Kajian tentang Karakteristik Siswa Kelas V SD

17 b. Masa realisme naif: 8-10 tahun. Semua yang diamati diterima begitu saja tanpa ada kecaman atau kritik. Masa ini disebut juga “masa mengumpulkan ilmu pengetahuan”. c. Masa realisme kritis: 10-12 tahun. Anak mulai berpikir kritis, ia mulai mencapai tingkat berpikir abstrak. d. Masa subjektif: 12-14 tahun. Anak berrpaling kepada dunianya sendiri perhatiannya ditujukan kepada dirinya sendiri. Hidupnya mulai gelisah, ragu-ragu, tambah rasa malu, hidup perasaannya tidak harmonis Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh, 2005: 115. Sifat anak SD pada kelas tinggi usia 9-12 tahun menurut Kardi dalam Wasty 2006 : 57 adalah sebagai berikut. a. Sifat fisik Anak usia ini senang dan sudah dapat mempergunakan alat-alat dan benda-benda kecil. Hal ini terjadi karena mereka telah menguasai benar koordinasi otot-otot halus. b. Sifat sosial Pada usia ini anak mulai dipengaruhi oleh tingkah laku kelompok, bahkan norma-norma yang dipakai di kelompok dapat menggantikan norma yang sebelumnya diperoleh dari guru atau orang tua, mulai terjadi persaingan antara kelompok laki-laki dan perempuan dan mempunyai idola. c. Sifat emosional Mulai timbul pertentangan antara norma kelompok dan orang dewasa. Dengan begitu, guru harus melibatkan siswa dalam pembelajaran. 18 d. Sifat mental Mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, lebih kritis, percaya diri tinggi, ingin lebih bebas. Namun dalam pembelajaran guru tetap memberikan arahan dan perlu menghargai pengetahuan matematis siswa. Masa anak sekolah perkembangan pengamatan merupakan peralihan dari keseluruhan menuju kepada bagian-bagiannya, menerima tanpa kritik menuju ke arah pengertian, dari alam khayal menuju ke alam kenyataan. Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh 2005: 117 mengemukakan bahwa mengungkapkan pikiran anak usia SD ini berkembang secara berangsur- angsur dan tenang. Ingatan anak 8-12 tahun intensitas paling besar dan kuat. Daya menghapal dan daya memorisasi dengan sengaja memasukkan dan melekatkan pengetahuan dalam ingatan adalah paling kuat. Anak pun mampu memuat jumlah materi ingatan paling banyak. Dalam penelitian ini, fokus masalah ditujukan untuk anak pada kelas V SD. Berdasarkan pendapat beberapa tokoh di atas, karakteristik siswa kelas V SD adalah sebagai berikut. a. Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret b. Amat realistik, ingin mengetahui, ingin belajar. c. Anak mulai belajar menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha untuk menyelesaikannya. d. Anak-anak pada usia ini gemar membentuk kelompok sebaya biasanya untuk dapat bermain bersama-sama. 19 e. Anak mulai menganalisis pengamatannya sehingga ia mengenal sifat- sifat benda, manusia dan hewan. f. Anak mulai berpikir kritis, ia mulai mencapai tingkat berpikir abstrak. g. Ingatan anak 8-12 tahun intensitas paling besar dan kuat. h. Anak usia ini senang dan sudah dapat mempergunakan alat-alat dan benda-benda kecil. i. Mulai timbul pertentangan antara norma kelompok dan orang dewasa. Dengan begitu, guru harus melibatkan siswa dalam pembelajaran. j. Mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, lebih kritis, percaya diri tinggi, ingin lebih bebas. Berdasarkan beberapa karakter yang disebutkan di atas, maka pembelajaran yang diperlukan bagi siswa SD khususnya kelas V yaitu pembelajaran yang memicu rasa ingin tahu, mulai mengamati lingkungan sekitar dan berdiskusi dengan temannya. Kemauan untuk mengamati lingkungan pun sudah muncul dan tahap berpikir mereka sudah mulai abstrak sehingga sudah dapat diajak untuk berpikir kritis. Di dalam pembelajaran guru tetap memberikan arahan dan perlu menghargai pengetahuan siswa.

C. Kajian tentang Sikap ilmiah

1. Pengertian Sikap ilmiah

Pada saat pembelajaran di kelas, sikap ilmiah dan pembelajaran IPA berkaitan erat. Hal ini sesuai dengan salah satu dari tujuan pembelajaran IPA yaitu mengembangkan sikap ilmiah. Sikap ilmiah dalam pembelajaran 20 sains sering dikaitkan dengan sikap terhadap sains. Perlu ada penegasan bahwa sikap ilmiah scientific attitude dibedakan dengan sikap terhadap sains attitude towards science. Sikap ilmiah dibedakan dari sikap terhadap sains karena sikap terhadap sains hanya terfokus pada apakah siswa suka atau tidak suka terhadap pembelajaran sains Patta Bundu, 2006:139. Sedangkan sikap ilmiah adalah aspek tingkah laku yang tidak dapat diajarkan melalui satuan pembelajaran tertentu, tetapi merupakan tingkah laku yang ditangkap melalui contoh-contoh positif yang harus terus didukung, dipupuk dan dikembangkan sehingga dapat dimiliki oleh siswa Patta Bundu, 2006:42. Sikap ilmiah menurut Patta Bundu 2006: 13 adalah sikap yang dimiliki para ilmuwan dalam mencari dan mengembangkan pengetahuan baru, misalnya objektif terhadap fakta, hati-hati, bertanggung jawab, berhati terbuka, selalu ingin meneliti dan sebagainya. Begitu juga dengan pendapat Djumhur Winatasasmita, dkk 1993: 24 sikap ilmiah merupakan landasan sikap-sikap tertentu yang dilakukan para ahli ilmuwan scientist dalam bekerja melalui metode ilmiah. Seseorang harus dapat mengidentifikasi masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis data, serta menarik kesimpulan. Ruch dalam Patta Bundu 2006: 137 menyatakan bahwa sikap mengandung tiga dimensi yang saling berkaitan yaitu kepercayaan kognitif seseorang, perasaan afektif dan evaluatif dan perilaku seseorang terhadap 21 objek sikap. Hal ini senada dengan pendapat Cassio dan Gibson Patta Bundu, 2006: 138 yang mengemukakan bahwa sikap berkembang dari interaksi antarindividu dengan lingkungan masa lalu dan masa kini. Melalui proses kognisi dari integrasi dan konsistensi sikap dibentuk menjadi komponen kognisi, amosi dan kecenderungan bertindak. Setelah sikap terbentuk akan mempengaruhi perubahan lingkungan yang ada dan perubahan-perubahan yang terjadi akan menuntun pada perubahan sikap yang dimiliki. Sikap akan terbentuk setelah didahului oleh berkembangnya nilai-nilai pada dirinya. Patta Bundu 2006: 19 mengemukakan bahwa penguasaan sikap ilmiah merujuk pada sejauh mana siswa mengalami perubahan dalam sikap dan sistem nilai dalam proses keilmuwan. Sikap ilmiah penting dimiliki pada semua tingkatan pendidikan. Hal ini dikarenakan dengan adanya sikap ilmiah, pembiasaan untuk sikap selalu ingin tahu, menghargai kenyataan, refleksi kritis dan hati-hati, tekun, ulet, tabah, kreatif untuk penemuan baru, terbuka, peka terhadap lingkungan dan bekerja sama dengan orang lain menjadi lebih sering. Adanya penanaman sikap ilmiah pada diri siswa maka akan meningkatkan kesadaran siswa untuk menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur. Jadi, sikap ilmiah yang dirujuk dalam penelitian ini berkaitan dengan sikap siswa dalam menanggapi suatu pengetahuan baru melalui beberapa metode ilmiah, misalnya mengidentifikasi masalah yang bersumber dari sikap ingin tahu. 22

2. Sikap Ilmiah Anak SD

Sikap ilmiah adalah aspek tingkah laku yang tidak dapat diajarkan melalui satuan pembelajaran tertentu, tetapi merupakan tingkah laku behavior yang “ditangkap” melalui contoh-contoh positif yang harus terus didukung, dipupuk, dan dikembangkan sehingga dapat dimiliki oleh siswa. Dengan demikian, jika sikap ilmiah tidak dikembangkan maka siswa tidak ada pembiasaan bagaimana dalam bersikap terutama bersikap ilmiah yang baik, sehingga mereka pun tidak menyadari pentingnya memiliki pribadi yang berbudi pekerti luhur Patta Bundu, 2006: 42. Harlen dalam Patta Bundu 2006: 45 berpendapat bahwa sebagai guru ada beberapa peranan penting agar dapat membantu siswa mengembangkan sikap ilmiah, di antaranya yaitu sebagai berikut. a. Memperlihatkan contoh sikap ilmiah b. Memberi penguatan positif pada sikap ilmiah c. Menyediakan kesempatan pengembangan sikap ilmiah. d. Mendiskusikan tingkah laku-sikap ilmiah. Patta Bundu 2006: 39 berpendapat bahwa paling tidak ada empat jenis sikap yang relevan dengan siswa sekolah dasar di antaranya adalah sebagai berikut. a. Sikap terhadap pekerjaan di sekolah. b. Sikap terhadap diri mereka sebagai siswa. c. Sikap terhadap ilmu pengetahuan. d. Sikap terhadap objek dan kejadian di lingkungan sekitar.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Larutan Elektrolit Dan Nonelektrolit

0 5 11

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DAN MOTIVASI TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA DI KELAS V SD SWASTA MUHAMMADIYAH 01 PEMATANGSIANTAR.

0 3 25

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP, SIKAP ILMIAH DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA PADA MATERI SISTEM RESPIRASI DI SMA NEGERI 1 AIRBATU.

1 2 27

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PADA PEMBELAJARAN IPA SD MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH.

0 1 36

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWA KELAS V SD Peningkatan Motivasi Belajar IPA Melalui Penerapan Model Pembelajaran Jigsaw Pada Siswa Kelas V SD Negeri Purworejo Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati Tahu

0 2 16

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWA KELAS V SD Peningkatan Motivasi Belajar IPA Melalui Penerapan Model Pembelajaran Jigsaw Pada Siswa Kelas V SD Negeri Purworejo Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati Tahu

0 0 15

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY TERHADAP SIKAP ILMIAH SISWA KELAS V PADA MATA PELAJARAN IPA DI SDN TRIWIDADI.

0 1 293

PENGARUH MODEL PBL TERHADAP KEMAMPUAN KERJA ILMIAH SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA DI SD

0 0 11

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH PADA PEMBELAJARAN IPA (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas V SD Negeri Mangkubumen Kidul No. 16 Surakarta Tahun Ajaran 20162017)

0 0 18

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SEMESTER I SD NEGERI 1 KEBANGGAN TAHUN AJARAN 20112012

0 0 18