Keterkaitan dengan Penelitian Terdahulu Kerangka Pemikiran Operasional

12 Pengaruh nyata dari setiap parameter dapat diketahui dengan melihat nilai t- hitung pada setiap variabel independennya, jika nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel, maka dapat disimpulkan bahwa setiap variabel independen berpengaruh nyata terhadap produksi. Selain itu hasil penelitian yang dilakukan oleh Prathama, Sujana, Siregar dan Pasaribu menunjukan bahwa koefisien determinasi R 2 pada usahatani dari masing-masing komoditi caisim, wortel, cabai merah keriting dan tomat yang dijelaskan oleh keempat peneliti menunjukan nilai yang lebih besar dari 50 persen dimana nilai tersebut mengartikan bahwa model yang dihasilkan layak untuk meramalkan kondisi kedepan secara akurat.

2.5 Keterkaitan dengan Penelitian Terdahulu

Berdasarkan referensi dari kegiatan penelitian sebelumnya penulis mencoba untuk menganalisis pendapatan dan faktor-faktor produksi kacang panjang di Kecamatan Nagrak. Adapun persamaan mendasar dari penelitian yang dilakukan penulis dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh oleh Siregar 2011, mengenai analisis pendapatan dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi cabai merah keriting di Desa Citapen, Sujana 2010 mengenai analisis pendapatan dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi usahatani tomat di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung dan Pasaribu 2007 mengenai analisis pendapatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani wortel di Kabupaten Tegal adalah persamaan mengenai alat analisis pendapatan yaitu analisis RC ratio dan alat analisis fungsi produksi Cobb-Douglass, serta penentuan faktor- faktor produksi berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu yang dijadikan acuan untuk menganalisis faktor-faktor produksi untuk kegiatan usahatani kacang panjang. Sedangkan perbedaan penelitian yang dilakukan penulis yaitu lokasi penelitian yang berbeda, komoditi yang berbeda serta petani atau responden yang digunakan juga berbeda sehingga hasil yang diharapkan dari kegiatan penelitian ini juga berbeda. 13 III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Fungsi Produksi Lipsey et al. 1986, menyatakan bahwa fungsi produksi merupakan hubungan antara faktor produksi yang digunakan sebagai input dalam proses produksi dengan jumlah output yang dihasilkan pada suatu waktu dan tingkat teknologi tertentu. Menurut Soekartawi 2011, notasi fungsi produksi dapat dituliskan sebgai berikut : Y = f X 1 , X 2, X 3 ……X n Produksi Y dipengaruhi oleh sejumlah masukan atau input X 1 , X 2 , X 3 …..X n , dimana masukan atau input tersebut dapat dikategorikan menjadi, yaitu : a. Input yang dapat dikuasai oleh petani seperti luas tanah, jumlah pupuk, tenaga kerja dan lain-lain. b. Input yang tidak dapat dikuasai oleh petani misalnya iklim Untuk mengukur tingkat produktivitas dari suatu produksi dapat digunakan dua tolak ukur yaitu produk marjinal PM dan produk rata-rata PR. Menurut Lipsey et al 1986, produk rata-rata didefinisikan sebagai produk total per satu satuan produksi variabel. Sedangkan produk marjinal didefinisikan sebagai perubahan dari produk total yang disebabkan oleh perubahan satu unit faktor produksi. Perubahan suatu produksi bisa disebabkan oleh adanya penggunaan faktor produksi dapat dinyatakan dengan elastisitas produksi. Hastuti dan Rahim 1986, mendefinisikan elastisitas produksi sebagai persentase perbandingan dari hasil produksi atau output sebagai akibat dari persentase perubahan dari input atau faktor produksi, atau dengan kata lain persentase perubahan hasil atau produk pertanian dibandingkan dengan persentase perubahan input atau korbanan. 14 Sumber : Lipsey et al, 1986 1. Pada waktu kurva produksi total naik, kurva produksi rata-rata dan kurva produksi marjinal bisa naik bisa turun. 