Analisis Data 1. Metode Analisis Dekriptif Konsepsi dan Batasan Pengukuran

dalam kuisioner dan telah memiliki aksesibilitas pribadi dalam menentukan lokasi wisatatempat rekreasi sendiri. Selain itu, mereka juga harus telah mengunjungi Taman Safari Indonesia lebih dari satu kali dan telah menikmati dan menggunakan fasilitas serta sarana yang terdapat di Taman Safari. Satu kuisioner dibatasi untuk satu keluarga karena dianggap keputusan mengenai lokasi wisata atau tempat rekreasi merupakan keputusan bersama sehingga tidak ada perbedaan persepsi antara anggota keluarga yang satu dengan yang lain. Untuk rombongan yang bukan keluarga, kuisioner diberikan pada masing-masing pengunjung.

4.4. Analisis Data

Menurut Singarimbun 1989, analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang mudah dibaca dan diinterpretasikan.

4.4. 1. Metode Analisis Dekriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk mengolah data demografi pengunjung Taman Safari Indonesia serta proses keputusan kunjungan mereka. Metode ini menggunakan tabulasi yang kemudian diolah sehingga menghasilkan proporsi dari suatu kategori data primer tertentu. Untuk mengetahui strategi pemasaran yang telah dijalankan perusahaan juga dianalisis secara deskriptif.

4.4. 2. Analisis Proses Hirarki Analitik

Alat analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor bagi penyusun alternatif prioritas strategi pemasaran yang tepat pada Taman Safari Indonesia TSI adalah dengan pendekatan Proses Hirarki Analitik PHA untuk pengambilan keputusan. Menurut Saaty 1980, metode Proses Hirarki Analitik adalah cara menganalisis situasi yang rumit dan tidak terstruktur, mengatur bagian-bagian kedalaman suatu hirarki, memberi nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang relatif pentingnya setiap variabel, mensintesis berbagai kriteria yang ada guna menetapkan alternatifpilihan yang memiliki tingkat prioritas paling tinggi serta bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut. Dalam menerapkan metode Proses Hirarki Analitik, yang diutamakan adalah kualitas dari responden, bukan pada kuantitas tertentu. Data yang diperoleh dari responden kemudian diproses dengan menggunakan program komputer Expert Choice Version 2000. Program ini merupakan program yang disusun oleh Asian Institute of Technology dan Microsoft Co. Kerangka kerja PHA pada dasarnya terdiri dari delapan langkah utama Saaty, 1993, yaitu :

1. Mendefinisikan persoalan dan merinci pemecahan persoalan yang

diinginkan Hal yang perlu diperhatikan dalam langkah ini adalah penguasaan masalah secara mendalam, karena yang menjadi perhatian adalah pemilihan tujuan, kriteria, kreativitas dan elemen-elemen yang menyusun struktur hirarki. Komponen sistem dalam hirarki dapat diidentifikasi berdasar kemampuan para analisis untuk menemukan unsur-unsur yang dapat dilibatkan dalam suatu sistem dan dapat dilakukan dengan memperoleh informasi yang relevan denga n masalah yang sedang dihadapi.

2. Membuat struktur dari sudut pandang manajemen secara menyeluruh

Penyususnan hirarki berdasarkan pada jenis keputusan yang akan diambil. Setiap set elemen dalam hirarki mendududki suatu tingkat hirarki. Pada tingkat puncak hirarki hanya terdiri dari satu elemen yang disebut fokus, yaitu sasaran keseluruhan yang bersifat luas. Tingkat berikutnya dapat terdiri dari beberapa elemen yang dibagi dalam kelompok yang homogen, yang berjumlah antara lima atau sembilan elemen agar dapat dibandingkan dengan elemen-elemen yang akan diikut sertakan dalam hirarki. Elemen- elemen tersebut dapat berupa faktor-faktor, pelaku-pelaku, aktivitas, tujuan, skenario, alternatif dan lain-lain.

