Fasilitas Input Pelayanan Antenatal Care

dibandingkan dengan peralatan yang dimiliki oleh Puskesmas. Sebagaimana yang diungkapkan oleh informan penelitian di bawah ini dengan pertanyaan bagaimana pendapat anda tentang peralatan yang dimiliki oleh tempat anda memeriksakan kehamilan?. “Perlatan disana lengkap sih, saya mau periksa apa aja disana peralatannya ada, sampe- sampe saya lahiran juga disana.” T1 “Lengkap sih peralatannya, kan kalo di Puskesmas katanya USG nya kurang bagus ya, kalo di tempat saya udah bagus, itu juga saya dapet cerita dari tetangga saya.” T2 “Kalo menurut saya sih bagus mas, terus lengkap juga, soalnya selama ini saya belum pernah disuruh periksa di tempat lain kerna peralatannya mereka ga ada.” T3 “Lengkap banget disitu mah, selama saya periksa alat-alat nya selalu ada.” T4

3. Sumber Dana

Menurut undang-undang no 36 tahun 2009 pada bab XV dan pasal 170 yang mana sumber pembiayaan kesehatan berasal dari pemerintah, pemerintah daerah, masyarakatswasta dan sumber lain. Pembiayaan yang berasal dari pemerintah yaitu APBN, sedangkan yang berasal dari pemerintah daerah sering disebut dengan APBD, dan juga yang berasal dari masyarakatswasta yaitu seperti halnya suatu pemberian dari masyarakat itu sendiri dengan seikhlasnya ataupun seperti badan penyelenggara asuransi, sedangkan yang sumber lain itu seperti halnya bantuan biaya dari luar negri. Terkait pendanaan atau sumber dana yang dimiliki Puskesmas Ciputat Timur tidak ada permasalahan mengenai hal tersebut, dikarenakan semua pembiayaan di biayai oleh pemerintah daerah. Pernyataan tersebut didukung oleh pernyataan dari kepala TU Ciputat Timur di bahwa ini. “Kalo untuk masalah pendanaan sih tidak ada masalah ya, alhamdulillah selama ini untuk masalah pendanaan kita lancer-lancar aja. Karena kan kita dana nya juga dari pemerintah daerah, jadi sistemnya kita ngajuin dana berdasarkan kegiatan apa yang ingin kita lakukan pada tahun tersebut.” Pernyataan dari kepala TU tersebut juga didukung oleh pernyataan dari pemegang program KIA, seperti di bawah ini. “Kalo masalah dana kita tidak ada masalah, kan semua dibiayain sama pemerintah.”

4. Kebijakan dan SOP

Kebijakan dan SOP merupakan pegangan bagi suatu organisasi dalam menjalankan program-programnya. Begitu juga dengan halnya program antenatal care juga sudah sepantasnya memiliki kebijakan dan SOP. Kepala TU menagatakan bahwa kebijkan mengenai pelayanan antenatal Puskesmas menggunakan kebijakan dari Kementerian Kesehatan dan juga Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan juga kebijakan Puskesmas itu sendiri. Berikut pernyataan kepala TU mengenai kebijakan yang ada. “Kalo Puskesmas pastinya udah ada kebijakan dari Kemenkes sama Dinkes juga ya, tapi ya Puskesmas juga punya kebijakan sendiri, seperti kalo untuk pelaksanaannya itu ya kita ada juga bikin kebijakan tersendiri, seperti jam kerja, yang mana jam kerja di mulai jam 07:30, kemudian pelayanan tutup sampai jam 11, kalau diatas jam 11 pasien masih ada mau mendaftar untuk melakukan pemeriksaan kehamilan, itu kita tolak, akan tetapi berbeda apabila dalam keadaan darurat yang benar-benar harus ditolong, kalo hal seperti itu kita masih menerima, karena jam kerja slesai jam 14.00.” Pernyataan kepala TU di atas juga didukung oleh pernyataan dari pemegang program KIA di bawah ini. “Engga ada masalah sih tentang kebijakannya.” SOP yang di buat oleh Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan tidak begitu mudah untuk dipahami, sehingga sistem pelayanan antenatal mengacu kepada buku pedoman antenatal terpadu yang di terbitkan oleh Kementerian Kesehatan. Pernyataan tersebut didukung oleh pernyataan dari kepala TU dibawah ini. “Kalo menurut saya SOP nya Dinkes itu belum terlalu rinci ya, jadi masih seperti gambaran umumnya saja, tidak rinci harusnya bagaimana, seperti apa diteil pelaksanaannya, yang kayak gitu belum keliat di SOP.” Pernyataan kepala TU di atas juga didukung oleh pernyataan dari pemegang program KIA di bawah ini. “SOP dari Dinkes kita ga pake ya, kita pakenya panduan antenatal terpadu dari Kemenkes, soalnya SOP Dinkes masih belum jelas, maksudnya ga ngerti kalo ngikutin SOP itu.” Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, Puskesmas telah memiliki pedoman maupun Standar Operasional Prosedur dalam memberikan pelayanan antenatal terpadu.