2. Pada waktu kurva produksi total mencapai titik balik titik A, kurva produksi marjinal mencapai maksimum. Titik dimana kurva produksi marjinal mencapai maksimum merupakan titik mulai menurunnya produksi marjinal mencapai maksimum merupakan titik mulai menurunnya produksi marjinal 3. Produksi marjinal sama dengan nol pada waktu kurva produksi total mencapai maksimum Gambar 1. Kurva Produk Total, Produk Marginal, dan Produk Rata-Rata Output Input Y X Input Output 15 4. Produksi rata-rata akan mencapai maksimum pada waktu kurva produksi total menyinggung garis lurus yang ditarik melalui titik 0,0. Titik produksi rata-rata maksimum merupakan titik mulai menurunnya produksi rata-rata 5. Kurva produksi rata-rata bergerak naik selama kurva produksi marjinal berada diatas kurva produksi rata-rata. Kurva produksi marjinal akan memotong kurva produksi rata-rata di titik produksi rata-rata maksimum. Pada waktu kurva produksi rata-rata menurun, kurva produksi marjinal akan selalu berada di bawah kurva produksi rata-rata. Hubungan masukan dan produksi pertanian mengikuti kaidah kenaikan hasil yang berkurang The Law Of Diminishing Returns. Jika suatu faktor produksi variabel dengan jumlah tertentu ditambahkan terus menerus pada sejumlah faktor produksi yang tetap, akhirnya akan dicapai suatu keadaan dimana setiap penambahan satu unit faktor produksi variabel akan menghasilkan tambahan produksi yang besarnya semakin berkurang Lipsey et al.1986. Menurut Lipsey et al 1986, elastisitas produksi, didefinisikan sebagai persentase perubahan output yang diakibatkan oleh perubahan input. 1 Elastisitas produksi lebih dari satu Ep1 Elastisitas produksi lebih dari satu dicapai pada waktu kurva produksi marjinal berada diatas kurva produksi rata-rata yang menunjukan kenaikan hasil yang bertambah. Setiap penambahan input satu persen dalam proporsi atau perbandingan yang tetap akan menyebabkan kenaikan output yang lebih besar dari satu persen dan keuntungan masih bisa ditingkatkan. Jadi di daerah increasing return to scale belum tercapai pendapatan yang maksimum karena pendapatan masih bisa diperbesar apabila pemakaian input variabel dinaikan 2 Elastisitas produksi sama dengan satu Ep=1 Elastisitas produksi sama dengan satu dicapai pada saat produksi rata-rata maksimum PR=PM. Pada daerah ini, kenaikan satu persen input dalam proporsi yang tetap akan menghasilkan kenaikan output sebesar satu persen atau constant return to scale. 16 3 Elastisitas produksi diantara nol dan satu 0 E p 1 Pada daerah ini penambahan input sebesar satu persen akan menyebabkan penambahan input sebesar satu persen dan paling rendah nol persen tergantung harga input dan outputnya. Di daerah ini akan dicapai pendapatan yang maksimum. Daerah produksi ini disebut daerah produksi rasional 4 Elastisitas produksi sama dengan nol Ep=0 Elastisitas produksi sama dengan nol dicapai pada waktu produksi total mencapai maksimum atau pada waktu produksi marjinal sama dengan nol 5 Elastisitas produksi kurang dari nol Ep0 Elastisitas produksi kurang dari nol dicapai pada waktu produksi total menurun atau pada waktu produk marjinalnya negatif. Pada daerah ini, penambahan pemakaian input akan menyebabkan penurunan produksi total. Daerah produksi ini disebut daerah produksi yang tidak rasional. Pemilihan model fungsi produksi yang baik dan benar hendaknya fungsi tersebut memenuhi syarat sebagai berikut Soekartawi, 2011 : 1. Bentuk model fungsi produksi itu dapat dipertanggungjawabkan. 2. Bentuk model fungsi produksi itu mempunyai dasar yang logik secara fisik maupun ekonomi. 3. Mudah dianalisis. 4. Mempunyai implikasi ekonomi. Berbagai macam model fungsi produksi menurut Soekartawi 2011, antara lain : Fungsi Produksi Polinominal Kuadratik, Fungsi Produksi Transedental, dan Fungsi Produksi Cobb-Douglass. Fungsi produksi polinominal kuadratik mempunyai nilai maksimum. Nilai maksimum akan tercapai bila turunan pertama dari fungsi tersebut sama dengan nol. Fungsi produksi transendental mampu menggambarkan fungsi dimana produk marjinal dapat menaik, menurun, dan menurun dalam negatif Negative Marginal Product. Kelemahan yang dimiliki oleh fungsi transdental yaitu model tidak dapat digunakan apabila terdapat faktor produksi yang nilainya nol. Fungsi produksi Cobb- Douglass memiliki beberapa kelebihan, diantaranya yaitu a perhitungannya, b 17 model ini dapat dibuat dalam bentuk linier, c pada model ini koefisien pangkatnya menunjukkan besarnya elastisitas produksi dari masing-masing faktor produksi, d dari penjumlahan koefisien elastisitas masing-masing faktor produksi, dalam fungsi produksi menunjukkan fungsi skala usaha. Kelemahan-kelemahan umum yang ditemukan dalam fungsi produksi Cobb-Douglass diantaranya adalah kesalahan pengukuran variabel akan menyebabkan besarnya elastisitas menjadi terlalu tinggi atau terlalu rendah, dan data tidak boleh ada yang nol atau negatif Soekartawi, 2011

