan LMX yang tinggi akan dikategorikan kelompok in group. Pemimpin akan memberikan perhatian, kesempatan berinteraksi, dan dukungan secara personal Dulebhon et al, 2012 yang lebih besar terhadap kelompok in group Robins, 2006. Keberadaan karyawan dalam situasi diperhatikan, mendapat dukungan dan kesempatan berinteraksi sangat memungkinkan karyawan melakukan prosocial voice kepada pemimpin. Pada penelitian ini, data dari keseluruhan subjek menunjukkan skor kualitas hubungan dengan pemimpin LMX secara rata-rata tergolong tinggi sehingga sangat memungkinkan perawat melakukan prosocial voice karena diperhatikan oleh pemimpin kepala ruangan. Sikap pemimpin akan selalu direspon oleh karyawan baik dengan sikap positif atau negatif sehingga akan membentuk kualitas hubungan antara PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80 pemimpin dan karyawan Dulebohn, 2012. Pemimpin yang memiliki sikap keterbukaan atas masukan management openness dan memiliki orientasi perubahan ke masa depan lebih akan mengembangkan kemampuan karyawan mencapai tujuan transformational leader sehingga karyawan cenderung melakukan prosocial voice kepada pemimpin Detert Burris, 2007. Hasil penelitian model regresi jalur c ‘ telah membuktikan hipotesi ke empat diterima. Mengacu pada 4 model uji mediasi yang dikemukakan Barron dan Kenny 1986 dinyatakan variabel psychological ownership secara signifikan memediasi secara sempurna full mediation pada hubungan LMX dan prosocial voice. Pernyataan tersebut berdasarkan skor koefisien korelasi antara LMX dan psychological ownershipterhadap prosocial voice sebesar 0,533 dengan sumbangan efektif sebesar 28,4 . Selain itu diperoleh skor signifikasi 0,776 yang lebih besar dari 0,05 sehingga dikategorikan terjadi full mediation. Penelitian menunjukkan semakin tinggi skor kualitas hubungan pemimpin dengan karyawannya LMX berkorelasi positif dengan semakin tinggi rasa memiliki karyawan dengan organisasi psychological ownership. Kondisi LMX dan psychological ownership yang tinggi akan mendorong karyawan memiliki prosocial voice yang semakin tinggi. Hasil penelitian ini menjawab saran Duanxu Wang et al 2016 terkait masih sedikitnya penelitian yang berusaha menemukan skema hubungan LMX dan prosocial voice melalui variabel mediator atau moderator. Penelitian sebelumnya fokus menguji LMX akan berhubungan secara langsung terhadap variabel prosocial voice Detert Burris, 2007; Van Dyne et al,2008. Hasil 81 penelitian ini menunjukkan LMX tidak langsung memengaruhi kemunculan prosocial voice, tetapi memengaruhi variabel psychological ownership dalam diri karyawan terlebih dahulu. Ketika karyawan melakukan interaksi sosial yang baik dengan pemimpin akan membentuk hubungan yang saling percaya dengan pemimpin. LMX yang tinggi akan membuat pemimpin memberikan tanggung jawab yang lebih besar serta memberikan feedback atas hasil kerja setiap karyawan Brouer Harris, 2007. Ketika pemimpin memberikan feedback yang baik maka akan memengaruhi dimensi self-efficacy dari variabel psychological ownership. LMX yang tinggi juga membuat rasa nyaman pada hubungan antara pemimpin dan karyawan. Rasa nyaman dengan lingkungan kerja berkaitan dengan dimensi have a place dari variabel psychological ownership. Disisi lain, penelitian Vandewalle et al 1995 telah membuktikan, karyawan dengan psychological ownership yang tinggi akan mendorong individu melakukan prosocial voice. Hal ini dikarenakan individu yang melakukan psychological ownership memiliki motivasi yang sama dengan tujuan perilaku prosocial voice yaitu untuk mengembangkan dan melakukan peningkatan yang efektif bagi organisasi Vandewalle, Van Dyne, Kostova,1995. 82

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Mengacu model analisis mediasi Baron dan Kenny 1986, hasil penelitian yang dilakukan pada 143 perawat rumah sakit swasta X di Pekanbaru terbukti mendukung seluruh hipotesis penelitan. Pertama, kualitas hubungan pemimpin dengan karyawan LMX terbukti memiliki hubungan positif yang signifikan dengan psychological ownership. Semakin tinggi skor LMX diikuti dengan semakin tinggi rasa memiliki karyawan terhadap organisasi psychological ownership. Kedua, psychological ownership terbukti memiliki hubungan positif yang signifikan dengan voice. Semakin tinggi skor psychological ownership diikuti dengan semakin tinggi kecenderungan perawat melakukan voice. Ketiga, kualitas hubungan pemimpin dengan karyawan LMX terbukti memiliki hubungan positif yang signifikan dengan voice. Semakin tinggi skor kualitas hubungan pemimpin dengan karyawannyaLMX diikuti dengan semakin tinggi kecenderungan perawat melakukan voice. Keempat, terjadi hubungan yang tidak signifikan antara LMX dan voice ketika melibatkan psychological ownership sebagai variabel mediator. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa psychological ownership memediasi secara sempurna full mediation pada hubungan LMX dan voice.