commit to user
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian, serta paparan hasil penelitian. Berikut ini dijabarkan
pembahasan hasil penelitian yang meliputi kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis argumentasi siswa kelas X-E SMA Negeri 1 Jogorogo. Sebelum
dilaksanakannya penelitian, peneliti melakukan survei awal untuk mengetahui kondisi yang ada dilapangan. Berdasarkan kegiatan survei ini, peneliti
menemukan bahwa kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis argumentasi pada siswa kelas X-E SMA Negeri 1 Jogorogo masih tergolong rendah.
Selanjutnya, peneliti berkolaborasi dengan guru kelas X-E untuk mengatasi masalah tersebut dengan memanfaatkan media gambar karikatur dalam proses
pembelajaran menulis argumentasi. Peneliti dan guru kelas X-E menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran untuk siklus I. Siklus I ini mendeskripsikan
pembelajaran menulis dengan media gambar karikatur. Ternyata masih terdapat kelemahan atau kekurangan dalam pelaksanaannya. Siklus II dilaksanakan untuk
mengatasi kelemahan yang ada pada siklus I. Selama pelaksanaan siklus II ternyata juga terdapat beberapa kelemahan. Selanjutnya, kelemahan pada siklus II
ini diatasi dengan melaksanakan pembelajaran menulis argumentasi dengan memanfaatkan media gambar karikatur pada siklus III. Selain itu, siklus III
merupakan siklus yang menguatkan siklus I dan siklus II bahwa media gambar karikatur dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis
argumentasi pada siswa kelas X-E SMA Negeri 1 Jogorogo. Berdasarkan tindakan-tindakan tersebut, guru dikatakan telah berhasil
melaksanakan pembelajaran menulis argumentasi dengan menerapkan media gambar karikatur yang mampu membantu siswa dalam memunculkan ide dan
mengembangkan gagasannya sehingga kemampuan menulis argumentasi siswa dapat berkembang dengan optimal. Selain itu, penelitian ini juga bermanfaat
untuk meningkatkan keterampilan guru dalam mengelola kelas karena media ini dapat digunakan sebagai sarana bagi guru untuk memotivasi siswa agar lebih aktif
dalam kegiatan pembelajaran menulis argumentasi.
commit to user
Keberhasilan media gambar karikatur dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis argumentasi dapat dilihat dari indikator-
indikator sebagai berikut. 1.
Kualitas proses pembelajaran menulis argumentasi meningkat Tindakan berupa penerapan media gambar karikatur yang dilaksanakan
tiap siklus mampu meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis argumentasi siswa kelas X-E SMA Negeri 1 Jogorogo. Hal ini sesuai dengan
pendapat Azhar Arsyad 2006: 21 menyatakan bahwa dampak positif dari penggunakan media sebagai bagian integral pembelajaran di kelas adalah
membuat pembelajaran lebih menarik perhatian serta membuat siswa tetap terjaga dan memerhatikan. Hal itu menimbulkan sikap positif terhadap segala
hal yang mereka pelajari dan proses pembelajaran dapat ditingkatkan. Peningkatan dari segi proses pembelajaran dapat dilihat pada beberapa
indikator berikut: a.
Meningkatnya keaktifan siswa Keaktifan siswa dalam pembelajaran menulis argumentasi
mengalami peningkatan. Hal itu terlihat dari indikator keaktifan siswa dalam proses pembelajaran meningkat disetiap siklus. Indikator tersebut
meliputi keaktifan siswa dalam merespon apersepsi, menyimak penjelasan materi oleh guru, mengamati dan mendiskusikan gambar karikatur yang
ditampilkan guru, serta membuat kerangka dan mengembangkannya menjadi tulisan argumentasi.
Hasil pantauan peneliti menyebutkan bahwa keaktifan siswa pada siklus I mencapai 55, meningkat dari pertemuan sebelumnya survei
awal. Pada siklus II, keaktifan siswa meningkat menjadi 68, artinya siswa yang aktif dalam siklus II sekitar 26 siswa dari 38 siswa yang hadir.
