commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran Bahasa Indonesia tidak lepas dari empat aspek yang terlibat dalam keterampilan berbahasa. Empat aspek tersebut adalah menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis. Pengajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi. Komunikasi
tersebut tentunya dengan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis. Salah satu keterampilan berbahasa yang cukup
kompleks adalah menulis. Pernyataan ini dikuatkan oleh pendapat salah seorang tokoh, yaitu Farris 2008: 1 menyatakan bahwa menulis merupakan kegiatan
yang paling kompleks untuk dipelajari dan diajarkan. Keterampilan menulis diajarkan di sekolah mulai dari taman kanak-kanak TK, sekolah dasar SD,
sekolah menengah pertama SMP, sekolah menengah atas kejuruan SMASMK dengan tujuan agar siswa mampu menuangkan ide, gagasan, pikiran,
pengalaman, dan pendapatnya dengan baik. Pada umumnya, pelaksanaan pembelajaran menulis di sekolah masih banyak mengalami hambatan dan belum
dapat dilaksanakan secara efektif. Menulis merupakan tingkat keterampilan berbahasa yang paling tinggi
tingkat kesulitannya dibandingkan dengan keterampilan berbahasa lainnya. Keterampilan menulis sebagai sebuah kompetensi linguistik verbal membutuhkan
dukungan keterampilan berbahasa lainnya, seperti berbicara, menyimak, dan membaca. Menulis merupakan proses menuangkan ide, pendapat, dan pikiran
untuk disampaikan kepada orang lain. Pendapat yang diungkapkan The Liang Gie 2002: 7 dinyatakan bahwa menulis adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang
mengungkapkan buah pikirannya melalui bahasa tulis untuk dibaca dan dimengerti oleh orang lain. Tujuan pembelajaran keterampilan menulis yang
diharapkan adalah agar peserta didik mampu mengungkapkan gagasan, ide, pendapat, dan pengetahuan secara sistematis dan tertulis serta memiliki
kegemaran menulis.
commit to user
Keterampilan menulis dapat dijadikan sebagai sarana pengembangan kreativitas peserta didik dan sarana peningkatan kemampuan mereka dalam
menggunakan bahasa, khususnya bahasa tulis sebagai sarana komunikasi. Yant Mujianto, dkk. 2000: 70 mengemukakan bahwa secara umum
tujuan pembelajaran keterampilan menulis, yaitu siswa mampu menuangkan ide, gagasanpendapat secara tertulis ataupun sebagai kegiatan mengekspresikan ilmu
pengetahuan, pengalaman hidup, ide, imaji, aspirasi. Melalui pembelajaran menulis diharapkan siswa tidak hanya dapat mengembangkan kemampuan
membuat karangan. Siswa juga cermat untuk membuat argumen, dan kemampuan untuk menuangkan ide dengan cara membuat karangan yang
menarik untuk dibaca. Siswa juga harus mampu menyusun dan menghubungkan antara kalimat satu dengan yang lain sehingga menjadi karangan utuh.
Kemampuan menulis lebih sulit dikuasai bahkan oleh penutur asli bahasa yang bersangkutan sekalipun. Hal itu disebabkan keterampilan menulis menghendaki
penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi karangan.
Menulis merupakan kegiatan yang memerlukan latihan, seperti pendapat Enang Rokajat Asura 2005: 8 mengatakan “keterampilan menulis didapat dari
sebuah latihan, bukan pemberian alam”. Alam memang telah memberi talenta, tetapi talenta saja tidak akan menjadi apa-apa tanpa melalui proses latihan.
Sebagai sebuah konsekuensi dan keterampilan yang ingin disampaikan, tidak akan mungkin seseorang akan mampu menulis tanpa ia mempraktikkan keterampilan
itu. Perlu mendapatkan penekanan bahwasanya pembelajaran menulis bukan hanya penyampaian teori tanpa mempraktikkannya. Hendaknya ada sinergi yang
nyata antara teori dan praktik sehingga ruh dalam pembelajaran menulis akan tampak ketika dilaksanakan melalui latihan-latihan yang terstruktur. Syamsi
dalam Pangesti Wiedarti, 2005: 134 menyatakan bahwa keprihatinan pembelajaran menulis disebabkan pembelajaran bahasa Indonesia masih sering
diberikan secara teoretis yang mengakibatkan keterampilan bahasa siswa kurang. Sehubungan dengan pernyataan di atas, pembelajaran keterampilan
menulis pada jenjang Sekolah Menengah Atas SMA merupakan peningkatan
commit to user
dari jenjang sebelumnya. Siswa diharapkan dapat menyerap aspek-aspek dasar dari keterampilan menulis untuk menjadi bekal ke jenjang yang lebih tinggi.