3.1.2 Fungsi Produksi Cobb-Douglass

Menurut Hastuti dan Rahim 2008 mengemukakan bahwa produksi hasil komoditas on-farm sering disebut korbanan produksi karena faktor produksi tersebut dikorbankan untuk menghasilkan komoditas pertanian. Oleh karena itu untuk menghasilkan suatu produk diperlukan hubungan antara faktor produksi input dan komoditas output, hubungan antara input dan output disebut dengan factor relationship. Secara matematik, dapat dituliskan dengan menggunakan analisis fungsi produksi Cobb-Douglass. Fungsi produksi Cobb-Douglass adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel variabel bebasindependent variable dan variabel tidak bebas dependent variable. Beberapa alasan memilih fungsi Cobb-Douglass diantaranya Soekartawi,1990 : 1. Penyelesaian fungsi produksi Cobb-Douglass dapat dibentuk kedalam bentuk linier 2. Hasil pendugaan fungsi produksi Cobb-Douglass akan menghasilkan koefisien regresi sekaligus menunjukan besaran elastisitas 3. Besaran elastisitas sekaligus menunjukan tingkat return to scale 4. Merupakan pendugaan terhadap keadaan skala usaha dari proses produksi yang berlangsung 5. Bentuk linier dari fungsi Cobb-Douglass ditransformasikan dalam bentuk log e ln dalam bentuk tersebut variasi data menjadi sangat kecil, hal ini dilakukan untuk mengurangi terjadinya heterokedastisitas 18 Secara matematis persamaan fungsi produksi Cobb-Douglass dapat ditulis sebagai berikut : Y = b X 1 b1 X 2 b2 ........X n bn e u dimana : Y = produksi X = input produksi b = besaran yang akan diduga u = kesalahan e = logaritma natural e = 2,718 Untuk menaksir parameternya harus ditransformaskan kedalam bentuk double logaritma natural Ln sehingga merupakan bentuk linier berganda yang dapat dirumuskan sebagai berikut : Ln Y = ln b + b 1 Ln X 1 + b 2 Ln X 2 + b 3 Ln X 3 ..............b n Ln X n + u dimana : Y : produksi komoditas pertanian b o : intercepkonstanta b1 .bn : koefisien arah regresi masing-masing input produksi X1....Xn X 1. Xn : input produksi u : ganggguan stokhastik atau kesalahan disturbance term Nilai b 1 , b 2 , b 3 ,.....bn pada fungsi produksi Cobb-Douglass adalah sekaligus menunjukan elastisitas X terhadap Y. Menurut Soekartawi 1990, penyelesaian fungsi produksi Cobb-Douglass selalu dilogaritmakan dalam bentuk fungsi linier, maka terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglass, yaitu : 1. Tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol 2. Perlu asumsi tidak ada perbedaan teknologi pada setiap pengamatan 3. Tiap variabel X adalah perfect competition 4. Perbedaan lokasi seperti iklim sudah tercakup pada kesalahan u