Sementara itu, peningkatan sebesar 6 poin terjadi pada siklus III dibandingkan siklus II, dari 68 menjadi 74. Siswa yang aktif dalam
siklus ini mencapai 29 siswa dari 38 siswa yang hadir pada hari itu. Dengan demikian, tindakan yang dilakukan guru untuk meningkatkan
aktivitas siswa selama kegiatan apersepsi dan penyampaian materi cukup
commit to user
berhasil. Hal ini membuktikan bahwa media pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar, termasuk
dalam meningkatkan keaktifan siswa. Robertus Angkowo dan A. Kosasih 2007: 27 menyatakan bahwa dengan memanfaatkan media secara tepat
dan bervariasi akan dapat mengurangi sikap pasif siswa. Selain itu, media pembelajaran juga dapat menyampaikan pesan yang ingin disampaikan
dalam setiap mata pelajaran. Dalam penerapan pembelajaran disekolah, guru dapat menciptakan suasana belajar yang menarik perhatian dengan
memanfaatkan media pembelajaran yang kreatif, inovatif dan variatif, sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan mengoptimalkan proses
dan berorientasi pada prestasi belajar Ari Wijayanti, 2006: 2. b.
Meningkatnya perhatian siswa Perhatian siswa dalam proses pembelajaran sangat penting. Untuk
menumbuhkan dan memelihara hal tersebut, guru perlu merangsang siswa dengan menerapkan cara-cara baru, unik, ataupun cara-cara yang sudah
biasa digunakan. Salah satu cara yang dapat digunakan guru adalah melalui pemanfaatan media. Dalam penelitian ini, guru memanfaatkan
media gambar karikatur. Setelah adanya tindakan memanfaatkan media tersebut, perhatian siswa dalam pembelajaran menulis argumentasi
meningkat. Hal ini membuktikan pendapat Robertus Angkowo dan A. Kosasih 2007:39 menyatakan bahwa salah satu strategi untuk
merangsang minat dan perhatian siswa dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan media untuk melengkapi penyampaian
bahan kajian. Meningkatnya perhatian siswa dalam pembelajaran juga telah membuktikan bahwa suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi
siswa telah tercipta. c.
Meningkatnya keterampilan guru dalam mengelola kelas Kemampuan guru dalam mengelola kelas merupakan salah satu
penentu keberhasilan dalam suatu proses pembelajaran. Pengelolaan kelas yang dilakukan guru antara lain berupa tindakan perhatian pada seluruh
siswa, menyajikan materi dengan mengombinasikan metode ceramah
commit to user
dengan metode lain yang menjadikan siswa tidak jenuh dalam mengikuti pembelajaran, memanfaatkan media pembelajaran, serta memotivasi siswa
untuk aktif dalam pembelajaran. Kondisi yang demikian jauh lebih baik dalam pengelolaan kelas yang dilakukan guru pada saat survei awal.
Sedikit demi sedikit kelemahan guru mulai berkurang setelah tindakan pada pembelajaran menulis argumentasi dengan media gambar
karikatur dilaksanakan. Peran guru berubah ke arah yang lebih positif beban guru untuk penjelasan yang berulang-ulang mengenai isi pelajaran
dapat dikurangi, bahkan dihilangkan sehingga guru dapat memusatkan perhatian kepada aspek penting lain dalam proses belajar mengajar Azhar
Arsyad, 2006: 23. Selain itu, didasarkan pada manfaat yang diperoleh guru dari adanya media dalam pembelajaran sebagaimana yang
diungkapkan oleh Arief S. Sadiman, dkk. 2007: 16-17, yaitu 1 memperjelas penyajian pesan supaya tidak terlalu bersifat verbal dalam
bentuk kata-kata tertulis atau lisan saja, 2 mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, 3 dapat mengatasi sikap pasif siswa melalui
penggunaan media secara tepat dan variatif, serta 4 mengatasi kesulitan guru dalam memberikan perangsang, pengalaman, dan menimbulkan
persepsi yang sama mengingat perbedaan sifat, lingkungan, latar belakang, dan pengalaman yang berbeda pada tiap siswa dan guru. Guru juga telah
memberi kesempatan yang lebih banyak bagi siswa untuk aktif dalam pembelajaran menulis argumentasi. Guru juga memberikan perhatian pada
siswa dengan mengelilingi kelas saat mengerjakan tugas. Setelah tindakan yang dilakukan disetiap siklus, pembelajaran menjadi menyenangkan dan
terkesan inovatif sebab guru telah menampilkan pembelajaran yang berbeda dari biasanya. Hal ini berimplikasi pada kemampuan menulis
argumentasi siswa. 2.