Keterampilan menulis di SMA Negeri 1 Jogorogo Ngawi berdasar data lapangan yaitu wawancara yang dilakukan peneliti kepada guru, siswa kelas X-E
dan hasil tes survei awal ditemukan masalah yaitu rendahnya kemampuan menulis argumentasi dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Berdasarkan hasil
wawancara survei awal Peneliti dengan guru Ibu Umi Khafifah,S.Pd guru kelas X-E SMA Negeri 1 Jogorogo, rendahnya keterampilan menulis disebabkan oleh
beberapa faktor, yaitu: 1 siswa kurang berminat pada pembelajaran keterampilan menulis. Sebagian besar siswa mengeluh ketika diberi tugas menulis, mereka
mengalami kesulitan dalam menyusun kalimat, kurang menguasai kosa kata, dan kurang mampu mengembangkan ide. Kesulitan tersebut menyebabkan mereka
tidak mampu menyampaikan pikiran dan gagasan dengan baik sehingga siswa menjadi enggan untuk menulis, 2 guru mengalami kesulitan untuk
membangkitkan minat siswa dalam pembelajaran keterampilan menulis. Guru mengeluh bahwa konsentrasi sebagian besar siswa pada saat proses pembelajaran
sedang berlangsung tidak terfokus pada pelajaran. Pada umumnya, siswa deretan paling depan yang memerhatikan penjelasan guru, sedangkan siswa yang duduk di
deretan tengah dan belakang lebih banyak melakukan aktivitas lain selain memerhatikan materi yang disampaikan guru. Seperti siswa berbicara dengan
teman sebangku, siswa tertidur dalam kelas saat pembelajaran bahkan siswa ada yang asyik main Hp handphone, 3 guru mengalami kesulitan untuk
menemukan alternatif metode dan media pembelajaran yang tepat untuk mengajarkan keterampilan menulis kepada siswa selain buku teks Bahasa
Indonesia dan LKS yang biasa digunakan. Berdasar hasil tes survei awal pada siswa kelas X-E SMA Negeri 1
Jogorogo rendahnya kemampuan menulis argumentasi teridentifikasi dari nilai rata-rata menulis argumentasi yakni 58,97 sumber dari nilai menulis Argumentasi
siswa kelas X-E SMA Negeri 1 Jogorogo hanya 10 siswa 26,31 yang tuntas, sedangkan 28 siswa 73,68 belum mencapai ketuntasan belajar dari 38 siswa
commit to user
standar ketuntasan belajar minimal mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia adalah 65. Data tersebut dapat dirinci pada tabel berikut.
Rentangan nilai 40-75
Tabel 1. Skala Nilai Keterampilan Menulis Argumentasi Survei Awal No.
Skala Frekuensi
1. 40 – 45
4
2. 46 – 50
2 3.
51 – 55 7
4. 56 – 60
6 5.
61 – 65 9
6. 66 – 70
7 7.
71 – 75 3
Jumlah 38
Rendahnya keterampilan menulis argumentasi siswa diindikasikan oleh kurangnya kemampuan siswa dalam mengorganisasikan ide dengan baik,
pengembangan kerangka karangan, dan penyusunan kalimat serta kosakata yang digunakan masih terbatas. Mereka masih belum memahami penggunaan ejaan
yang benar. Selain itu, masalah rendahnya keterampilan menulis argumentasi siswa juga dipengaruhi oleh beberapa hal, misalnya: 1 kurangnya media yang
digunakan, 2 siswa masih kurang memanfaatkan media pembelajaran sebagai sarana menuangkan ide, gagasan, atau pendapat mereka, 3 masih digunakannya
model pembelajaran yang konvensional ceramah, dan 4 siswa membutuhkan waktu yang lama untuk memproduksi sebuah tulisan.
Berdasar pada proses pembelajaran menunjukkan kualitas yang rendah. Hasil observasi yang peneliti lakukan pada saat survei awal terungkap bahwa
siswa menunjukkan sikap kurang peduli pada saat berlangsungnya pembelajaran menulis. Saat proses pembelajaran berlangsung, siswa terlihat pasif. Beberapa
siswa memang tampak memerhatikan keterangan guru namun tidak sedikit pula siswa yang sibuk beraktivitas sendiri, seperti mengobrol dengan teman.
commit to user
Berdasarkan hasil pantauan peneliti saat pembelajaran menulis argumentasi hanya ada 5 siswa saja 13,16 yang mau bertanya saat pembelajaran berlangsung.
Merefleksi fenomena di atas dan upaya mengatasi masalah pembelajaran menulis peneliti dan guru berkolaborasi menetapkan untuk menerapkan media
gambar karikatur pada kegiatan pengajaran keterampilan menulis dalam bentuk penelitian tindakan kelas PTK. Adapun alasan pemilihan media tersebut sebagai
berikut. Melalui gambar karikatur siswa akan menemukan poin-poin penting karena dalam karikatur tersirat permasalahan, beserta pernyataan yang bersifat
menegaskan pembacanya serta dari gambar karikatur siswa juga menangkap pesan-pesan moral yang bersifat mendidik serta relevan dengan kondisi di sekitar
siswa. Hal ini akan memberi dampak yang baik bagi kepekaan menulis siswa. Pada umumnya karikatur diartikan sebagai gambar sindiran yang bersifat
sinis atau sarkasme yang berbentuk humor sebagai refleksi dari suatu keadaan sosial; politik, ekonomi dan kebudayaan. Dalam hal ini, gambar karikatur
berfungsi untuk merangsang minat belajar siswa untuk menuangkan ide, gagasanya dalam menulis argumentasi. Bertolak dari latar belakang di atas,
peneliti berusaha mengkaji masalah dengan judul penelitian “Penerapan Media Gambar Karikatur Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Argumentasi Pada
Siswa Kelas X-E SMA Negeri 1 Jogorogo Kabupaten Ngawi Tahun Ajaran 20092010”.
B. Rumusan Masalah