58
Isu-isu terkait keamanan non tradisional juga masuk ke dalam dari Chairman’s Statement pada ARF ke-22. Disebutkan bahwa para menteri
menggaris bawahi kebutuhan untuk menjadikan ARF lebih efektif dan efisien dalam menyediakan kontribusi berarti untuk mencegah peningkatan tantangan
keamanan tradisional dan non tradisional yang kompleks. Menuju hal tersebut, para menteri menekankan kebutuhan untuk memastikan implementasi
komprehensif dari the Hanoi Plan of Action to Implement the ARF Vision Statement, sebagaimana rencana-rencana kerja yang lain di bawah area prioritas
masing-masing untuk mendukung langkah-langkah ARF dalam pembangunan kepercayaan diri.
107
Isu-isu keamanan non tradisional yang masuk ke dalamnya adalah penanganan bencana, pemberantasan terorisme dan kejahatan lintas negara,
serta tidak ada proliferasi dan pelucutan senjata.
108
2.3.8. Treaty on Mutual Legal Assistance in Criminal Matters
Kerjasama dalam ruang lingkup APSC untuk menangani permasalahan keamanan non tradisional tidak hanya dalam mekanisme berbentuk institusi.
Bentuk kerjasama itu juga diatur oleh cetak biru APSC berupa perintah untuk melakukan penguatan hukum melalui perjanjian-perjanjian antar negara ASEAN.
Perjanjian-perjanjian yang dimaksud adalah sebagai berikut :
Salah satu cara dalam penanganan kejahatan lintas negara yang disebutkan dalam cetak biru APSC ialah meningkatkan MLAT 2004 menjadi ASEAN
107
Ibid.
108
Lihat : The Hanoi Plan of Action to Implement the ARF Vision Statement. hal. 1-4 diunduh dari http:aseanregionalforum.asean.orgfileslibraryPlan20of20Action20and20Work20PlansHanoi
20Plan20of20Action20to20Implement20ARF20Vision20Statement2028201029.pdf pada 22 Maret 2016 pukul 17.00 WIB
Universitas Sumatera Utara
59
Treaty.
109
MLAT 2004 atau Treaty on Mutual Legal Assistance in Criminal Matters ditandatangani oleh para perwakilan dari Indonesia, Brunei Darussalam,
Malaysia, Kamboja, Filiphina, Viet Nam, Laos dan Singapura pada 29 November 2004 di Kuala Lumpur, Malaysia. MLAT ini sendiri ditujukan untuk
meningkatkan efektivitas dari pihak penegak hukum dari tiap negara dalam hal pencegahan, investigasi, dan penuntutan kejahatan melalui kerjasama dan bantuan
hukum timbal balik dalam masalah pidana.
110
Hingga saat ini, perjanjian ini masih belum menjadi perjanjian di bawah naungan ASEAN. Hal tersebut merupakan dampak dari belum masuknya
keseluruhan negara anggota ASEAN ke dalam perjanjian ini. Berdasarkan hal tersebut, dalam cetak biru APSC terdapat salah satu poin yang berbunyi,
“Consider accession of third countries to the MLAT 2004.”
111
109
Lihat : ASEAN 2025: Forging Ahead Together. hal. 33.
Hal tersebut merupakan upaya dari negara-negara anggota ASEAN untuk mempermudah
upaya pencegahan, penyelidikan, dan penuntutan dalam kasus-kasus kejahatan di kawasan. Indonesia sendiri telah meratifikasi perjanjian ini dengan undang-
undang nomor 15 tahun 2008 tentang Pengesahan Treaty on Mutual Legal Assistance in Criminal Matters Perjanjian Tentang Bantuan Timbal Balik dalam
Masalah Pidana. Berdasarkan undang-undang tersebut maka Indonesia memiliki kewajiban dan hak dalam membantu penangangan kasus kejahatan lintas negara.
110
Treaty on Mutual Legal Assistance in Criminal Matters hal. 4 diunduh dari http:agreement.asean.org mediadownload20131230232144.pdf pada 22 Maret 2016 pukul 17.35 WIB
111
Lihat : ASEAN 2025: Forging Ahead Together. hal. 33.
Universitas Sumatera Utara
60
2.3.9. ASEAN Plan of Action to Combat Transnational Crimes