3. Menyusun matriks banding berpasangan

Dalam matriks ini, pasangan-pasangan elemen dibandingkan berkenaan dengan kriteria di tingkat yang lebih tinggi, dimulai dari puncak hirarki untuk fokus G Goal, yang merupakan dasar untuk melakukan perbandingan berpasangan antar elemen yang terkait yang ada dibawahnya. Menurut perjanjian, suatu elemen yang ada disebelah kiri diperiksa perihal dominasi atas yang ada di sebelah kiri suatu elemen di puncak matriks pembanding pertama dilakukan pada level kedua terhadap fokus G.

4. Mengumpulkan semua pertimbangan yang diperlukan dari hasil

perbandingan berpasangan antar elemen pada langkah 3 Setelah matriks pembandingan berpasangan selesai dibuat, maka langkah berikutnya adalah melakukan pembandingan berpasangan antara elemen pada kolom ke- i dengan setiap elemen pada baris ke- j yang berhubungan dengan fokus G. Pembanding berpasangan antara elemen dilakukan dengan pertanyaan: seberapa kuat elemen baris ke- i didominasi atau dipengaruhi oleh fokus G dibandingkan dengan kolom ke- j. Untuk mengisi matriks banding berpasangan digunakan skala banding yang terlihat pada Tabel 4. Tabel 4. Nilai Skala Banding Berpasangan NILAI SKALA DIFINISI PENJELASAN 1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen mempengaruhi sama kuat pada sifat itu 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada lainnya Pengalaman atau pertimbangan sedikit menyokong satu elemen diatas lainnya 5 Elemen yang satu jelas lebih penting dibandingkan dengan elemen yang lain Pengalaman atau pertimbangan dengan kuat disokong dan dominasinya terlihat dalam praktek 7 Suatu elemen sangat lebih penting dibanding elemen yang lainnya Satu elemen dengan disokong dan dominasinya terlihat dalam praktek 9 Satu elemen mutlak lebih penting dibanding elemen yang lainnya Sokongan elemen yang satu atas yang lain terbukti memiliki tingkat penegasan tertinggi 2,4,6,8 Nilai-nilai diantara dua pertimbangan yang berdekatan Kompromi diperlukan di antara dua pertimbangan Kebalikan nilai-nilai di atas Bila nilai-nilai diatas dianggap membandingkan antara elemen A dan B maka nilai-nilai kebalikan 12, 13, 14, ..., 19 digunakan untuk membandingkan kepentingan B terhadap A Sumber: Saaty, 1980

5. Memasukkan nilai-nilai kebalikan beserta bilangan 1 sepanjang

diagonal utama dan dibawah diagonal utama diisi dengan nilai-nilai kebalikannya Angka 1 sampai 9 digunakan bila Fi lebih mendominasi atau mempengaruhi sifat G dibandingkan dengan sifat Fj. Sedangkan bila Fi kurang mendominasi sifat G dibandingkan sifat Fj, maka digunakan angka kebalikannya. Matriks dibawah diagonal utama diisi dengan nilai-nilai kebalikannya. Contoh, bila elemen F 13 memiliki nilai 6, maka nilai elemen F 31 adalah 16.

