Perbaikan Rancangan Produk Spring Bed dengan Menggunakan Metode Quality Function Deployment dan Axiomatic Design

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Sinulingga, Sukaria. 2012. Metode Penelitian, Cet II; Medan: USU Press.

Nagamachi, Mitsuo. 2011. Kansei Affective Engineering, Jepang: New York CRC Press.

Singgih, Santoso. 2010. Statistik Multivariat Konsep dan Aplikasi dengan SPSS, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Mital, Anil, et all. 2008. Product Development A structured Approach to

Consumer Product Development, Design and Manufacture. Cet. USA :

Elsevier.

Ashida, Kaneyoshi. 2007. Polyurethane and Related Foams, Chemistry and

Technology, USA: Taylor & Francis.

Kahn, Kenneth B. 2006. New Product Forecasting, an Applied Approach, New York: M.E. Sharpe

El Haik, Basem Said with a foreward Nam P. Suh, 2005. Axiomatic Quality, Kanada: John Wiley & Sons Inc.

Haex, Bart. 2005. Back and Bed, Ergonomics Aspects of Sleeping. USA: Taylor & Francis.

Simamora, Bilson. 2005. Analisis Multivariat Pemasaran, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Muslich, Mohammad. 2004. Kelas Keawetan 200 Jenis Kayu Indonesia Terhadap


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Cohen, Lou. 1995. Quality Function Deployment: How to Make QFd Work for

You. USA: Addison-Wesley Publishing Company.

Day, Ronald G. 1993. Quality Function Deployment, Linking a Company with Its

Customer, USA: ASQC Quality Press.

Mujalda, Sukhlal. dkk. 2015. An Application of Quality Function Deployment for

Modular Kitchen, International Journal of Innovative Research in Science,

Engineering, and Technology. Diakses pada : September 2015.

Steinberg, Falk. dkk. 2015. The Improvement Of Kansei Engineering By Using

The Repertory Grid Technique, Management and Production Engineering

Review. Diakses pada : September 2015.

Tarenskeen, D. dkk. 2015. Applying the V Model and Axiomatic Design in the

Domain of IT Architecture Practice, 9th International Conference on Axiomatic Design. Diakses pada : September 2015.

Campatelli, Gianni. 2011. Torelance Synthesis Using Axiomatic Design, Italia: University of Firenze. Diakses pada : September 2015.


(3)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Proses Perancangan Produk5

Perancangan adalah tindakan mewujudkan sebuah gagasan atau konsep menjadi informasi nyata. Perancangan berbeda dengan membuat atau membangun. Perancangan menciptakan suatu konsep sebelum proses konversi menjadi bentuk fisik atau dapat diwujudkan, konsep tersebut dapat disebut sebagai proses perancangan. Menurut Caldecote (1989), desain adalah proses mengubah ide menjadi informasi bagaimana produk dapat dibuat.

Perancangan berdasarkan perspektif perekayasa merupakan penerapan konsep keilmuan, matematika, dan kreativitas yang diimaginasikan kedalam strukutur, mesin dan sistem yang menampilkan fungsi perspektif rekayasa. Dalam sebuah proses perancangan produk konsumen selain bentuk dan fungsi produk, ilmu rekayasa dan perancangan industri sangat penting dalam pengembangan produk tersebut. Produk konsumen bergantung pada engineer dan industrial

designer, dimana engineer berfungsi sebagai penentu fungsi produk dan industrial designer berfungsi untuk menambahkan nilai estetika dalam perancangan tersebut.

6Perancangan adalah penerapan prinsip-prinsip teknis dan ilmiah untuk

mengatur komponen sebuah perangkat. Bila perangkat disesuaikan dan diwujudkan untuk mencapai hasil tertentu, harus memenuhi enam persyaratan sebagaimana digariskan oleh Pye (1989). Persyaratan ini adalah sebagai berikut.

5

Anil Mital, et all. Product Development A structured Approach to Consumer Product Development, Design and Manufacture. (Cet. USA : Elsevier, 2008), h. 37.