Kualitas hasil pembelajaran menulis argumentasi meningkat Kualitas hasil pembelajaran yang berupa kemampuan siswa dalam
menulis argumentasi termasuk kemampuan siswa mengembangkan ide, gagasan ke dalam tulisan argumentasi dapat meningkat setelah adanya
commit to user
tindakan pemanfaatan media gambar karikatur. Hal itu dikuatkan oleh pendapat Azhar Arsyad 2006: 23 menyatakan bahwa kualitas hasil
pembelajaran meningkat bila integrasi kata dan gambar sebagai media pembelajaran dapat mengkomunikasikan elemen-elemen pengetahuan dengan
cara yang terorganisasikan dengan baik, spesifik, dan jelas. Kualitas hasil pembelajaran yang berupa kemampuan siswa dalam
menulis argumentasi dapat dilihat dari nilai yang diperoleh siswa dalam menghasilkan sebuah tulisan argumentasi. Nilai tersebut terus mengalami
peningkatan dari siklus ke siklus. Tulisan yang dihasilkan siswa mengalami peningkatan dalam beberapa aspek penulisan, baik dari aspek isisubstansi,
pengorganisasian tulisan, pemanfaatan potensi kata, penggunaan kaidah bahasa tulis maupun karakteristik tulisan.
a. Isisubstansi
Siswa mampu
menentukan ide
tulisan, gagasan
dan mengembangkannya setelah mengamati gambar karikatur. Kata-kata yang
disertai gambar sebagai ilustrasi mampu menarik minat siswa dan membuat mereka mudah dalam mengembangkan ide serta mengeluarkan
argumennya. Hal ini menjadikan isi tulisan siswa lebih berbobot. Gagasan atau ide tersebut dapat digali atau diperoleh dari berbagai sumber, antara
lain pengalaman, pengamatan, imajinasi, serta pendapat dan keyakinan. Topik siap dijadikan bahan tulisan manakala rancangan topik tersebut
dipusatkan pada hal-hal yang memang diketahui serta telah terbatas pada segi yang spesifik. Hal ini menjadi dasar bagi guru dalam menentukan
tema gambar karikatur yang akan disajikan pada siswa. Kegiatan diskusi sebagai pendamping dan pengantar bagi siswa
memahami isi gambar karikatur juga menjadikan tulisan siswa lebih bervariasi. Hal itu disebabkan dalam kegiatan diskusi siswa memeroleh
informasi yang lebih banyak terkait tema yang ada pada gambar karikatur. Informasi dan data yang dikumpulkan haruslah relevan dengan topik
supaya tulisan yang dihasilkan berkualitas. Data dan informasi dapat
commit to user
berupa peristiwa yang terjadi di sekitar, pendapat orang lain, gambar, grafik, tabel, dan hal-hal lain yang dapat mendukung kualitas tulisan.
Pada setiap siklus, aspek ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini dapat dilihat dari nilai siswa yang mengalami
peningkatan dari siklus ke siklus. Pada siklus I, skor terendah siswa dalam aspek ini adalah 14 sedangkan skor terendah siswa pada siklus III adalah
17. b.
Pengorganisasian Tulisan Hasil kerja siswa berupa tulisan argumentasi pada setiap siklus
menunjukkan bahwa siswa sudah mampu mengorganisasikan tulisan dengan baik. Hal itu menjadikan tulisan siswa mudah dipahami oleh
pembaca meskipun masih ada beberapa siswa yang memiliki tulisan dengan gagasan yang meloncat-loncat tidak sistematis.
Peningkatan kemampuan pada aspek ini tampak dalam skor capaian siswa. Pada saat pretes, kemampuan siswa dalam mengorganisasikan
tulisan masih tergolong rendah, dengan kisaran skor 7-18. Masih banyak diantara mereka yang kurang lancar dalam menuangkan ide, terpotong-
potong dalam menyusunnya sehingga pembaca sulit memahami maknanya. Pada saat postes, kisaran skor tersebut mengalami peningkatan
hingga mencapai skor maksimal 20 dan skor minimal 13. c.