3.1.3 Penerimaan Usahatani

Soekartawi et al. 2011, berpendapat bahwa penerimaan dinilai berdasarkan perkalian antara total produksi dengan harga pasar yang berlaku, mencakup semua produk yang dijual, dikonsumsi rumah tangga petani, digunakan dalam usahatani 19 benih, digunkan untuk pembayaran, dan yang disimpan. Sedangkan menurut Suratiyah 2008, penerimaan usahatani adalah seluruh pendapatan yang diperoleh dari ushatani selama satu periode diperhitungkan dari hasil penjualan atau penaksiran kembali Rp. Pernyataan ini dapat ditulis sebagai berikut : TR = Y x Py Dimana : TR = Total Penerimaan Y = Produksi yang diperoleh dalam satu tahun Py = Harga Y Menurut Soekartawi et al. 2011, beberapa istilah yang sering digunakan dalam melihat penerimaan usahatani adalah : 1. Penerimaan tunai usahatani yang didefinisikan sebagai nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani. Penerimaan tunai tidak mencakup yang berupa benda, sehingga nilai produk usahatani yang dikonsumsi tidak dihitung sebagai penerimaan tunai usahatani, penerimaan tunai usahatani yang tidak berasal dari penjualan produk usahatani seperti pinjaman tunai harus ditambahkan 2. Penerimaan tunai luar usahatani, yang berarti penerimaan yang diperoleh dari luar aktivitas usahatani seperti upah yang diperoleh dari luar usahatani 3. Penerimaan kotor usahatani yang didefinisikan sebagai penerimaan dalam jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun atau satu musim, baik yang dijual tunai maupun yang tidak dijual seperti konsumsi keluarga, bibit, pakan, ternak. Penerimaan kotor juga sama dengan pendapatan kotor atau nilai produksi.

3.1.4 Biaya Usahatani

Kegiatan usahatani seringkali tidak terlepas dari adanya pengeluaran atau biaya yang digunakan untuk kegiatan produksi yang besarnya biaya tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi yang digunakannya. Komponen biaya tersebut dapat dipisahkan menjadi biaya tunai, biaya tidak tunai, sedangkan penjumlahan dari komponen biaya tunai dan tidak tunai disebut biaya total. Menurut Soekartawi et al. 2011, biaya tunai usahatani didefinisikan sebagai jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi usahatani, sedangkan biaya 20 total usahatani didefinisikan sebagai nilai semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan didalam produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja keluarga petani. Adapun biaya total usahatani dapat dibedakan menjadi biaya tetap dan biaya tidak tetap. Menurut Suratiyah 2008, biaya tetap fixed cost yaitu biaya yang besarnya tidak dipengaruhi besarnya produksi, sedangkan biaya tidak tetap variable cost yaitu biaya yang besarnya dipengaruhi oleh besarnya produksi. Sedangkan menurut Soekartawi et al. 2011 biaya tetap fixed cost ialah biaya usahatani yang besar kecilnya tidak bergantung dari besar kecilnya output yang diperoleh dan biaya tidak tetap variable cost didefinisikan biaya yang dikeluarkan untuk usahatani yang besar kecilnya dipengaruhi oleh perolehan output

3.1.5 Pendapatan Usahatani

Soekartawi et al. 2011, menjelaskan bahwa terdapat beberapa definisi yang digunakan untuk melihat analisis pendapatan usahatani diantaranya : 1. Pendapatan kotor usahatani gross farm income didefinisikan sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun tidak dijual dengan jangka waktu pembukuan umumnya setahun. 2. Pendapatan tunai usahatani farm net cash flow yaitu selisih antara penerimaan tunai dan pengeluaran tunai usahatani dan merupakan kemampuan suatu usahatani untuk menghasilkan uang tunai 3. Pendapatan bersih usahatani net farm income merupakan selisih anatara pendapatan kotor usahatani dan pengeluaran total. Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan kedalam usahatani. Suratiyah 2008, menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani dibagi menjadi dua yaitu faktor-faktor intern dan ekstern. Faktor intern usahtani yang mempengaruhi pendapatan usahatani yaitu kesuburan lahan, luas lahan garapan, ketersediaan tenaga kerja, ketersediaan modal dalam usahatani, penggunaan input teknologi, pola tanam, lokasi tanaman, fragmentasi lahan, status penguasaan lahan, cara pemasaran output, efisiensi penggunaan input 21 dan tingkat pengetahuan maupun keterampilan petani dan tenaga kerja. Adapun yang mempengaruhi faktor ekstern usahatani diantaranya sarana transportasi, sistem tataniaga, penemuan teknologi baru, fasilitas irigasi, tingkat harga output dan input, ketersediaan lembaga perkreditan, adat istiadat masyarakat dan kebijakan pemerintah.

