29
3. Dampak Leader Member Exchange LMX
Penelitian yang dilakukan oleh Demeroti, Breevaart, dan Van Den Heuvel 2015 membuktikan LMX memengaruhi keterlibatan kerja
work engangement dan kinerja job performance karyawan. Hasil penelitian menjelaskan karyawan yang memiliki hubungan yang tinggi
dalam konteks lingkungan yang baik saling mendukung dan adanya kesempatan mengembangkan diri akan mendorong karyawan terlibat
lebih dan memiliki kinerja yang lebih baik. Selain itu, hasil penelitian Ilies, Nahrgang, dan Morgenson 2007
menunjukkan bahwa LMX memengaruhi perilaku Organizational Citizenship Behavior OCB. Dalam teori Organizational Citizenship
Behaviour perilaku karyawan dibedakan dalam 2 hal yaitu behavior perilaku yang sesuai dengan job desk dan tuntutan kerja in-role dan
tindakan yang karyawan lakukan meskipun tidak diatur dalam job description extra-role. Teirney dan Bauer 1996 telah melakukan
penelitian terhadap kedua jenis OCB tersebut. Penelitian menunjukkan kualitas hubungan yang baik antara atasan dan karyawan mengarah pada
tingginya intensitas perilaku extra-role pada karyawan. Secara spesifik perilaku extra-role terdiri dari perilaku helping dan
voice Van Dyne Le Pine, 1998. Sejauh ini telah dilakukan penelitian yang menguji LMX terhadap kedua bentuk perilaku extra-role. Penelitan
Van Dyne, Kamdar, dan Joireman 2008 mengungkap bahwa tingkat LMX yang rendah akan berhubungan dengan perilaku helping karyawan
30
yang akan semakin menurun. Di sisi lain LMX yang tinggi akan memengaruhi perilaku voice karyawan Botero Van Dyne, 2009.
Semakin tinggi kualitas hubungan atasan dan karyawan, maka karyawan akan cenderung melakukan perilaku voice kepada pemimpin. Mahyew,
Askhanasy dan Bramble 2007 mengemukan dalam jurnal penelitiannya sikap dari pemimpin terhadap karyawan dapat memengaruhi
psychological ownership. Meskipun demikian LMX terbukti behubungan denga voice,
penelitian yang dilakukan oleh Duanxu Wang, Chenjing Gan dan Choyan Wu 2016 menyatakan belum ada kejelasan mekanisme hubungan
antara LMX dengan voice apakah secara langsung atau tidak langsung, sehingga diperlukan penelitian berikutnya yang menyertakan variabel
mediator atau moderator.
C. PSYCHOLOGICAL OWNERSHIP
1. Definisi Psychological Ownership
Psychological ownership adalah pengalaman psikologis individu ketika mengembangkan rasa possesif memiliki akan suatu target Van
Dyne, Pierce, 2004. Menurut Pierce, Kostova, dan Dirks 2001 target atau objek dari psychological ownership dapat bersifat material
benda, fasilitas tetapi juga non material ide, seni artistik, suara. Menurut Furby dalam Van Dyne, Pierce, 2004 hal yang mendasari