Situasi Persaingan Bisnis Audit pemasaran pada CV. Bimandiri Lembang - Bandung

3. Kesenjangan nihil Kesenjangan nihil terjadi apabila skor CAI sama dengan skor CSI CAI=CSI. Kondisi tersebut menunjukkan adanya fit antara strategi perusahaan dengan tingkat pergerakan lingkungan bisnis.

3.5 Situasi Persaingan Bisnis

Dari CSI yang didapatkan, perusahaan dapat melihat tingkat persaingan bisnis yang dihadapinya. Adapun tingkat persaingan yang dihadapi ini, dapat dikategorikan menjadi 5 jenis tingkatan, yaitu: stable stabil, Interupted terganggu , Complicated rumit, shopisticated canggih dan Chaos kacau. Tabel 7 Situasi Persaingan Bisnis Competitive Setting Stabil 2C Terganggu 2.5C Rumit 3C Canggih 3.5C Kacau 4C Pelanggan C1 Pembeli Konsumen Pelanggan Klien Mitra Pesaing C3 Tidak ada Ringan Kuat Liar Tidak terlihat Invisible Perubahan C4 Tidak ada Berjangka Berlanjut Tidak berlanjut Mengejutkan Strategi Perusahaan Efisiensi Operasional Persuasive Segmentasi Diferensiasi Klien khusus Jasa kepada Individu Sumber : Kartajaya, 2005 Tingkat persaingan 2C adalah dimana situasi persaingan yang terjadi stabil. Dalam kondisi ini perusahaan dengan ‘tenang’ bisa melayani konsumen tanpa ‘terganggu’ pesaing, karena memang tidak punya pesaing. Karena itu perusahaan dalam kondisi stable ini cukup memperlakukan konsumen sebagai buyer atau pembeli saja, yang penting transaksi bukan hubungan jangka panjang. Sebab, bagaimana pun kecewanya pembeli, dia akan pasti ‘kembali’ pada satu-satunya penjual yang ada. Situasi persaingan ini disebut 2C karena saat ini hanya ada dua C yang aktif yaitu Customer C1 dan Company C2. Sedangkan Competitor C3 dan Change C4 dianggap belum berperan apapun. Pada situasi seperti ini merupakan suatu situasi ‘ekstrim kiri’ yang bersifat monopoli. Situasi persaingan akan bergeser ke kana menuju ke situasi 4C, dengan makin meningkatnya persaingan dari tidak ada, kuat, liar dan akhirnya tak terlihat. Situasi persaingan yang bergeser ke kanan juga akan dipengaruhi oleh perubahan lingkungan, dari tidak ada, menjadi ringan, berlanjut, tidak berlanjut dan akhirnya menjadi situasi perubahan yang mengejutkan. Pada saat yang sama, pelanggan juga akan semakin menuntut dan jika awalnya hanya diperlakukan sebagai pembeli, lambat laun harus diperlakukan sebagai konsumen, pelanggan, klien dan akhirnya mitra. Pada situasi 4C, yang merupakan situasi ’eksterm kanan’ yang bersifat kacau, pesaing semakin tak terlihat, karena banyaknya pesaing baru yang dianggap sebagai sebagai tidak langsung. Pada situasi ini, perubahan lingkungan yang tidak terduga dan sering kali mengejutkan dapat terjadi. Pada saat itu pelanggan sudah sangat tercerahkan, punya kekuatan, dan memiliki informasi yang cukup banyak. Pelanggan yang sudah pintar seperti ini harus diperlakkan sebagai mitra. Situasi persainga dapat terjadi dimana saja diantara dua tingkat situasi ekstrem 2C dan 4C. Situasi persaingan yang terganggu 2.5 C, rumit 3C dan canggih 3.5C hanya merupakan titik tumpuan di antara kedua situasi ekstrem tersebut. Selain terjadi pergesaran dalam hal persaingan yang dihadapi oelh perusahaan, perusahaan pun berevolusi dari 2C hingga 4C. Karakteristik dasar dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Perusahaan Berorientasi Produksi 2C

Perusahaan pada posisi 2C menitik beratkan pada efisiensi operasional, standarisasi produk, dan distribusi massal. Pada situasi persaingan ini, perusahaan bisa sukses karena belum ada pesaing dan tidak ada perubahan lingkungan yang terjadi. Pembeli harus membeli produk standar dan membelinya di tempat yang telah ditentukan. 2. Perusahaan Berorientasi Penjualan 2.5C Perusahaan pada posisi ini menitik beratkan pada cara penjualan yang persuasive, perbaikan produk, dan promosi massal. Pada situasi persaingan 2.5C, perusahaan seperti ini bisa berhasil, karena posisi pesaing masih lemah dan perubahan lingkungan belum begitu berarti. Konsumen diyakinkan untuk membeli pada situasi yang menempatkan dirinya pada posisi menang-kalah oleh tenaga penjualan, dibujuk oleh promosi yang terus menerus, yang menyatakan bahwa produk perusahaan tersebut lebih baik daripada para pesaingnya.

3. Perusahaan Berorientasi Pemasaran 3C

Perusahaan pada posisi 3C seperti ini tidak menjual keseluruh pasar, melainkan memilih segmen pasar paling efektif untuk dilayani. Selain itu, perusahaan tidak hanya sekedar membuat produk yang lebih baik, tetapi yang penting perusahaan mampu mendiferensiasikan produknya dari produk-produk lain sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Pada situasi persaingan 3C, persaingan sudah kuat, perubahan lingkungan bisnis berlangsung kontinyu, dan pelanggan punya banyak pilihan karena informasi yang tersedia sangat berlimpah dan transparan.

4. Perusahaan Pemimpin Pasar 3.5C

Perusahaan ini menjadi spesialis untuk melayani sebuah atau beberapa fragmen pasar. Karena itu, kunci sukses perusahaan ini adalah kemampuannya menyediakan produk-produk khusus. Pada situasi ini, pelanggan diperlakukan sebagai klien yang dilayani secara khusus. Jika sebuah produk yang sama ingin dipasarkan pada beberapa fragmen pasar, maka ada beberapa elemen pemasaran yang dibuat berbeda sesuai dengan masing-masing fragmen pasar.

5. Perusahaan Pemimpin Pelanggan 4C

Perusahaan jenis ini memberikan pelayanan khusus secara individual melalui produk-produk yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing individu. Database yang selalu diperbaharui merupakan alat penting untuk melakukan relationship marketing seperti ini. Komunikasi dua arah yang interaktif digunakan untuk saling bertukar informasi terus-menerus. Hal ini harus dilakukan kalau perusahaan tersebut ingin sukses dalam situasi persaingan yang kacau, dimana pesaing sering tidak terlihat dan perubahan yang terjadi seringkali mengejutkan. Bisnis apapun pada situasi 4C dianggap sebagai bisnis jasa. Karena itu perusahaan menganggap dirinya sebagai sebuah penyedia jasa yang melayani mitranya.

3.6 Kerangka Pemikiran Operasional