Pendekatan Histogram Pendekatan Grafik Pembahasan

93 taileddiatas, nilai signifikan 5 artinya variabel residual berdistribusi normal Situmorang dan Muslich, 2012:100 Salah satu cara untuk melihat normalitas adalah dengan melihat grafik histrogram dan grafik normal plotyang membandingkan antara dua absorvasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal.

a. Pendekatan Histogram

Sumber hasil pengolahan SPSS 17.0, 2013 Gambar 4.1 Histogram Uji Normalitas Berdasarkan Gambar 4.1 dapat diketahui bahwa variabel berdistribusi normal, hal ini ditunjukkan oleh distribusi data yang berbentuk lonceng dan tidak melenceng ke kiri atau ke kanan

b. Pendekatan Grafik

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 17.0 2013 Gambar 4.2 Plot Uji Normalitas UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 94 Pada Gambar 4.2 menunjukkan bahwa pada scatter plotterlihat titik yang mengikuti data di sepanjang garis diagonal. Hal ini menunjukkan bahwa residual peneliti normal. Namun untuk lebih memastikan bahwa di sepanjang garis diagonal berdistribusi normal, maka dilakukan uji Kolmogorov-SmirnovK-S.

c. Pendekatan Kolmogorov-Smirnov

Tabel 4.8 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 80 Normal Parameters a,,b Mean .0000000 Std. Deviation .90672908 Most Extreme Differences Absolute .057 Positive .057 Negative -.045 Kolmogorov-Smirnov Z .512 Asymp. Sig. 2-tailed .956 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Pada Tabel 4.8 menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig. 2-tailed adalah 0.956 dan diatas nilai signifiksn 0,05 atau 5, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel residual berdistribusi normal.

4.3.3 Uji Heteroskedastisitas

Tujuan uji heteroskedastisitas adalah untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual antara satu pengamatan dengan pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang Homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Ada beberapa cara untuk mendekati ada atau tidaknya heteroskedastisitas yaitu : UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 95 1. Metode Grafik Dasar analisis adalah jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi Heteroskedastisitas, sedangkan jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

a. Metode Pendekatan grafik

Sumber hasil pengolahan SPSS 17.0 2013 Gambar 4.3 Scatterplot Heteroskedastisitas Berdasarkan gambar 4.3 dapat terlihat bahwa tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar diatas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka berdasarkan metode grafik tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi layak dipakai untuk memprediksi kinerja karyawan berdasarkan masukan variabel Komunikasi dan Motivasi Kerja. 2. Uji Glesjer Glejser mengusulkan untuk meregresi nilai absolut residual terhadap variabel independen. Jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 96 Tabel 4.9 Hasil Uji Glejser heteroskedastisitas Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant .635 .722 .879 .382 Komunikasi .010 .034 .082 .297 .768 Motivasi -.010 .039 -.071 -.257 .798 a. Dependent Variable: absut Sumber : Hasil Pengolahaan SPSS 17.0 2013 Pada Tabel 4.9 terlihat variabel independen Komunikasi dan Motivasi Kerja yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen absolute Ut absUt. Hal ini terlihat dari probabilitas X 1 0.768dan X 2

4.3.4 Uji Multikolinearitas

0.798 diatas tingkat kepercayaan 5 0.05, jadi disimpulkan model regresi tidak mengarah adanya heteroskedastisitas Uji Multikolinearitas bertujuan untuk mendeteksi ada atau tidaknnya gejala multikolinearitas pada data dapat dilakukan dengan melihat nilai tolerance value dan Varians Inflation factor VIF. Dengan kriteria sebagai berikut : 1. Apabila VIF 5 maka diduga mempunyai persoalan Multikolinearitas. 2. Apabila VIF dari 5 maka tidak terdapat Multikolinearitas. 3. Apabila tolerance 0,1 maka diduga mempunyai persoalan heteroskedastisitas. 4. Apabila tolerance 0,1 maka tidak terdapat multikolinearitas. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 97 Tabel 4.10 Uji Nilai Tolerance dan VIF Sumber : Hasil Pengelolaan SPSS 17.0, 2013 Pada Tabel 4.10 terlihat bahwa nilai tolerance semua variabel bebas adalah lebih besar dari nilai ketetapan 0,1 dan nilai VIF semua variabel bebas adalah lebih kecil dari nilai ketetapan 5. Oleh karna itu, data dalam penelitian ini dikatakan tidak mengalami masalah multikolinearitas. 4.4 Pengujian Hipotesis 4.4.1 Uji Signifikansi Simultan Uji F Pengujian ini dilakukan untuk melihat secara bersama-sama pengaruh atau hubungan positif dan signifikan variabel bebas X 1, X 2 Model hipotesis yang digunakan dalam Uji F ini adalah sebagai berikut : berupa Komunikasi dan Motivasi Kerja terhadap variabel terikat Y berupa Kinerja Karyawan pada PT. Perkebunan Nusantara III Persero Medan. H : b 1 = b 2 = 0, Artinya secara serentak Komunikasi dan Motivasi Kerja berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Kinerja Karyawan. Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 Constant 1.626 1.172 1.388 .169 komunikasi .036 .055 .097 2.649 .041 .268 3.946 Motivasi .324 .064 .754 5.058 .000 .268 3.946 a. Dependent Variable: kinerja UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 98 H : b 1 ≠ b 2 H ≠ 0, Artinya secara serentak Komunikasi dan Motivasi Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja karyawan. Kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut : diterima jika F hitung F Tabel H pada α = 5 ditolak jika F hitung F tabel Untuk menentukan nilai F, maka diperlukan adanya derajat bebas pembilang dan derajat bebeas penyebut, dengan rumus sebagai berikut : pada α = 5 df Pembilang = k-1 df Penyebut = n-k keterangan : n = Jumlah sampel penelitian k = Jumlah variabel bebas dan terikat pada penelitian ini diketahui jumlah sampel n 80 dan jumlah keseluruhan variabel k adalah 3, sehingga diperoleh : 1. df pembilang = 3-1 = 2 2. df penyebut = 80-3 = 77 Maka F tabel Tabel 4.11 0,05 2.77 = 3,11 Hasil Uji F Signifikansi Simultan UJI-F ANOVA b Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 160.437 2 80.219 95.101 .000 a Residual 64.950 77 .844 Total 225.387 79 a. Predictors: Constant, motivasi, komunikasi b. Dependent Variable: kinerja Sumber : Hasil Pengelolaan SPSS 17.0 2013 Berdasarkan Tabel 4.11 dapat dilihat hasil Uji F secara simultan, dan diperoleh nilai F hitung = 95.101 dengan tingkat signifikansi 0,000. Sedangkan nilai UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 99 F tabel = 3,11. Nilai F hitung F tabel 95.101 3,11 dan tingkat signifikansi 0.000 0,05, dengan hipotesis H ditolak dan H a diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel bebas yaitu Komunikasi X 1 dan Motivasi Kerja X 2

4.4.2 Uji Signifikansi Parsial Uji-t

secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel Kinerja Karyawan PT. Perkebunan Nusantara III Persero Medan Y. Uji-t dilakukan untuk menguji secara parsial apakah Komunikasi X 1 Motivasi Kerja X 2 Kriteria Pengujian adalah: secara parsial atau masing-masing berpengaruh signifikan terhadapKinerja Karyawan PT. Perkebunan Nusantara III Persero Medan Y. 1. H : b 1 , b 2 2. H = 0, Artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabelindependen terhadap variabel dependen : b 1 , b 2 Kriteria pengambilan keputusan adalah: ≠ 0, Artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen. 1. H diterima jika t htitung t tabel 2. H pada α= 5 ditolak jika t hitung t tabel Besar nilai t pada α= 5 tabel Maka t diperoleh dengan derajat bebas df= n-k= 80-3= 77 tabel Hasil uji t dapat dilihat pada Tabel 4.12 sebagai berikut ini : = 0,05 77 = 1.991 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 100 Tabel 4.12 Uji Signifikansi Parsial Uji t Sumber : Hasil Pengelolaan SPSS 17.0, 2013 Berdasarkan Tabel 4.12 dapat diketahui bahwa : 1. Variabel Komunikasi adalah 2.649 dengan tingkat signifikansi 0.41 dan nilai t tabel pada alpha 5 dan df1 = 77 adalah 1,991. variabel komunikasi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan PT. Perkebunan Nusantara III Persero Medan Hal ini terlihat dari nilai signifikansi 0.041 0.05. nilai t hitung 2.649 t tabel 2. Variabel Motivasi Kerja adalah 5.058 dengan tingkat signifikansi 0.000 dan nilai t 1,991 tabel pada alpha 5 dan df1 = 77 adalah 1,991. variabel Motivasi kerja berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Kinerja PT. Perkebunan Nusantara III Persero, hal ini terlihat dari nilai signifikansi 0.000 0.05. nilai t hitung 5.058 t tabel

4.4.3 Pengujian Koefisien Determinasi R

1.991. 2 Pengujian Koefisien determinan digunakan untuk mengukur seberapa besar kontribusi variabel bebas Komunikasi dan Motivasi Kerja terhadap Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 1.626 1.172 1.388 .169 komunikasi .036 .055 .097 2.649 .041 Motivasi .324 .064 .754 5.058 .000 a. Dependent Variable: kinerja UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 101 variabel terikat Kinerja Karyawan. Koefisien determinasi berkisar antara nol sampai satu 0 ≤ R 2 Jika R ≥ 1. 2 semakin besar atau mendekati satu, maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas X 1 yaitu Komunikasi, X 2 Hasil pengujian koefisien determinasi menggunakan SPSS Statistic 17.0 for windo ws dapat dilihat pada Tabel 4.14 dibawah ini: yaitu Motivasi Kerja adalah besar terhadap variabel terikat Y yaitu Kinerja Karyawan. Hal ini berarti model yang digunakan semakin kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dan demikian sebaliknya. Tabel 4.14 Hasil Pengujian Koefisien Determinasi Model Summary Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .844 a .712 .704 .91843 a. Predictors: Constant, motivasi, komunikasi Sumber : Hasil Pengelolaan SPSS 17.0, 2013 1. Nilai R sebesar 0.844 sama dengan 84,4 berarti hubungan antara variabel Komunikasi X 1 dan Motivasi Kerja X 2 2. Nilai Adjusted R Square0.704 berarti 70.4 kinerja karyawan dapat di jelaskan oleh Variabel Komunikasi dan Variabel Motivasi Kerja. Sedangkan sisanya 29.6 dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang diteliti dalam penelitian ini seperti gaya kepemimpinan, disiplin kerja, dan lain sebagainya. terhadap variabel Kinerja Karyawan Y sebesar 84,4 artinya hubungannya erat. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 102 3. Standard Error of the Estimate artinya mengukur variasi dari nilai yang diprediksi. Nilai Standard Error of the Estimate0.91843

4.5 Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi dan motivasi kerja secara serempak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan PT. Perkebunan Nusantara III Persero Medan. Hal ini menunjukan bahwa suatu organisasi tidak dapat eksis tanpa adanya komunikasi. Setiap orang yang berkecimpung didalam organisasi tidak dapat terlepas dari kegiatan komunikasi. “Komunikasi organisasi adalah suatu proses komunikasi yang menggunakan media yaitu bahasa atau simbol-simbol yang biasa digunakan untuk mentransfer pesan-pesan dari pemberi pesan ke penerima pesan melalui proses komunikasi agar diperoleh suatu hasil yang sangat berarti bagi suatu organisasi.”Purwanto, 2003:20. Komunikasi penting bagi organisasi karena komunikasi merupakan alat utama bagi anggota organisasi untuk dapat bekerja sama dalam melakukan aktifitas manajemen demi mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Komunikasi bagi manusia tidak dapat dipungkiri, begitu juga halnya bagi suatu organisasi atau perusahaan. Sehingga keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya tidak terlepas dari bagaimana karyawan dapat berkomunikasi dengan baik. Secara umum, komunikasi mempunyai dua fungsi penting dalam organisasi yakni memungkinkan orang-orang untuk saling bertukar informasi, dan membantu menghubungkan sekelompok anggota dalam organisasi. Oleh karena itu, berhasil tidaknya pencapaian tujuan organisasi sangat ditentukan oleh adanya komunikasi UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 103 yang efektif antara setiap bagian dalam organisasi tersebut. Tapi sebaliknya, kurangnya atau tidak adanya komunikasi akan menghambat kinerja organisasi. Di dalam suatu perusahaan, atasan dan bawahan penting untuk menjalin hubungan emosional yang dapat dilakukan dengan memperkuat komunikasi dan pemberian motivasi. Hal ini sangat penting mengingat melalui komunikasi dari pimpinan kepada karyawan di harapkan dapat memperoleh pengetahuan, pengertian-pengertian dan kebijakan-kebijakan pimpinan yang berkaitan erat dengan pencapaian program, serta mampu melaksanakannya, lebih jauh lagi dapat untuk menjaga konsistensi dan kontiniutas pelaksanaan dan pencapaian tujuan perusahaan. Berdasarkan Uji t, komunikasi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Pada variabel komunikasi responden merasa komunikasi yang diarahkan dengan jelas dan intensif oleh perusahaan kepada karyawan dapat memicu semangat karyawan dalam bekerja sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing karyawan. Sehingga hal yang dapat dilakukan untuk lebih meningkatkan komunikasi kepada karyawan yaitu dengan mengarahkan dengan intensif mengenai tata cara dan kegiatan yang harus mereka jalani agar diharapkan nantinya komunikasi yang tertanam dengan baik dapat mendorong karyawan untuk meningkatkatkan dan mengembangkan kemampuan karyawan dalam memanfaatkan teknologi dan ilmu pengetahuan yang relevan dalam bekerja, menciptakan keterbukaan dalam proses pekerjaan serta perubahan sikap yang lebih mengahargai antar individu maupun satuan UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 104 kerja dengan saling menghormati kepentingan bersama dan etika yang lebih baik untuk mencapai tujuan organisasi. Selain berkaitan erat kemampuan komunikasi pimpinan perusahaan juga tak kalah pentingnya ialah kemampuan memotivasi karyawan agar dengan kecakapan ability yang mereka miliki untuk terus bekerja dengan semangat yang tinggi sehingga mampu mengoptimalkan pencapaian tujuan perusahaan. Dengan terciptanya komunikasi dan motivasi dari pimpinan perusahaan kepada karyawan, tentu saja akan memberikan dampak yang positif terhadap kinerja karyawan dalam menjalankan tugas mereka sehari-hari. Robin dan Judge 2008:222, mendefenisikan motivasi sebagai suatu proses yang menjelaskan intensitas, arah dan ketekunan seseorang individu untuk mencapai tujuannya. Dari defenisi tersebut dapat dipelajari bahwa motivasi menjadi bagian yang sangat penting yang mendasari seseorang dalam melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu yang diinginkan. Motivasi juga berkaitan dengan bagaimana sistem komunikasi yang ada di sebuah perusahaan, dalam komunikasi tidak jarang terselip bagian untuk memotivasi seorang karyawan agar lebih maksimal dalam meningkatkan kinerjanya dalam menjalankan bisnis perusahaan Berdasarkan Tabel, Motivasi Kerja memiliki pengaruh positif dan signifikan yang paling dominan terhadap kinerja karyawan. Dimana jika variabel motivasi kerja ditingkatkan maka kinerja karyawan akan meningkat. Motivasi yang memuaskan karyawan akan mendorong para karyawan untuk bekerja dengan baik dan jika motivasi yang diberikan cukup mendukung karyawan dalam bekerja, UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 105 maka hasil kinerja karyawan yang dihasilkan juga baik. Hal ini yang dapat dilakukan agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Berdasarkan penelitian yang dilakukan mengenai motivasi kerja baik fisik maupun non-fisik, agar mendukung karyawan dan meminimumkan tingkat kesalahan dalam bekerja sehingga kinerja karyawan otomatis akan meningkat. Berdasarkan koefisien determinasi R 2 hubungan antara variabel komunikasi X 1 motivasi kerja X 2 Sedangkan f terhadap variabel kinerja karyawan Y memiliki hubungan yang erat. Nilai Adjusted R Square0.704 berarti 70.4 kinerja karyawan dapat di jelaskan oleh variabel bebas komunikasi dan variabel motivasi kerja. Sedangkan sisanya 29.6 dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang diteliti dalam penelitian ini seperti gaya kepemimpinan, disiplin kerja, dan lain sebagainya. hitumg adalah sebesar 95.101 f tabel Berdasarkan data jawaban responden terhadap variabel komunikasi diketahui jawaban dominan setuju terdapat pada pernyataan kedua Pimpinan menjelaskan prosedur untuk setiap pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahannya berdasarkan data tersebut karyawan telah mampu untuk melaksanakan standar kerja yang telah ditentukan perusahaan. Hal ini tentu didorong oleh perusahaan yang telah mampu mengarahkan karyawan secara intensif mengenai tata cara dan kegiatan yang telah ditentukan perusahaan. Perusahaan harus mempertahankan pengarahan dan pengawasan yang lebih 3.11 hal ini menunjukkan bahwa variabel komunikasi dan motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 106 intensif lagi agar karyawan dapat lebih mampu melaksanakan pekerjaan sesuai dengan standar pekerjaan untuk pencapaian kinerja yang maksimal. Berdasarkan data responden terhadap variabel Motivasi kerja jawaban dominan setuju terdapat pada pernyataan pertama Kondisi lingkungan kerja diperusahaan mampu memberikan rasa nyaman bagi karyawan. berdasarkan data tersebut perusahaan harus melakukan pengawasan terhadap motivasi kerja karyawan terutama dalam hal kenyamanan di dalam ruang kerja karyawan. Kesadaran perusahaan akan pentingnya kenyamanan karyawan dalam melakukan pekerjaan dapat meminimumkan tingkat kesalahan dalam bekerja sehingga kinerja karyawan otomatis akan meningkat. Berdasarkan distribusi jawaban responden terhadap variabel kinerja diketahui jawaban yang dominan setuju adalah pernyataan pertama Kinerja saya sesuai dengan target pencapaian perusahaan berdasarkan jawaban responden tersebut karyawan telah merasakan kecocokan dengan deskripsi pekerjaan yang diberikan atasan sehingga kinerja yang diberikan karyawan sesuai standar yang telah ditentukan atasan. Atasan harus terus melakukan pengawasan dan selalu memberikan perhatian serta terbuka kapanpun setiap karyawan memerlukan bantuan dalam pekerjaan karena hal ini dapat membuat karyawan mampu merasakan arahan dari atasan dalam setiap pekerjaan yang diberikan agar kinerja karyawan tercapai secara optimal. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 107 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan