Input Pelaksanaan Program Antenatal Care di Puskesmas

april sampai dengan 31 maret tahun berikutnya, namun saat ini APBN dihitung sejak tanggal 1 januari sampai dengan 31 desember. Anggaran pendapatan dan belanja negara harus memenuhi fungsi alokasi, distribusi dan stabilisasi. a Fungsi alokasi, di dalam APBN dijelaskan sumber pendapatan dan pendistribusiannya. Pendapatan yang paling besar dari pemerintah berasal dari pajak, penghasilan dari pajak dapat di alokasikan ke berbagai sektor pembangunan. Dengan pedoman APBN, pendapatan yang bersumber dari pajak dapat digunakan untuk membangun sarana umum, dan pengeluaran lainnya yang bersifat umum. b Fungsi distribusi, pajak yang ditarik dari masyarakat dan masuk menjadi pendapatan dalam APBN tidak selalu harus didistribusikan untuk kepentingan umum, melainkan dapat pula didistribusikan dalam bentuk dana subsidi dan dana pension. Pengeluaran pemerintas semacam ini disebut transfer payment. Transfer payment dapat membatalkan pembiayaan ke salah satu sektor, kemudian dipindahkan ke sektor yang lain. c Fungsi stabilisasi, APBN berfungsi sebagai pedoman agar pendapatan dan pengeluaran keuangan negara teratur sesuai dengan yang telah ditetapkan. Dengan demikian, akan mempermudah pencapaian berbagai sasaran yang telah ditetapkan. Dengan menetapkan APBN sesuai alokasi yang ditentukan akan menjaga kestabilan arus uang dan barang sehingga dapt menghindari terjadinya inflasi atau deflasi. Di dalam UU No 36 tahun 2009 tentang kesehatan mengatur besaran anggaran kesehatan pusat adalah 5 dari APBN di luar gaji, sedangkan APBD Propinsi dan KabKota 10 di luar gaji, namun pada kenyataannya anggaran untuk kesehatan Cuma mendapat angka 2,37. padahal menurut Mentri Kesehatan Achmad Sujudi waktu itu, idealnya anggaran kesehatan minimalnya 4 dari APBN, bandingkan misalnya dengan anggaran pertahanan yang mencapai 5,5 dari APBN. Padahal jika pemerintah mau, pemerintah bisa saja menjaring dana Rp 1 triliun saja dari BLBI yang di selewengkan yang totalnya berjumlah Rp 51 triliun untuk menangani permasalahan kesehatan buruk balita di Indonesia. 2 Pemerintah Daerah APBD APBD merupakan suatu gambaran atau tolak ukur penting keberhasilan suatu daerah di dalam meningkatkan potensi perekonomian daerah. Artinya, jika perekonomian daerah mengalami pertumbuhan, maka akan berdampak positif terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah PAD , khususnya penerimaan pajak-pajak daerah Saragih, 2003. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh DPRD dan ditetapkan dengan peraturan daerah. APBD memiliki fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi. Fungsi otorisasi mengandung arti bahwa Perda tentang APBD menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan. Fungsi perencanaan berarti bahwa APBD menjadi pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan, sedangkan fungsi pengawasan terlihat dari digunakannya APBD sebagai standar dalam penilaian penyelenggaraan pemerintahan daerah Nordiawan, 2007. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 menyatakan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD disusun berdasarkan pendekatan kinerja, yaitu suatu sistem anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan alokasi biaya atau input yang ditetapkan. Selanjutnya, Pemerintah Daerah bersama-sama dengan DPRD akan menyusun Arah dan Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD yang memuat petunjuk dan ketentuan umum yang disepakati sebagai pedoman dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD. Begitupun juga keputusan didalam UU No 36 tahun 2009 yang menyatakan bahwa salah satu sumber dana pada sektor kesehatan yaitu dari APBD provinsi dan kabupatenkota, yang mana untuk sektor kesehatan dikeluarkan dana yaitu sebesar 10 dari APBD. 3 Masyarakatswasta Sumber dana dari anggaran masyarakatswasta yaitu dapat berasal dari individual ataupun perusahaan. Sistem ini mengharapkan agar masyarakat swasta berperan aktif secara mandiri dalam penyelenggaraan maupun pemanfaatannya. Hal ini memberikan dampak adanya pelayanan-pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh pihak swasta, dengan fasilitas dan penggunaan alat-alat berteknologi tinggi disertai peningkatan biaya pemanfaatan atau penggunaannya oleh pihak pemakai jasa layanan kesehatan tersebut. Kesehatan oleh masyarakatswasta dapat dirincikan sebagai berikut: a Pengeluaran rumah tangga untuk pembiayaan kesehatan out of pocket atau Direct payment, biaya ini digunakan untuk membiayai pelayanan kesehatan atau operasional rumah sakit. b Pembiayaan oleh perusahaan swasta dan BUMN non DEPKES untuk membiayai para karyawan, biaya digunakan untuk membiayai pelayanan atau operasional rumah sakit. c Pembiayaan melalui asuransi kesehatan, yaitu PT Askes, Asabri dan Jasa Raharja. 4 Bantuan Luar Negri Sumber pembiayaan kesehatan, khususnya untuk penatalaksanaan penyakit – penyakit tertentu cukup sering diperoleh dari bantuan biaya pihak lain, misalnya oleh organisasi sosial ataupun pemerintah negara lain. Antara lain berasal dari WHO, UNICEF serta pinjaman luar negri dan sebagainya.

