Analisis isi Content Analysis

pancing. Disain khusus dari ketiga jenis alat tangkap ini disesuaikan dengan lokasi penangkapan ikan dan cara pergerakan ruaya dari jenis ikan yang ditangkap. Nelayan menggunakan alat tangkap yang bersifat statis, misalnya Sero dan Bagang tancap. Alat tangkap jenis ini bersifat massif dan di gunakan hanya pada musim tertentu. Disamping Bagan Tancap juga terdapat Bagan Perahu yang mampu mendekati fishing ground. Jauhnya operasi nelayan ditentukan oleh kemampuan perahu atau kapal tangkap dan jenis alat tangkap yang dimiliki. Sebagian besar kegiatan nelayan masih terkonsentrasi pada perairan pantai hingga empat mil laut dari tempat asalnya fishing base, sesuai dengan kemampuan jelajah perahu motor temple. Fishing ground bagi nelayan dengan kapal motor dan alat tangkap poleline tidak terbatas pada teluk bone saja, tetapi mencapai wilayah perairan Provinsi Sulawesi Tenggara. Produksi perikanan tangkap pada tahun 2009 sebesar 15.047 ton, terdiri atas ikan-ikan pelagis 12.930 ton dan ikan demersal 2.117 ton. Jika dibandingkan dengan tahun 2008 14.206 ton, jumlah produksi mengalami peningkatan sebesar 5,59 persen. Jumlah hasil tangkapan ini diperkirakan masih dibawah potensi lestari sumberdaya ikan maximum sustainable yield karena sebagian besar armada penangkap ikan hanya mampu beroperasi diperairan pantai dan dengan frekuensi melaut nelayan yang terbatas. Berikut ini data mengenai jumlah produksi dan armada perikanan tangkap dalam kurun tahun 2005-2009. Panjang dan luas garis pantai dari Kabupaten Luwu yakni berkisar 116,16 km dan 860,52 km². Sepanjang garis pantai Kabupaten Luwu merupakan wilayah yang dapat dikembangkan pada berbagai bidang utamanya perikanan. Pengembangan usaha perikanan disepanjang garis pantai semestinya juga tetap melindungi kawasan mangrove, yang merupakan ekosistem yang dapat menunjang pelestarian sumberdaya alam utamanya sumberdaya alam perikanan laut. Sebagai wilayah pesisir yang potensial, wisata alam pesisir, pantai dan pelabuhan banyak dikembangkan oleh pemerintah Kabupaten Luwu. Dalam pengelolaan sumberdaya pesisir posisi masyarakat atas akses yang adil terhadap sumberdaya alam pesisir saat ini belum menjadi pertimbangan utama bagi pengelolaan sumberdaya pesisir. Penelitian ini akan melihat keinginan konstitusional pemerintah daerah dalam desentralisasi pengelolaan sumberdaya pesisir dalam kerangka pembangunan berkelanjutan berbasis komunitas dan masyarakat dengan melihat peraturan-peraturan daerah dan analisis stakeholder yang menunjukkan peta stakeholder yang dominan mengakses dan memiliki tingkat kepentingan terhadap sumberdaya alam pesisir Kabupaten Luwu.

4.6. Kebijakan Sektor Pesisir

Lima belas kabupatenkota yang berada di kawasan Teluk Bone telah bersepakat mengembangkan sistem peningkatan kapasitas sumber daya manusia SDM dalam pengelolaan Kawasan Teluk Bone Terpadu berbasis wilayah dengan prinsip kemitraan, yaitu kerja sama antar daerah yang juga merupakan gagasan dari Dewan Perwakilan Daerah DPD-RI, khususnya yang mewakili Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara, dan telah menjadi salah satu program prioritas Dewan Perwakilan Daerah DPD-RI. Wilayah pesisir Teluk Bone terbagi atas 15 kabupatenkota yang meliputi: Kabupaten Bulukumba, Selayar, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, uwu Utara, Luwu Timur, Kota Palopo, Kabupaten Kolaka Utara, Kolaka, Bombana, Muna, Kota Bau Bau dan Kabupaten Buton, di Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara yang membentang sepanjang 1128 km garis pantai dengan luas sekitar 31.837 km2 dan dihuni oleh 3.885.472 jiwa penduduk. Teluk Bone merupakan salah satu kawasan potensial perikanan yang apabila dikelola secara optimal dan terpadu diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata pada program pemerintah dalam revitalisasi perikanan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 pasal 60 tentang Perikanan, dan Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Pembangunan Jangka Menengah Nasioanal RPJMN yang meliputi program pengentasan kemiskinan pro-poor, penciptaan lapangan kerja pro-job, dan percepatan pertumbuhan pro-growth. Inisiatif pengelolaan Kawasan Teluk Bone Terpadu dalam penelitian ini dinilai dengan melihat kesiapan pemerintah daerah dalam mempersiapkan prasyarat-prasyarat kebijakan melalui peraturan daerah yang ada, rencana aksi kolektif pemerintah daerah dan sampai pada kesiapan level operasional dengan melakukan studi kebijakan dan analisis stakeholder di Kabupaten Luwu.