(4)

1. Harus diwujudkan dengan menggunakan prinsip pengaturan perangkat. 2. Komponen perangkat harus geometris terkait satu sama lain dan dengan

objek.

3. Komponen harus cukup kuat untuk mengirim dan menahan kekuatan sebagai kebutuhan hasil yang diharapkan.

4. Ketersediaan akses terhadap perangkat. 5. Biaya hasilnya harus diterima.

6. Munculnya perangkat harus diterima.

Produk memiliki atribut tertentu yang membuatnya berguna untuk manusia. Atribut dapat berbentuk fisik, seperti ukuran, berat, atau kekuatan, atau berbentuk bahan kimia, seperti komposisi, toleransi panas, atau tahan karat. Beberapa sifat intrinsik, ada yang ekstrinsik, dan beberapa hasil bentuk fisik dari produk (bentuk geometri). Sebagai hasil dari sifat ini, lingkungan di mana ia beroperasi, dan bentuk geometris yang dimilikinya, produk dapat menjalankan fungsi tertentu. Pemenuhan fungsi ini memenuhi keinginan dan kebutuhan manusia dan membantu produk mencapai satu atau beberapa nilai-nilai. Pencapaian nilai-nilai ini adalah apa yang membuat produk yang berguna bagi masyarakat. Atribut intrinsik, ekstrinsik, dan atribut desain produk dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Atribut Produk

Design Internal External System


(5)

properties

Form Manufacturing

properties

Ergonomic properties

Durability, life

Tolerance Corrosion

resistance

Aesthetic properties

Weight/mass

Surface Durability Distribution

properties Maintenance Manufacturing methods Delivery and planning properties Operation

Materials Law conformance

properties

Surface quality

Dimensions Manufacturing

Properties Color Economic properties Appearance Liquidation properties Storage space Function Transportability,

packing Functionally determined properties Delivery deadline Laws, regulations, standards, codes of practice Quality Operational costs Price Wastes Recycling Function Reliability

Sumber : Product Development A structured Approach to Consumer Product Development, Design and Manufacture

3.2. QFD (Quality Function Deployment)7


(6)

Addison-Quality Function Deployment (QFD) didefinisikan sebagai suatu proses

atau mekanisme terstruktur untuk menentukan kebutuhan pelanggan dan menerjemahkan kebutuhan-kebutuhan itu kedalam kebutuhan teknis yang relevan, di mana masing-masing area fungsional dan level organisasi dapat berfungsi dan bertindak. QFD juga mencakup pengendalian yang tepat dari proses operasional menuju sasaran. Alat utama dari QFD adalah matriks, di mana hasil-hasilnya dicapai melalui penggunaan tim antardepartemen atau fungsional dengan mengumpulkan, menginterpretasikan, mendokumentasikan, dan memprioritaskan kebutuhan-kebutuhan pelanggan.

Quality function deployment dapat digunakan untuk menerjemahkan

kebutuhan pelanggan ke dalam spesifikasi tekhnikal tertentu. Teknik QFD membantu dalam mendefinisikan unit pengukuran dan memberikan suatu kerangka kerja untuk mengevaluasi trade-offs di antara berbagai kombinasi dari fitur desain.

Inti dari QFD adalah suatu matriks besar yang menghubungkan apa keinginan pelanggan (what’s) dan bagaimana suatu produk akan di desain dan diproduksi agar memenuhi keinginan pelanggan itu (how’s).

Aktivitas QFD adalah sebagai berikut:

1. Penjabaran kebutuhan pelanggan akan kualitas. 2. Penjabaran karakteristik kualitas yang dapat diukur.

3. Penentuan hubungan antara kebutuhan kualitas dan karakteristik.

4. Penetapan target berdasarkan nilai tertentu terhadap masing-masing karakteristik kualitas.


(7)

5. Penyatuan karakteristik kualitas ke dalam produk.

6. Perancangan, produksi dan pengendalian kualitas produk.

Quality Function Deployment (synonym: house of quality), apabila

dilaksanakan secara tepat akan memberikan hasil-hasil berikut :

1. Meningkatkan aktivitas komunikasi di antara departemen-departemen. 2. Kebutuhan pelanggan dibawa melalui proses langsung ke operasional.

