Hubungan Penampilan Makanan dengan Sisa Makanan
makanan. Cara penyajian merupakan faktor terakhir dalam proses penyelenggaraan makanan, meskipun makanan diolah dengan cita rasa tinggi, namun apabila penyajian
tidak dilakukan dengan baik maka nilai makanan tersebut kurang berarti. Dalam penyajian makanan di RSUD Pirngadi terdapat perbedaan alat makan antara kelas
VIP, kelas I, kelas II, dan kelas III. Pasien yang berada dikelas VIP dan kelas I menggunakan alat makan yang terbuat dari melamin dan bagian atas nya dilapisi
dengan plastik, sedangkan pada pasien yang berada di kelas II dan III menggunakan alat makan yang terbuat dari bahan plastik yang sudah ada penutupnya. Dari hasil
penelitian pada tabel 4.3 yaitu 65,6 pasien berpendapat memuaskan terhadap cara penyajian makanan. Ini terlihat dari penyusunan makanan di alat makan yang sudah
dianggap baik karena alat makan yang disediakan rumah sakit sudah ada tempat masing-masing bahan makanan nya sehingga susunan nya terlihat rapi.
Makanan untuk orang sakit harus diperhatikan warnanya agar dapat merangsang selera makan pasien dan menimbulkan kesan menarik untuk dikonsumsi,
namun dari keseluruhan aspek penampilan makanan yang menyatakan tidak memuaskan yaitu warna makanan 28,1 ini karena makanan yang disajikan oleh
rumah sakit kurang beragam sehingga kurang kombinasi warna. Selain itu masih ada juga pasien yang berpendapat tidak memuaskan yaitu terhadap besar porsi makanan
18,8. Besar porsi yang disajikan kepada masing-masing pasien berbeda-beda sesuai dengan jenis diet dan jenis penyakit yang di derita oleh pasien. Dalam
penelitian ini pasien yang menjadi sampel adalah pasien yang mendapat diet makanan biasa, yang artinya pemorsian makanan pada masing-masing alat saji pasien harus
sama banyaknya sesuai dengan AKG untuk diet makanan biasa. Namun beberapa
pasien beranggapan besar porsi makanan terlalu banyak. Ini disebabkan karena di Rumah Sakit Pirngadi Medan belum ada standar porsi yang disediakan oleh rumah
sakit khususnya untuk kelas III sehingga pendistribusian makanan kepada pasien berbeda-beda porsinya, ada yang terlalu banyak dan ada yang terlalu sedikit.
Seharusnya pada saat pengadaan bahan makanan, dan pengolahan makanan pun pemorsian sudah dilakukan, dan pada saat pembagian ke alat makan dilakukan lagi
sesuai dengan diet dan kebutuhan gizi masing-masing pasien. Hasil uji statistik menyebutkan P.value =0,083 menyatakan bahwa tidak ada
hubungan antara penampilan makanan dengan sisa makanan. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4.11 yang menunjukkan bahwa pasien yang berpendapat kurang
memuaskan justru menyisakan sedikit makanan, dan 100 pasien yang berpendapat memuaskan 58,8 diantara menyisakan makanan banyak. Ini artinya penampilan
makanan yang tidak menarik atau kurang menarik tidak menjadi alasan pasien menyisakan makanannya, dan sebaliknya penampilan makanan yang menarik tidak
menjadi alasan pasien tidak menyisakan makanan atau menyisakan sedikit makanan. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Berdhika 2012 di rumah
sakit Cinere Depok yang menyatakan penampilan makanan sudah baik dan ada hubungan bermakna antara penampilan makanan dengan sisa makanan yang
dibuktikan dengan uji chi square nilai p =0,004.