6. Melaksanakan langkah 3, 4 dan 5 untuk semua tingkat dan gugus

dalam hirarki Pembandingan dilanjutkan untuk semua elemen pada setiap tingkat keputusan yang terdapat dalam hirarki, berkenaan dengan kriteria elemen diatas. Ada dua macam matriks pembandingan yang dipakai dalam PHA, yaitu : a. Matriks Pendapatan Individu MPI pada gambar 10, merupakan matriks hasil pembandingan yang dilakukan oleh individu dimana elemennya disimbolkan oleh a ij , yaitu elemen matriks baris ke –i dan kolom ke-j. Nilai-nilai dalam MPI dapat diubah-ubah oleh individu yang bersangkutan sehingga diperoleh hasil yang memuaskan, namun apabila ada MPI yang tidak memenuhi persyaratan rasio inkonsistensi maka MPI tersebut tidak diikutsertakan dalam analisis. G A1 A2 A3 ... An A1 A2 A3 ... ... An a11 a21 a31 . . an1 a12 a22 a32 . . an2 a13 a23 a33 . . an3 ... ... ... . . .. a1n a2n a3n . . Ann Gambar 10. Matriks Pendapatan Individu MPI Sumber: Saaty, 1980 b. Matriks Pendapatan Gabungan MPG pada gambar 11, merupakan matriks baru yang elemennya G ij berasal dari rata-rata geometrik pendapatan yang rasio inkonsistensinya lebih kecil atau sama dengan 0,1 dan setiap elemen pada baris dan kolom yang sama dari MPI yang satu dengan yang lainnya tidak terjadi konflik. Syarat-syarat MPG yang bebas dari konflik adalah : 1 Pendapatan masing-masing individu pada baris dan kolom yang sama memiliki selisih kurang dari empat satuan antara nilai dari pendapat individu yang tertinggi dengan yang terendah. 2 Tidak terdapat angka kebalikan resiprokal pada baris dan kolom yang sama. G G1 G2 G3 ... Gn G1 G2 G3 ... Gn g11 g21 g31 ... Gn1 g12 g22 g32 ... gn2 g13 g23 g33 ... Gn3 ... ... ... ... ... g1n g2n g3n ... gnn Gambar 11. Matriks Pendapatan Gabungan MPG Sumber: Saaty, 1980 Rumus matematika yang digunakan untuk memperoleh rata-rata geometrik adalah : Gij = k a m m k ij ∏ = 1 Dimana: Gij = Elemen MPG baris ke-i kolom ke-j a ij k = Elemen baris ke-i kolom ke-j dari MPI ke-k k = Indeks MPI dari individu ke-k yang memenuhi syarat m = Jumlah MPI yang memenuhi persyaratan m m k ∏ = 1 = Perkalian elemen ke- k sampei ke- m