Pemanfaatan Kosakata Tulisan yang dibuat siswa, tampak siswa telah mampu
memanfaatkan kosakata dengan baik. Tulisan yang dibuat siswa pada saat pretes masih banyak terjadi kesalahan baik dari segi pemilihan kosakata
maupun dalam penulisannya. Tak jarang hal itu mengaburkan makna sehingga tulisan tersebut sulit dipahami pembaca. Akan tetapi, hal tersebut
telah dapat diminimalkan setelah adanya tindakan sehingga tulisan siswa tidak lagi membingungkan bagi para pembaca.
d. Penggunaan Kaidah Bahasa Tulis
Siswa telah mampu menggunakan kaidah bahasa tulis dengan baik dibandingkan pada saat survei awal. Hal ini diindikatori oleh sedikitnya
commit to user
kesalahan yang dilakukan siswa dalam penerapan bentuk bahasa. Struktur kalimat telah disusun menurut aturan sintaksis yang benar sehingga
maksud yang terkandung dalam tulisan dapat dipahami dengan baik oleh pembaca.
Penyingkatan kata dalam tulisan siswa juga sudah dapat diminimalkan. Pemakaian huruf kapital dan tanda baca juga sudah cukup
tepat. Hanya sebagian kecil siswa yang masih melakukan kesalahan dalam aspek ini. Peningkatan pada aspek ini disebabkan oleh tindakan guru yang
telah memaparkan kesalahan yang dialami siswa dan menerangkan cara memerbaikinya.
e. Karakteristik Tulisan
Pada saat survei awal, banyak diantara tulisan siswa yang bukan karangan argumentasi. Meskipun guru telah memerintahkan siswa untuk
menulis argumentasi, sebagian besar siswa justru menulis jenis karangan narasi, eksposisi. Hal ini disebabkan oleh ketidakpahaman siswa terhadap
karakteristik tulisan argumentasi. Setelah diberi penjelasan dan disajikan contoh-contoh tulisan argumentasi, nilai siswa pada aspek ini terus
mengalami peningkatan. Hal ini menunjukan bahwa media memiliki peranan, yaitu merangsang siswa untuk menuangkan ide, gagasan dengan
media gambar karikatur. Peningkatan dari setiap aspek penulisan tersebut menjadikan nilai
siswa dalam menulis argumentasi juga mengalami peningkatan. Pada saat pretes, diketahui bahwa kemampuan siswa dalam menulis argumentasi
masih tergolong rendah. Hal ini tampak pada capaian nilai menulis argumentasi siswa yang masih jauh dari batas nilai ketuntasan hasil belajar
65 hanya 10 siswa yang mencapai nilai tersebut pada saat pretes. Kisaran nilai yang dicapai siswa saat itu berkisar 40-73. Bahkan, dari 38 siswa
yang hadir pada saat pretes hanya 10 siswa yang mampu menulis argumentasi dengan benar sedangkan 28 siswa lain banyak yang justru
menulis eksposisi, persuasi. Peningkatan yang cukup signifikan terjadi pada siklus I. Dari 38 siswa yang hadir, hanya 6 siswa yang masih salah
commit to user
dalam menulis argumentasi sedangkan 32 siswa yang lain sudah mampu menulis argumentasi dengan benar meskipun nilai mereka hanya berkisar
49-73. Hanya 17 siswa saja yang mampu mencapai nilai ketuntasan hasil belajar atau sebesar 45. Pada siklus II, persentase kemampuan siswa
dalam menulis argumentasi mengalami peningkatan, yaitu 66. Hal itu berarti jumlah siswa yang mampu mencapai nilai ketuntasan hasil belajar
rneningkat, yaitu sebanyak 25 siswa. Kisaran nilai yang dicapai siswa pada siklus II antara 57-78. Peningkatan cukup signifikan terjadi pada siklus III.
Pada siklus ini, 92 siswa telah mampu mencapai nilai ketuntasan hasil belajar meskipun ada 3 siswa mendapat nilai kurang dari batas minimal
ketuntasan belajar yang telah ditentukan 65. Kisaran nilai pada siklus ini antara 62-92. Nilai siswa dari siklus ke siklus mengalami peningkatan
sebagai tolok ukur kemampuan siswa dalam menulis argumentasi.