3.1.6 Rasio Imbangan Penerimaan dan Biaya RC Rasio

Pendapatan merupakan tolak ukur dalam melakukan kegiatan usahatani, selain mengukur tingkat pendapatan mutlak dapat pula tingkat keberhasilan usahatani itu diukur berdasarkan tingkat efisiensi pendapatan yaitu penerimaan untuk setiap biaya yang dikeluarkan atau imbangan penerimaan dan biaya atau RC rasio revenue and cost ratio. Analisis ini digunakan untuk mengukur keuntungan relatif yang diperoleh dari suatu kegiatan usahatani berdasarkan perhitungan finansial, dimana RC dapat menunjukan besarnya penerimaan yang diperoleh dengan pengeluaran dalam satu satuan biaya.

3.1.7 Konsep Usahatani

Menurut Prawirokusumo dalam Soekartawi et al 2011 usahatani merupakan suatu kegiatan bagaimana menggunakan sumberdaya secara efisien pada suatu usaha pertanian, peternakan, perikanan. Sedangkan menurut Hastuti dan Rahim 2008, usahatani merupakan ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola input atau faktor-faktor produksi tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk, pestisida dengan efektif, efisien dan kontinyu untuk menghasilkan produk yang tinggi sehingga pendapatan usahanya meningkat. Suratiyah 2008, mengkalasifikasikan usahatani sebagai berikut : 1. Corak dan Sifat Menurut corak dan sifat dibagi menjadi dua, yakni komersial dan subsistence. Usahatani komersial telah memperhatikan kualitas serta kuantitas produk sedangkan usahatani subsistence hanya memenuhi kebutuhan sendiri. 2. Organisasi Menurut organisasinya usahatani dibagi menjadi tiga yakni, individual, kolektif dan kooperatif. 22 a Usaha individual adalah usahatani yang seluruh proses dikerjakan oleh petani sendiri beserta keluarganya mulai dari perencanaan, mengolah tanah hingga pemasaran ditentukan sendiri. b Usaha kolektif ialah usahatani yang seluruh proses produksinya dikerjakan bersama oleh suatu kelompok kemudian hasilnya dibagi dalam bentuk natura maupun keuntungan. c Usaha kooperatif ialah usahatani yang tiap prosesnya dikerjakan secara individual, hanya pada beberapa keegiatan yang dianggap penting dikerjakan oleh kelompok. 3. Pola Menurut polanya, usahatani dibagi menjadi tiga, yakni khusus, tidak khusus, dan campuran a Usahatani khusus ialah usahatani yang hanya mengusahakan satu cabang usahatani saja, misalnya usahatani peternakan, usahatani perikanan atau usahatani tanaman pangan. b Usahatani tidak khusus ialah usahatani yang mengusahakan beberapa cabang usaha bersama-sama, tetapi dengan batas yang tegas. c Usahatani campuran ialah usahatani yang mengusahakan beberapa cabang bersama-sama dalam sebidang lahan tanpa batas yang tegas. 4. Tipe Menurut tipenya, usahatani dibagi menjadi beberapa macam berdasarkan komoditas yang diusahakan, misalnya usahatani ayam, usahatani kambing, dan usahatani jagung. Tiap jenis ternak dan tanaman dapat merupakan tipe usahatani. Kegiatan usahatani sangat erat kaitannya dengan faktor-faktor produksi, menurut Hastuti dan Rahim 2008, beberapa faktor yang mempengaruhi produksi pertanian dijelaskan sebagai berikut : 1. Lahan Pertanian Lahan pertanian merupakan penentu dari pengaruh faktor produksi komoditas pertanian. Secara umum dikatakan, semakin luas lahan yang digarap atau ditanami maka semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan oleh lahan tersebut. 23 2. Tenaga kerja Tenaga kerja merupakan faktor penting dan perlu diperhitungkan dalam proses produksi komoditas pertanian. Tenaga kerja harus mempunyai kualitas berpikir yang maju seperti petani yang mampu mengadopsi inovasi-inovasi baru, terutama dalam menggunakan teknologi untuk pencapaian komoditas bagus sehingga mempunyai nilai jual komoditas tinggi. Ukuran tenaga dapat dinyatakan dalam hari orang kerja HOK atau hari kerja orang HKO 3. Modal Dalam kegiatan proses tersebut modal dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu modal tetap fixed cost dan modal tidak tetap variable cost. Modal tetap terdiri atas tanah, bangunan, mesin, dan peralatan pertanian di mana biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi tidak habis dalam sekali proses produksi, sedangkan modal tidak tetap terdiri dari benih, pupuk, pestisida, dan upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja. 4. Pupuk Pupuk merupakan faktor yang sangat essensial bagi tanaman, terdapat dua jenis pupuk yang digunakan untuk tanaman diantaranya pupuk organik dan anorganik. 5. Pestisida Pestisida sangat dibutuhkan tanaman untuk mencegah serta membasmi hama dan penyakit yang menyerangnya. Pestisida merupakan racun yang mengandung zat- zat aktif sebagai pembasmi hama dan penyakit pada tanaman. 6. Bibit Bibit menentukan keunggulan dari suatu komoditas, bibit yang unggul biasanya tahan terhadap penyakit, hasil komoditasnya berkualitas tinggi dibandingkan dengan komoditas lain sehingga harganya dapat bersaing pasar. 7. Teknologi Penggunaan teknologi dapat menciptakan rekayasa perlakuan terhadap tanaman dan dapat mencapai tingkat efisiensi yang tinggi. 24 8. Manajemen Dalam usahatani modern, peranan manajemen menjadi sangat penting dalam mengelola produksi komoditas pertanian, mulai dari perencanaan planning, pengendalian controlling dan evaluasi evaluation.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Kacang panjang merupakan salah satu komoditi sayuran yang banyak dibudidayakan para petani di Kecamatan Nagrak. Hal ini tidak terlepas dari letak geografis di Kecamatan Nagrak yang cocok untuk kegiatan budidaya sayuran khususnya kacang panjang. Kemampuan produksi kacang panjang di wilayah Kecamatan Nagrak masih terbilang rendah dibandingkan di wilayah Kecamatan lainnya yang menjadi sentra produksi kacang panjang, tingkat produktivitas rata-rata komoditi kacang panjang di wilayah Kecamatan Nagrak rata-rata mencapai 7,18 ton per hektar, padahal tingkat produktivitas optimalnya mampu mencapai 15-20 ton per hektar. Tingkat produktivitas yang tidak optimal ini sangat berkaitan erat dengan penggunaan input-input faktor produksi yang digunkan yang dapat berimplikasi terhadap tingkat pendapatan yang diperoleh oleh petani pembudidaya kacang panjang. Peningkatan pendapatan petani kacang panjang dapat dicapai jika para petani mampu mengendalikan input-input produksi, hal itu dapat dilakukan dengan cara mengetahui faktor-faktor produksi yang mempengaruhi tingkat produktivitas kacang panjang. Hasil analisis pendapatan dan faktor-faktor produksi kacang panjang diharapkan dapat memberikan rekomendasi bagi para petani kacang panjang. Berdasarkan uraian diatas maka kerangka pemikiran oprasional dapat dilihat seperti pada Gambar 2. 25 Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Pendapatan dan Faktor- Faktor Produksi yang Mempengaruhi Usahatani Kacang Panjang Produktivitas kacang panjang di Kecamatan Nagrak masih rendah Faktor-faktor produksi kacang panjang i. Benih j. Pupuk kandang k. Pupuk urea l. Pupuk Sp 36 m. Pupuk NPK n. Nutrisi o. Pestisida p. Tenaga kerja Pendapatan usahatani kacang panjang Analisis fungsi produksi Cobb- Douglass Hasil dan rekomendasi penggunaan faktor-faktor produksi guna meningkatkan pendapatan petani Penerimaan Usahatani Kacang Panjang Harga Output Kacang Panjang Harga input produksi kacang panjang a. Benih b. Pupuk kandang c. Pupuk urea d. Pupuk Sp 36 e. Pupuk NPK f. Nutrisi g. Pestisida h. Tenaga kerja Biaya input produksi kacang panjang Efisiensi RC biaya tunai RC biaya total Biaya Tunai Biaya Diperitungkan π Tunai π Total 26 IV METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian