kepadatan penduduk 2 jiwahektar dengan kepadatan tertinggi di Kecamatan Belopa Utara yang mencapai 44 jiwahektar.
4.3. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat
Sektor kelautan dan perikanan merupakan salah satu pilar pembangunan ekonomi kabupaten Luwu selain sektor pertanian tanaman pangan dan
perkebunan. Menyikapi pentingnya sektor tersebut, Pemda Kabuten Luwu telah melakukan regulasi kelembagaan dengan membentuk Satuan Kerja Perangkat
Daerah SKPD Dinas Kelautan dan Perikanan. Terbentuknya Dinas Kelautan dan Perikanan merupakan momentum sekaligus tantangan bagi Pemda Kabupaten
Luwu untuk meningkatkan kualitas peran fasilitas dan intermediasi bagi masyarakat dan stakeholder yang bergerak pada sektor ini, dan yang tidak kalah
pentingnya adalah peningkatan kualitas kinerja SKPD yang bersangkutan akan pelayanan, pemberdayaan dan pembangunan kelautan dan perikanan yang
menjadi tanggungjawabnya. Tantangan ini semakin nyata di kawasan pesisir dan laut, dimana dituntut keterpaduan pengelolaan untuk mewujudkan keseimbangan
antara pemenuhan kebutuhan ekonomi dan perlindungan kualitas lingkungan.
Umumnya nelayan kabupaten Luwu lebih banyak yang memanfaatkan sumberdaya perikanan tangkap. Sebagaian besar wilayah tambak dimanfaatkan
untuk budidaya ikan bandeng, udang windu dan rumput laut. Penangkapan dengan sistem tradisional masih banyak ditemukan di beberapa tempat dengan
menggunakan alat tangkap sederhana seperti sampan, jaring, pancing dan bubu serta alat tangkap nelayan lokal yang sangat sederhana. Keberadaan nelayan
tradisional di Kabupaten Luwu juga menjadi masalah tersendiri yang dalam kebijakan ditingkat lokal luput dari perhatian Pemerintah Daerah. Umumnya
Nelayan yang tidak mampu lagi mememnuhi kebutuhan hidupnya selanjutnya lebih banyak menjadi petani sekaligus buru bangunan atau pekerjaan lainnya.
Penguatan ekonomi masyarakat pesisir melalui program dan kegiatan yang mampu meningkatkan pendapatan, memberi hak atas sumberdaya pesisir kepada
masyarakat, penguatan komunitas dan jaminan hukum dari pengambil kebijakan melalui regulasi seharusnya diyakini mampu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat pesisir dan semua stakeholder yang berkepentingan. Langkah-langkah
Pemda Kabupaten Luwu untuk menyiapkan produk-produk hukum yang menjadi acuan dalam pengeloaan wilayah pesisir termasuk langkah strategis dalam
memproteksi perilaku merusak sumberdaya pesisir, namun pada sisi lain juga dapat mempersempit ruang atau akses masyarakat terhadap sumberdaya pesisir
sehingga pada sisi lain akan meyebabkan kemiskinan nelayan yang berkepanjangan.
4.4. Pemerintahan
Pemerintah Pusat mengeluarkan Peraturan Pemerintah No.34 tahun 1952 tentang Pembubaran Daerah Sulawesi Selatan bentukan Belanda termasuk daerah
yang berstatus kerajaan. Peraturan Pemerintah No.56 tahun 1951 tentang Pembentukan Gabungan Sulawesi Selatan. Dengan demikian daerah gabungan
tersebut dibubarkan dan wilayahnya dibagi menjadi 7 tujuh daerah swatantra. Satu di antaranya adalah daerah Swatantra Luwu yang mewilayahi seluruh daerah
Luwu dan Tana Toraja dengan pusat Pemerintahan berada di kota Palopo.