commit to user
Tabel 14. Rekapitulasi Nilai Menulis Argumentasi dari Siklus ke Siklus
No Nama Siswa
Survei Awal
Siklus I
Siklus II
Siklus III
Keterangan 1
A. Rois Nugroho 56
58 64
72 Meningkat
2 Agung Prasetya
61 63
65 76
Meningkat 3
Alfian Dwy Arywibowo 59
62 64
70 Meningkat
4 Angga Nugraha
44 54
60 62
Meningkat 5
Ardi Cahya Irwan 55
58 61
78 Meningkat
6 Ari Wahyu Indra Setiawan
45 53
64 70
Meningkat 7
Ayu Muysharoh 73
73 75
92 Meningkat
8 Bintar Tian Efendi
58 61
63 70
Meningkat 9
Deny Eka Setiawan 56
62 65
72 Meningkat
10 Dian Nurjannah
65 66
67 73
Meningkat 11
Dina Laksmita 67
69 78
76 Meningkat
12 Eko David Prasetyo
58 62
63 66
Meningkat 13
Eva Dewi Widiyanti 41
54 62
68 Meningkat
14 Fajar Davit Budiarga
54 60
66 71
Meningkat 15
Fitri Purwati 55
62 65
75 Meningkat
16 Habib Rymszad Faishal
51 58
61 72
Meningkat 17
Khoirotul Munawaroh 68
70 75
80 Meningkat
18 Leni Triana Dewi
70 70
72 74
Meningkat 19
Lia Fitriani 53
60 63
70 Meningkat
20 Mas Cahyo Kumara Jati S.
40 45
50 63
Meningkat 21
Mawardi 66
69 70
74 Meningkat
22 Mochamad Saiful Kirom
71 71
74 80
Meningkat 23
Ninika Arno Dewi Candrawati 59
62 65
77 Meningkat
24 Nofia Mabirotin
58 61
68 76
Meningkat 25
Puji Rahayu 64
67 75
79 Meningkat
26 Rika Sugiyarti
62 66
74 78
Meningkat 27
Rita 64
65 71
72 Meningkat
28 Rudi Hartanto
55 62
65 85
Meningkat 29
Ruly Rasaningrum 66
70 71
73 Meningkat
30 Sony Yudho Sutrisno
50 53
58 63
Meningkat 31
Sri Maulud Sari 71
73 75
81 Meningkat
32 Suci Wiratnasari
68 70
72 73
Meningkat 33
Tesya Santri Zulaikhat 62
64 67
71 Meningkat
34 Toyibatul Maftucnah
66 70
74 74
Meningkat 35
Uswatun Khasanah 61
67 72
78 Meningkat
36 Vangesti Rahayu Hariyati
60 62
66 70
Meningkat 37
Wismoyo Adi Nugroha 46
49 57
68 Meningkat
38 Yuli Fatmawati
63 67
71 75
Meningkat
RATA-RATA 58,97
62,87 67,05
73,60
Meningkat
commit to user
96
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Simpulan hasil penelitian ini adalah terdapat peningkatan kualitas pembelajaran menulis argumentasi, baik proses maupun hasil, pada siswa kelas X-
E SMA Negeri 1 Jogorogo berikut ini.
1. Peningkatan Kualitas Proses Pembelajaran
Media gambar karikatur dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran keterampilan menulis argumentasi pada siswa kelas X-E SMA
Negeri 1 Jogorogo. Peningkatan kualitas proses pembelajaran tampak dalam keaktifan siswa selama pembelajaran menulis argumentasi dengan media gambar
karikatur. Hal ini tampak dari beberapa indikator berikut ini: a.
jumlah siswa aktif dalam kegiatan apersepsi terus mengalami peningkatan dari siklus ke siklus, yaitu 53 pada siklus I, 60 pada siklus II, dan 71
pada siklus III; b.
jumlah siswa aktif dalam memerhatikan penjelasan materi oleh guru mengalami peningkatan pada setiap siklus. Pada siklus I sebesar 57 ,
siklus II sebesar 71, dan siklus III sebesar 84; c.
jumlah siswa aktif dalam memerhatikan gambar karikatur mengalami peningkatan di setiap siklus, yaitu 60 pada siklus I, 76 di siklus II, dan
81 di siklus III; d.
jumlah siswa yang aktif dalam berdiskusi meningkat dari siklus ke siklus, yaitu 53 pada siklus I, 68 pada siklus II, 76 pada siklus III;dan
e. jumlah
siswa yang
aktif dalam
membuat kerangka
serta mengembangkannya menjadi paragraf argumentasi dari siklus I, II, III
sebesar 100 artinya seluruh siswa terlibat. Secara umum, peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran menulis
argumentasi melalui penerapan media gambar karikatur dapat disimpulkan sebagai berikut Pada siklus I, persentase keaktifan siswa mencapai 55. Pada