Indikator untuk Mengukur Social Capital

antara individu-individu, rumah tangga, dan komunitas. Pada tingkat komunitas maupun perkumpulan lokal dapat diwujudkan dari social capital, tetapi harus ditekankan bahwa social capital dan perkumpulan lokal tidak sama. Social capital berada di luar konteks perkumpulan lokal baik formal maupun informal Grootaert, 1999. Social capital membutuhkan investasi seperti aset ekonomi yang lainnya. Social capital memiliki nilai ekonomi, nilai tersebut dapat menurun terutama jika tidak terus menerus dipertahankan. Social capital juga dapat ditransfer dari satu organisasi ke organisasi lain melalui merger dan ditransfer dari karyawan dengan hubungan bisnisnya Wilson, 2000. Social Capital tidak terlepas dengan manusia yang saling berhubungan sebagai pelaku social capital. Individu social capital adalah orang yang memiliki karakteristik sosial, termasuk kemampuan sosial, kharisma, serta dapat membuatnya mencapai pengembalian pasar dan non pasar dari interaksi dengan yang lain Glaeser, Laibson, dan Sacerdote, 2002. Social capital memiliki beberapa ide utama, yaitu social capital menumbuhkan eksternalitas positif untuk anggota atau grup, eksternalitas positif ini diterima melalui berbagai kepercayaan, aturan-aturan, dan nilai serta konsekuensi yang diakibatkan oleh harapan dan tingkah laku Durlauf, Steven, dan Fafchamps, 2004.

2.5.2.2. Indikator untuk Mengukur Social Capital

Putnam 1995 telah mencoba untuk mengukur social capital dengan hitungan kelompok dalam masyarakat sipil, menggunakan suatu nomor, jumlah n untuk mengetahui ukuran keanggotaan dalam sports club, liga bowling, masyarakat berkaitan kesusasteraan, politic clubs, dan semacamnya. Ukuran yang pertama untuk total social capital dalam suatu masyarakat adalah penjumlahan dari keanggotaan semua kelompok. SC = n 1,t. 1 Persatuan grup menghasilkan negatif eksternalitas yang dapat dianggap sebagai radius ketidakpercayaan atau r n . Jika semakin besar nilai r n , maka semakin besar pertanggungjawaban grup yang mewakili lingkungan masyarakat. Oleh karena itu ukuran untuk grup social capital tunggal r p. cn harus digandakan dengan timbal balik dari r n. Ukuran yang terakhir berkembang menjadi seperti dibawah ini Fukuyama, 1999. SC = r p. cn 1.t 2 Grootaert 1999, mengukur social capital dengan enam indikator, yaitu: 1. Jumlah anggota dalam komunitas. 2. Heterogenitas internal dari perkumpulan umur, jenis kelamin, pendidikan, agama dan sebagainya. 3. Kehadiran dalam pertemuan. 4. Keaktifan dalam membuat keputusan. 5. Pembayaran hak dari institusi atau negara kepada masyarakat. 6. Tujuan komunitas. Social capital dapat diukur dengan berbagai indikator. Putnam 2000 menggunakan suatu indikator gabungan yang berisi ukuran, yaitu intensitas keterlibatan di dalam masyarakat dan hidup organisasi, perikatan publik voting, sukarelawan yang bersosialisasi secara informal mengunjungi para teman, dan kepercayaan tingkat interpersonal. Menurut Karlan 2001 untuk mengetahui pengaruh social capital terhadap tingkat repayment dan tingkat saving dapat menggunakan beberapa indikator, yaitu heterogenitas budaya, penyebaran geografi, dan strategi identifikasi. Rupasingha, Stephan, Goetz, dan Freshwater 2002 melihat pengaruh social capital terhadap pertumbuhan ekonomi. Mereka mengukur social capital melalui indikator kepadatan anggota organisasi, rata-rata tingkat kejahatan, pemberian amal sosial, dan partisipasi dalam memberikan suara. Bastelaer dan Leathers 2006 menggunakan beberapa indikator social capital , yaitu ukuran kelompok, umur grup, dan kestabilan anggotanya, geografi jarak, sistem tanggung renteng, tipe hukuman yang diterapkan, pelatihan dalam kelompok, dan jaringan interpersonal untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi repayment rate yang baik terhadap peminjaman benih di Zambia Selatan.

2.5.2.3. Fungsi Social Capital

Dokumen yang terkait

Identifikasi Risiko Operasional Bidang Pembiayaan pada Lembaga Keuangan Mikro (Studi Kasus KBMT Wihdatul Ummah)

0 19 101

Analisis efektivitas kredit Ukm (Studi kasus Ukm Nasabah Kbmt Binaul Ummah Kelurahan Pamoyanan, Bogor Selatan)

0 29 96

Analisis Persepsi Petani terhadap Lembaga Keuangan Syariah (Studi Kasus Di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor)

9 49 131

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Pembiyaaan Syariah untuk UMKM Agribisnis pada KBMT Wihdatul Ummah Kota Bogor

5 48 102

Kajian terhadap Manajemen Risiko Pembiayaan pada Lembaga Keuangan Mikro Syariah, KBMT Wihdatul Ummah

2 50 260

Analisis Dampak Pembiayaan Syariah Terhadap Perkembangan Omset Usaha Mikro Sektor Perdagangan (Studi Kasus KBMT Wihdatul Ummah Kota Bogor)

2 15 53

ANALISIS PERANAN PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO AGRIBISNIS (LKM-A) BERBASIS SYARIAH TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN ANGGOTA (Studi Kasus : Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis Prima Tani Kecamatan Baso).

0 1 27

PEMAHAMAN NASABAH TERHADAP KONTRAK SYARIAH PADA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH DI KOTA DAN KABUPATEN BOGOR

0 0 15

MODEL PENDEKATAN MODAL SOSIAL KELOMPOK PEMINJAM UNTUK OPTIMALISASI REPAYMENT RATE PADA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO-SWADAYA MASYARAKAT (SOCIAL CAPITAL APPROACHING MODEL OF THE LENDING GROUP FOR REPAYMENT RATE OPTIMIZATION ON COMMUNITY’S MICROFINANCE INSTIT

0 0 7

ANALISIS PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN (STUDI KASUS LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH) - Test Repository

0 1 141