B. Proses

Merupakan sebuah sistem atau alur pelaksanaan pelayanan antenatal care yang di laksanakan oleh Puskesmas Ciputat Timur. Sistem alur pelayanan antenatal sesuai dengan alur pelayanan yang ada di dalam buku pedoman antenatal terpadu Kementerian Kesehatan. Berikut adalah pernyataan kepala TU mengenai proses pelayanan antenatal. “Ya pasien dimulai dari ngambil nomer antrian di loket, terus ntar mereka di panggil berdasarkan nomor untuk pendataan mengenai data diri, kemudian pasien diberikan nomor antrian poli KIA, setelah rekam medis diantar ke ruang KIA, kemudian pasien dipanggil berdasarkan nomor urutan mereka, setelah itu dilakukan pemeriksaan, kemudian pasien bisa mengambil obat atau kalau tidak ada obat yang diperlukan, pasien dapat langusng pulang kerumah.” Pernyataan serupa yang berikan oleh pemegang program KIA, yaitu. “Kalo sistem pelayanan antenatal kita ngikutin yang ada di panduan antenatal care terpadu dari Kemenkes, jadi di panduan itu mulai dari langkah awal pasien daftar diloket, kemudian diperiksa kemudian pasien bisa pulang.” Informan yang sudah pernah memeriksakan kehamilannya di Puskesmas sebagian besar mengatakan bahwa proses pelayanan di Puskesmas lama pada saat sistem pendaftaran di loket. Di bawah ini adalah pernyataan yang diberikan informan mengenai proses pelayanan antenatal di Puskesmas Ciputat Timur. “Sebenernya sih pemeriksaannya itu paling cuma lima menit, cuma di cek timbang badan dan segala macem, trus dicek keadaan bayinya, udah gitu doing. Tapi yang lama tuh ngantrinya, ngantri nomer, trus ngantri didalemnya juga bisa sampe sejam lebih buat ngantri doang.” R1 “Kalo periksa di Puskesmas itu lama mas, maksud saya tuh lama ngantrinya, tapi kalo pas periksa itu cuma sebentar, ngantrinya yang lama banget.” R2 “Antrinya yah yang lama, bisa sampe satu jam kita nunggu di loket, mana orang lagi hamil, trus harus ngantri lagi kan, kan kadang agak empet gitu.” R3 “Ngantrinya kaga ketulungan, padahal periksanya itu mah cepet, ngantrinya itu looh yang lama banget, ga tau itu kenapa bisa ngantri lama begitu.” R4 “Kemarin saya pas periksa prosesnya cepet, pas udah selesai di periksa di ruang KIA saya langsung di suruh ke lab buat periksa HB sama darah, tapi menunggu di loket nya itu yang agak lama, harus bener-bener ngantri dari pagi.” K1 “Kemarin saya cuma cek darah, terus timbang badan, terus cek HB juga, dan sebagainya. Tapi yang bikin saya males itu ngantrinya itu loh, lama bangeet .” K2 “Ya begitu, ada beberapa kali pemeriksaan gitu mas, kayak lengan saya diukur, terus ditensi, terus di timbang badannya, terus di cek di leb. Tapi ya gitu biasa lamanya di loket. ” K3