Hubungan Rasa Makanan dengan Sisa Makanan
banyak yaitu aspek aroma makanan, padahal aroma memegang peranan penting di awal sebelum pasien mengonsumsi makanan, karena memiliki daya tarik sangat kuat
dan mampu merangsang indera penciuman sehingga membangkitkan selera untuk mengonsumsinya. Makanan yang disajikan oleh rumah sakit memiliki aroma yang
berbeda beda sesuai dengan jenis makanan dan cara memasaknya. Dalam penelitian ini tidak ada pasien yang sedang dalam keadaan flu, pilek, hal inilah yang
memungkinkan pasien untuk dapat memberikan penilaian terhadap aroma makanan. Dari hasil penelitian pada tabel 4.5, pasien yang berpendapat tidak
memuaskan 25, menyatakan bahwa aroma yang disebarkan oleh makanan berhubungan dengan cara memasak yang lebih sering ditumis sehingga kurang
mengeluarkan aroma, dan juga keterbatasan bumbu yang dimasukkan kedalam masakan berpengaruh terhadap aroma makanan, ini menyebabkan pasien menilai
aroma makanan tidak memuaskan. Beberapa pasien juga berpendapat ikan gembung yang disajikan pada menu asam pedas mengeluarkan aroma amis, hal ini
menimbulkan banyak pasien tidak menghabiskan lauk hewani tersebut. Pasien yang berpendapat kurang memuaskan terbanyak yaitu pada aspek
bumbu makanan 68,8, pasien berpendapat bumbu yang digunakan kurang terasa dan kurang sesuai dengan lidah pasien yang sudah terbiasa dengan bumbu mencolok
sehingga membuat pasien kurang antusias mengonsumsi, hal ini wajar karena sesuai dengan aturan diet makanan biasa memang dilakukan pembatasan bumbu agar bumbu
makanan tidak terlalu mencolok dan tidak merangsang saluran pencernaan pasien. Namun hal ini bisa diatasi dengan pemberian rempah-rempah yang beragam yang
tidak berbau tajam seperti jahe, salam, sereh, dan rempah lainnya dapat membuat rasa
makanan menjadi enak dan juga meningkatkan aroma yang bisa memacu selera pasien untuk mengonsumsi makanan namun tetap dalam standar bumbu rumah sakit
khususnya untuk diet makanan biasa. Keempukan makanan ditentukan oleh mutu bahan makanan yang digunakan
dan cara memasak yang baik juga sehingga makanan dapat dikunyah dengan sempurna dan mudah untuk dicerna. Di Rumah Sakit Pirngadi Medan makanan sudah
diupayakan untuk dimasak dengan baik untuk nasi, lauk, dan sayuran. Namun untuk pengolahan ikan gembung pasien berpendapat kurang empuk ditandai dengan tekstur
ikan gembung yang teksturnya keras. Tingkat kematangan berpengaruh terhadap tekstur, dan keempukan makanan, terutama ikan gembung ini dikarenakan api pada
saat memasak terlalu besar sehingga ketika warna sudah menunjukkan sudah matang namun bagian dalam masakan ternyata belum matang. Suhu makanan memegang
peranan penting dalam penentuan cita rasa makanan karena makanan yang sudah tidak hangat akan mengurangi selera pasien untuk mengonsumsinya. Pada Rumah
Sakit Pirngadi Medan, suhu makanan sudah dianggap baik karena setelah dimasak makanan langsung dibagi kealat makan dan langsung dibagikan keruangan untuk
dikonsumsi pasien. Pada uji statistik yang dilakukan untuk mengetahui hubungan rasa makanan
dengan sisa makanan pasien diperoleh hubungan bermakna dibuktikan dengan P.value 0,010. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4.12, yang menunjukkan
bahwa pasien yang berpendapat tidak memuaskan dan kurang memuaskan lebih banyak yang menyisakan makanan, dan pasien yang berpendapat memuaskan lebih
sedikit menyisakan makanan. Ini membuktikan bahwa rasa makanan yang tidak
memuaskan dan kurang memuaskan membuat pasien menyisakan makanan. Hal ini sejalan dengan penelitian Nuryati 2008 di RS Bhakti Wira Tamtama Semarang yang
menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara rasa makanan dengan sisa makanan pasien.