7. Mensintesis prioritas untuk melakukan pembobotan vektor-vektor

prioritas Menggunakan ko mposisi secara hirarki untuk membobotkan vektor-vektor prioritas itu dengan bobot kriteria-kriteria dan menjumlahkan semua nilai prioritas terbobot yang bersangkutan dengan nilai prioritas terbobot yang bersangkutan dengan nilai prioritas dari tingkat bawah berikutnya, dan seterusnya. Pengolahan kedua matriks di atas terdiri dari dua tahap, yaitu : a. Pengolahan horisontal bertujuan untuk melihat prioritas suatu elemen terhadap tingkat yang persis berada satu tingkat diatas elemen tersebut, yang terdiri dari tiga bagian, yaitu penentuan vektor prioritas Rasio Vektor Eigen, uji konsistensi, dan revisi MPI dan MPG yang memiliki rasio inkonsistensi tinggi. Tahapan perhitungan yang dilakukan pada pengolahan horisontal ini adalah : - Perkalian baris Z atau Vektor Eigen VE dengan rumus : Zi = n n k ij a ∏ = 1 i, j = 1, 2,...., n - Perhitungan Vektor Prioritas VP atau Rasio Vektor Eigen adalah: VPi = ∑ ∏ ∏ = = = n i n n k ij n n k ij a a 1 1 1 VP = VP i , untuk i = 1, 2, 3....., n - Perhitungan nilai Eigen Maks ? maks , dengan rumus : VA = a ij x VA dengan VA = Va i VB = i VP VA dengan VB = Vb i ? maks = n 1 ∑ = n i i vb 1 untuk i = 1, 2, 3,...,n - Perhitungan Indeks Inkonsistensi CI dengan rumus : CI = 1 − − n n maks λ - Perhitungan Rasio Inkonsistensi CR adalah : RI CI CR = RI = indeks acak random indeks yang dikeluarkan oleh Oak Ridge Laboratory Saaty, 1993 dari matriks berorde 1 sd 15 yang menggunakan sample berukuran 100 Tabel 5. Nilai rasio inkonsistensi CR yang lebih kecil atau sama dengan 10 persen merupakan nilai yang mempunyai tingkat konsistensi yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini dikarenakan CR merupakan tolak ukur bagi konsistensi atau tidaknya suatu hasil perbandingan berpasangan dalam suatu matriks pendapat . Tabel 5. Nilai Indeks Acak Orde n Indeks Acak RI Orde n Indeks Acak RI 1 0,00 8 1,41 2 0,00 9 1,45 3 0,58 10 1,49 4 0,90 11 1,51 5 1,12 12 1,48 6 1,24 12 1,56 7 1,32 14 1,57 Sumber : Saaty, 1993 b. Pengolahan Vertikal, yaitu menyusun prioritas pengaruh setiap elemen pada tingkat hirarki keputusan tertentu terhadap sasaran utama atau fokus. Apabila CV ij didefinisikan sebagai nilai prioritas pengaruh elemen ke-j pada tingkat ke-i terhadap sasaran utama, maka : 1 , − = ∑ i t CH CV ij ij x VWt i – 1 Untuk : i = 1, 2, 3,...,n j = 1, 2, 3,...,n t = 1, 2, 3,...,n Dimana : CH ij t,i-1 = nilai prioritas pengaruh elemen ke-i terhadap elemen ke-t pada tingkat diatasnya i-1, yang diperoleh dari hasil pengolahan horisontal. VWti-1 = nilai prioritas pengaruh elemen ke- t pada tingkat ke-i-1 terhadap sasaran utama, yang diperoleh dari hasil perhitungan horisontal. P = jumlah tingkat hirarki keputusan r = jumlah elemen yang ada pada tingkat ke-i s = jumlah elemen yang ada pada tingkat ke-i-1

8. Mengevaluasi konsistensi untuk seluruh hirarki

Langkah ini dilakukan dengan mengalikan setiap indeks konsistensi dengan prioritas-prioritas kriteria yang bersangkutan dan menjumlahkan hasil kalinya. Hasil ini dibagi dengan pernyataan sejenis yang menggunakan indeks konsistensi acak, yang sesuai dengan dimensi masing-masing matriks. Dengan cara yang sama, setiap indeks konsistensi acak juga dibobot berdasarkan prioritas kriteria yang bersangkutan dan hasilnya dijumlahkan. Jika rasio inkonsistensi memp unyai nilai lebih besar dari sepuluh persen, maka mutu informasi harus diperbaiki, antara lain dengan memperbaiki cara menggunakan pertanyaan ketika membuat perbandingan berpasangan atau melakukan pengisian ulang kuesioner. Pengolahan data dari langkah satu sampai enam dilakukan secara manual, sehingga diperoleh matriks pendapat gabungan MPG. Setelah MPG diperoleh dilanjutkan dengan langkah ketujuh dan delapan dengan menggunakan komputer expert choice 2000 secara horizontal. Dari hasil olahan komputer ini diperoleh rasio inkonsistensi. Jika rasio inkonsistensi lebih dari 10 persen, maka mutu informasi ditinjau kembali dan diperbaiki, antara lain dengan memperbaiki cara menggunakan menyampaikan pertanyaan ketika melakukan pengisian ulang kuisioner dengan lebih mengarahkan responden yang mengisi kuisioner. Jika rasio inkonsistensi kurang dari 10 persen, maka akan diperoleh prioritas kebijakan yang diutamakan. Pengolahan vertikal didapat setelah pengolahan horisontal. Prioritas inilah yang akan diajukan sebagai alternatif prioritas strategi pemasaran kepada pihak Taman Safari Indonesia.

4.5. Konsepsi dan Batasan Pengukuran

1. Taman Safari Indonesia TSI adalah merupakan perpaduan antara kebun binatang modern dan wisata alam. 2. Pengunjung adalah orang yang mendatangi atau mengunjungi Taman Safari Indonesia dengan tujuan menikmati fasilitas-fasilitas yang tersedia di Taman Safari Indonesia. 3. Responden dari pihak Taman Safari Indonesia adalah pelaku individu yang mempengeruhi kebijakan di Taman Safari Indonesia, menguasai atau mengetahui informasi yang dibutuhkan. 4. Responden dari pihak pengunjung adalah pengunjung Taman Safari Indonesia yang telah berusia 17 tahun atau lebih, telah berkunjung ke Taman Safari Indonesia lebih dari dua kali, telah menikmati dan menggunakan fasilitas serta sarana yang tersedia di Taman Safari Indonesia. 5. Demografi pengunjung meliputi jenis kelamin, usia, daerah tempat tinggal, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan pengeluaran rutin rata-rata per bulan. 6. Pengeluaran rutin rata-rata adalah biaya hidup yang harus dikeluarkan oleh suatu rumah tangga secara rutin setiap bulan, mencakup makanan dan minuman, transportasi, listrik, telepon, biaya pendidikan, air, internet dan majalah atau koran langganan, tetapi tidak termasuk barang mewah seperti cicilan rumah atau mobil. 7. Tujuan pemasaran pariwisata adalah menjual produk dalam hal ini jasa kepada konsumen pengunjung. 8. Bauran Pemasaran yang digunakan dalam penelitian adalah 4P yaitu; produk product, harga price, tempat place, promosi promotion, dan ditambah 3P yang khusus digunakan dalam bidang industri jasa yaitu; personelorang people, proses process, dan bukti fisik physical evidence 9. Proses Hirarki Analitik PHA adalah suatu metode pengambilan keputusan dengan merumuskan masalah kedalam suatu hirarki dan melakukan penilaian dengan cara membandingkan secara berpasangan kedalam suatu matriks pendapat individu. 10. Elemen merupakan bagian-bagian pembentuk hirarki dan merupakan unsur- unsur yang diperbandingkan secara berpasangan dalam bentuk matriks.

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.1. Gambaran Umum PT. Taman Safari Indonesia 5.1.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan Ide dan cita-cita mendirikan suatu taman satwa modern ini datang dari penyayang satwa liar yang tergabung dalam grup Oriental Circus Indonesia OCI. Kelompok ini dengan berbekal kecintaan dan pengetahuan tentang satwa, berusaha mencari tempat yang ideal untuk dijadikan Home Base pangkalan sirkusnya, maka terpilih tempat yang sekarang yaitu Desa Cibeureum. Sejalan dengan perkembangan serta situasi dan kondisi fauna yang ada, maka tercetuslah ide untuk mendirikan taman satwa terbuka dengan tujuan menangkarkan satwa- satwa yang ada di Indonesia maupun yang hidup diberbagai penjuru dunia. Untuk mendirikan suatu taman satwa yang berwawasan lingkungan yang berorientasi pada pelestarian lingkungan dan satwa, maka diundanglah perusahaan konsultan dari Jerman dan Amerika Serikat yang telah mempunyai reputasi dalam hal perkebunbinatangan dan pembuatan taman satwa liar. Pembangunan TSI Cisarua Bogor dimulai pada tahun 1981 dan selesai pada tahun 1985. Objek wisata nasional Taman Safari Indonesia yang merupakan perpaduan antara kebun binatang modern dan wisata alam, resmi dibuka untuk umum tahun 1986. Koleksi satwa yang dimiliki saat itu masih tergolong sedikit, hanya sekitar 100 species dari jumlah koleksi satwa sebanyak 400 ekor. Hingga saat ini jumlah koleksi satwa sebanyak 2.636 ekor dari 257 spesies, dimana 50 persennya adalah satwa kelahiran Taman Safari, selebihnya merupakan satwa titipan dari berbagai instansi terkait, seperti PHPA Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam,