36 berkaitan dengan kegiatan modifikasi perilaku yaitu membentuk atau
mempertahankan perilaku positif serta mencegah, mengurangi atau meniadakan perilaku negatif Juang Sunanto, Koji Takeuchi, Hideo
Nakata, 2006: 1. Yang dimaksud dengan membentuk atau mempertahan perilaku positif adalah guru mengajarkan membaca dan menulis, serta
disiplin waktu, sedangkan mencegah atau mengurangi perilaku negatif adalah guru melarang siswa untuk ramai saat belajar dan menganggu
temannya. Berdasarkan penjelasan mengenai teori behavioristik dan
metode analisis tugas, maka dapat disimpulkan bahwa kedua hal tersebut saling berkaitan. Metode analisis tugas dalam teori behavioristik
merupakan stimulus yang diberikan oleh guru yaitu sebagai cara atau metode yang digunakan dalam proses pembelajaran. Dalam penelitian ini,
pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran kemampuan melipat pakaian. Berdasarkan hal tersebut, perubahan perilaku postif atau respon
yang diharapkan dari siswa yaitu anak mampu melakukan kegiatan melipat pakaian dengan benar dan baik.
2. Penentuan Urutan Tugas dalam Metode Analisis Tugas
Endang Rochyadi 2005: 175 menyebutkan bahwa dalam penentuan urutan tugas dari setiap satuan kegiatan yang akan dilatihkan
atau diajarkan menggunakan metode analisis tugas diperlukan beberapa
37 pertimbangan, yaitu tujuan dan kemampuan awal
baseline
atau
entering behavior
. a.
Tujuan Tujuan merupakan tujuan behavioral yang dirumuskan secara
spesifik dan dinyatakan dalam bentuk tugas kata kerja. Perumusan tujuan memerlukan beberapa komponen yaitu:
1 Komponen pelaku
Komponen pelaku yang dimaksud adalah peserta didik atau anak yang biasa disebut dengan siswa. Siswa lah yang
diharapkan berbuat dan mengalami perbuatan dalam tingkah lakunya. Contoh kalimat tujuan yang benar adalah “ siswa
mampu melipat baju dengan rapi dan benar.” 2
Komponen tingkah laku Komponen tingkah laku merupakan sasaran utama dalam setiap
rumusan pembelajaran. Komponen inilah yang diharapkan mengalami perubahan selama dan sesudah proses pembelajaran.
Komponen tingkah laku dinyatakan dengan kata kerja. 3
Komponen kondisi Komponen ini menggambarkan suatu kondisi dari tingkah laku
yang diharapkan. Contohnya, dalam rumusan tujuan yang berbunyi, “ ketika diminta, siswa bisa membedakan pakaian
bagian dalam dan bagian luar ”. Pada rumusan tersebut “ ketika
diminta” merupakan komponen kondisi.
38 4
Komponen kriteria Komponen ini menggambarkan batasan-batasan dari perubahan
perilaku yang diharapkan setelah proses pembelajaran berkahir. Penentuan kriteria terdiri beberapa faktor, di antaranya kepada
sifat bahan dan kemampuan siswa. Apabila bahan ajarnya sulit maka buat kriteria yang lebih sempit, begitu dengan sebaliknya.
Kemampuan siswa juga berpengaruh dalam penentuan kriteria. Jika siswa sudah cakap mengerjakan tugas, maka jam pelajaran
tersebut bisa digunakan untuk mengerjakan tugas lain yang lebih kompleks.
b. Kemampuan Awal
baseline
atau
entering behavior
Penentuan jumlah urutan tugas dari setiap tingkah laku yang dinyatakan dalam tujuan behavioral bergantung pada kemampuan
awal siswa. Jika kemampuan awal yang dikuasai anak memenuhi prasyarat maka urutan langkah analisis tugas lebih sedikit, tetapi jika
prasyaratnya belum terpenuhi, maka urutan langkahnya lebih banyak. Data tentang kemampuan awal diperoleh melalui proses asesmen.
Setelah penentuan tujuan dan mengetahui kemampuan awal siswa, maka selanjutnya dilakukan pembuatan atau perencanaan urutan
tugas yang sesuai dengan kemampuan atau keterampilan yang akan diajarkan.
39
E. Penelitian Relevan
Penelitian relevan sebelumnya sesuai dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Ate Komariah 2012 dengan judul
“Efektifitas Metode Analisis Tugas dalam Memakai Baju Siswa Tunagrahita Sedang Kelas II SDLB Bagian C Bina Asih Cianjur”. Pendekatan penelitian
yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian
Single Subjek Research
SSR. Target perilaku dalam penelitian tersebut adalah kemampuan memakai baju tanpa kancing anak tunagrahita tipe sedang kelas
II di SLB C Bina Asih Cianjur. Penelitian Ate Komariah tersebut secara umum bertujuan untuk
memperoleh gambaran tentang penerapan metode analisis tugas dalam meningkatkan pembelajaran bina diri siswa tunagrahita tipe sedang.
Sementara itu, tujuan khususnya yaitu 1 untuk mengetahui kemampuan memakai baju siswa tunagrahita sedang sebelum menggunakan metode
analisis tugas dan 2 untuk mengetahui efektifitas metode analisis tugas dalam memakai baju bagi siswa tunagrahita tipe sedang.
Berdasarkan hasil penelitian sebelum menggunakan metode analisis tugas bahwa siswa baru mampu memasukkan kedua tangan dan kepalanya ke
dalam kaos, sedangkan untuk memasukkan badannya serta merapikan belum mampu secara mandiri. Setelah menggunakan metode analisis tugas, siswa
sudah mampu melakukan seluruh tahapan memakai baju kaos dari memasukkan kedua tangan, kepala, hingga badannya ke dalam baju kaos
serta merapikan baju secara mandiri. Hal tersebut menunjukkan bahwa