Berselang beberapa tahun kemudian, Pemerintah Pusat menetapkan beberapa Undang-Undang Darurat, antara lain ; Undang-Undang Darurat No. 2
Tahun 1957 tentang Pembubaran Daerah Makassar, Jeneponto dan Takalar, Undang-Undang Darurat No. 3 Tahun 1957 tentang Pembubaran Daerah Luwu
dan Pembentukan Bone, Wajo dan Soppeng. Dikeluarkannya Undang-Undang Darurat No. 4 Tahun 1957, maka daerah Luwu menjadi daerah Swatantra dan
terpisah dengan Tana Toraja. Daerah Swatantra Luwu sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Darurat No.3 Tahun 1957 adalah meliputi, Kewedanaan Palopo,
Kewedanaan Masamba, dan, Kewedanaan Malili http:www.luwukab.go.id.
Tanggal 1 Maret 1960 ditetapkan PP Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pembentukan Propinsi Administratif Sulawesi Selatan mempunyai 23 Daerah
Tingkat II, salah satu diantaranya adalah Daerah Tingkat II Luwu. Untuk menciptakan keseragaman dan efisiensi struktur pemerintahan daerah, maka
berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan Tenggara No.1100 Tahun 1961, dibentuk 16 Distrik di Daerah Tingkat II Luwu,
yaitu, Wara, Larompong, Suli, Bajo, Bupon, Bastem, Walenrang, Limbong, Sabbang, Malangke, Masamba, Bone-bone, Wotu, Mangkutana, Malili dan Nuha.
Beberapa bulan kemudian, SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan Tenggara No.2067 Tahun 1961 tanggal 18 Desember 1961 tentang
Perubahan Status Distrik di Sulawesi Selatan termasuk di Daerah Tingkat II Luwu menjadi kecamatan diterbitkan. Dengan berpedoman pada SK tersebut, maka
status distrik di Daerah Tingkat II Luwu berubah menjadi kecamatan dan nama- nama kecamatannya tetap berpedoman pada SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat
I Sulawesi Selatan Tenggara No. 1100 Tahun 1961 tertanggal 16 Agustus 1961, dengan luas wilayah 25.149 km2.
Pada tahun 1999, awal bergulirnya Reformasi di seluruh wilayah Republik Indonesia, dimana telah dikeluarkannya Undang-undang No.22 Tahun 1999,
tentang Pemerintahan di Daerah, dan mengubah mekanisme pemerintahan yang mengarah pada Otonomi Daerah, tepatnya pada tanggal 10 Februari 1999, oleh
DPRD Kabupaten Luwu mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 03KptsDPRDII1999, tentang Usul dan Persetujuan Pemekaran Wilayah
Kabupaten Dati II Luwu yang dibagi menjadi dua Wilayah Kabupaten dan selanjutnya Gubernur KDH Tk.I Sul-Sel menindaklanjuti dengan Surat Keputusan
No.136776OTODA tanggal 12 Februari 1999. Akhirnya pada tanggal 20 April 1999, terbentuklah Kabupaten Luwu Utara ditetapkan dengan Undang-undang
Republik Indonesia No.13 Tahun1999 http:www.luwukab.go.id.
Pemekaran Wilayah Kabupaten Dati II Luwu terbagi atas Kabupaten Dati II Luwu dengan batas Saluampak Kecamatan Lamasi dengan batas Kabupaten
Wajo dan Kabupaten Tator, dari 16 kecamatan, yaitu Kecamatan Lamasi, Walenrang, Pembantu Telluwanua, Warautara, Wara, Pembantu Waraselatan,
Bua, Pembantu Ponrang, Bupon, Bastem, Pembantu Latimojong, Bajo, Belopa, Suli, Larompong, Pembantu Larompong Selatan. Kabupaten Luwu Utara dengan
batas Saluampak Kecamatan Sabbang sampai dengan batas Propinsi Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara, terdiri dari 19 Kecamatan, yaitu Kecamatan
Sabbang, Pembantu Baebunta, Limbong, Pembantu Seko, Malangke, Malangke Barat, Masamba, Pembantu Mappedeceng, Pembantu Rampi, Sukamaju, Bone-
bone, Pembantu Burau, Wotu, Pembantu Tomoni, Mangkutana, Pembantu Angkona, Malili, Nuha, Pembantu Towuti BPS Luwu Utara, 2002.