d. Kebijakan dan SOP

Kebijakan adalah suatu kecermatan, ketelitian, dan langkah yang diambil untuk mengatasi suatu masalah Aam, 2006. Thomas R Dye 1975, dalam Ayuningtias 2014 yang mengatakan bahwa kebijakan publik adalah apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan whatever governments choose to do or not to do. Seorang ahli lainnya, Crinson 2009 menyatakan kebijakan merupakan sebuah konsep, bukan fenomena spesifik maupun konkrit, sehingga pendefinisiannya akan menghadapi banyak kendala atau dengan kata lain tidak mudah. Melihat pengertian mengenai kebijakan publik diatas, definisi tersebut pun dapat diaplikasikan untuk memahami pengertian kebijakan kesehatan. Kebijakan publik yang bertransformasi menjadi kebijakan kesehatan ketika pedoman yang ditetapkan bertujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Dumilah, 2014. Standar Operasional Prosedur adalah pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja instasi pemerintah berdasarkan indikator indikator teknis, administrasif dan prosedural sesuai dengan tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada unit kerja yang bersangkutan. Tujuan SOP adalah menciptakan komitment mengenai apa yang dikerjakan oleh satuan unit kerja instansi pemerintahan untuk mewujudkan good governance Tjipto. Dilihat dari fungsinya, SOP berfungsi membentuk sistem kerja dan aliran kerja yang teratur, sistematis, dan dapat dipertanggungjawabkan; menggambarkan bagaimana tujuan pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan kebijakan dan peraturan yang berlaku; menjelaskan bagaimana proses pelaksanaan kegiatan berlangsung; sebagai sarana tata urutan dari pelaksanaan dan pengadministrasian pekerjaan harian sebagaimana metode yang ditetapkan; menjamin konsistensi dan proses kerja yang sistematik; dan menetapkan hubungan timbal balik antar Satuan Kerja.

2. Proses

Proses adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem yang berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan Azwar, 2010. Loudon dan Loudon 2004 dikutip dalam Sukoco 2007 mengatakan bahwa perubahan dari input menjadi output yang diinginkan dilakukan pada saat pemrosesan yang melibatkan metode dan prosedur dalam sistem. Biasanya, aktivitas ini akan secara otomatis mengklasifikasikan, mengonversasikan, menganalisis, serta memperoleh kembali data atau informasi yang dibutuhkan. Proses pelayanan kesehatan pada Unit KIA dimulai saat pasien datang ke unit pelayanan pendaftaran untuk dilakukan pendaftaran, kemudian petugas mencari kartu status pasien berdasarkan nomor indeks pasien. Konsep alur pelayanan antenatal terpadu di puskesmas dapat dilihat pada gambar dibawah ini: Gambar 2.1 Alur Pelayanan Antenatal Terpadudi Puskesmas Sumber: Pedoman ANC Terpadu 2010

3. Output

Output keluaran adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari berlangsungnya proses dalam sistem Azwar, 2010. Menurut Hatry yang dikutip dalam Tjandra 2006, output adalah jumlah barang atau jasa yang berhasil diserahkan kepada konsumen diselesaikan selama periode pelaporan. Output yang akan dibahas pada penelitian ini adalah cakupan pelaksanaan K1-K4. 1 Pengertian K1 Menurut Marmi yang dikutip dalam inayah 2013, dalam rangka pelayanan kesehatan ibu dan anak dalam mencegah tingginya AKI dilakukan pelayanan ANCpemeriksaan ibu hamil di puskesmas atau rumah sakit. Cakupan pelayanan antenatal dapat dipantau melalui pelayanan kunjungan baru ibu hamil K1 untuk melihat akses dan pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai standar paling sedikit empat kali K4 dengan distribusi sekali pada triwulan pertama, sekali pada triwulan dua, dan dua kali pada triwulan ketiga. Seperti yang tertera pada pedoman pelayanan antenatal terpadu 2010, K1 adalah kontak pertama ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi, untuk mendapatkan pelayanan terpadu dan komprehensif sesuai standar. Kontak pertama harus dilakukan sedini mungkin pada trimester pertama, sebaiknya sebelum minggu ke 8. 2 Pengertian K4 K4 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang keempat atau lebih untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang ditetapkan Rahmawati, 2013. K4 menurut pedoman pelayanan antenatal terpadu 2010 yaitu ibu hamil dengan kontak 4 kali atau lebih dengan tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi, untuk mendapatkan pelayanan terpadu dan komprehensif sesuai standar. Kontak 4 kali dilakukan sebagai berikut: sekali pada trimester I kehamilan hingga 12 minggu dan trimester ke-2 12 - 24 minggu, minimal 2 kali kontak pada trimester ke-3 dilakukan setelah minggu ke 24 sampai dengan minggu ke 36. Kunjungan antenatal bisa lebih dari 4 kali sesuai kebutuhan dan jika ada keluhan, penyakit atau gangguan kehamilan. Kunjungan ini termasuk dalam K4.

4. Pengawasan

Loudon dan Loudon 2004 mengatakan bahwa pengawasan seperti halnya elemen sistem yang lain. Fungsi pengawasan bertujuan agar penggunaan sumber daya dapat lebih diefisienkan, dan tugas-tugas staf untuk mencapai tujuan program dapat lebih ddiefektifkan Muninjaya, 2004.