Proses QFD dibuat dalam sebuah matriks rumah mutu yang disebut dengan nama Matriks House of Quality. Matriks ini menjelaskan apa yang menjadi kebutuhan dan harapan pelanggan dan bagaimana memenuhinya.

8Prosedur penggunaan matriks HoQ adalah :

1. Diidentifikasi keinginan responden (customer requirements).

Keinginan responden (Customer Requirements) dibuat ke dalam bentuk atribut. Hal itu dilaksanakan dengan menyebarkan kuesioner terbuka

2. Diidentifikasi tingkat kepentingan (customer importance).

Tingkat kepentingan konsumen (customer importance) yang dibuat dalam bentuk penilaian. Penilaian diperoleh dari modus hasil penyebaran kuesioner tertutup.

3. Menentukan karakteristik teknis produk.


(8)

4. Karakteristik teknis produk diperoleh dari hasil wawancara dengan para ahli yang mengerti dan memahami produk yang diteliti. Karakteristik teknis yang digunakan pada umumnya bersifat kuantitatif.

5. Menetapkan hubungan antar karakteristik teknis

Hubungan antar karakteristik teknis dibuat dalam bentuk skala hubungan. Tahapan ini digunakan untuk dianalisis apakah antara karakteristik teknis tersebut terdapat hubungan yang positif (saling mempengaruhi) atau negatif (saling bertolak belakang). Simbol-simbol yang digunakan untuk menggambarkan tingkat hubungan masing-masing variabel sebagai berikut yakni sebagai berikut :

V : tingkat hubungan positif kuat : 4

√ : tingkat hubungan positif sedang : 3 x : tingkat hubungan negatif sedang : 2 o : tingkat hubungan negatif kuat : 1

6. Menetapkan tingkat hubungan karakteristik teknis produk dengan keinginan konsumen.

Tingkat hubungan karakteristik teknis dengan keinginan konsumen dibuat dengan menggunakan relation matrix. Keterangan simbol-simbol yang digunakan relation matrix untuk penilaian tingkat hubungan yakni :

Nilai 0 : Tidak ada hubungan sama sekali Nilai 1 : Hubungan lemah

Nilai 3 : Hubungan sedang Nilai 9 : Hubungan kuat


(9)

7. Menyusun matriks perencanaan (planning matrix).

Menyusun matriks perencanaan (planning matrix) berfungsi untuk memperoleh informasi nilai kompetitif dari atribut kebutuhan responden yang dibuat dalam bentuk titik jual (sales point). Titik jual adalah kontribusi suatu

customer requirement terhadap daya jual produk/jasa. Untuk penilaian

terhadap titik jual terdiri dari: 1 = Tidak jual Rendah 1.2 = Titik jual Menengah 1.5 = Titik jual Tinggi

Titik jual ditentukan dengan melakukan diskusi atau wawancara terhadap orang yang ahli dalam bidang tersebut.

8. Perhitungan Bobot Kepentingan (Importance Weight)

Bobot kepentingan menunjukkan total tingkat kepentingan responden terhadap suatu atribut proses perakitan yang dihitung dengan rumus:

Importance Weight = CIi x Rij

Keterangan: CI = Customer Importance

Rij = Hubungan antara CR dengan karakteristik teknis

9. Perhitungan bobot kepentingan relatif (relative weight)

Bobot kepentingan menunjukkan total tingkat kepentingan responden terhadap suatu atribut dihitung dengan rumus: Relative weight

% 100 weight

importance Total

i -ke atribut weight

Importance weight


(10)

Matriks HoQ sering disebut dengan istilah rumah kendali mutu. Ukuran kinerja dari HoQ diperoleh berdasarkan tiga aspek yaitu tingkat kesulitan, tingkat kepentingan dan perkiraan biaya. Perhitungan ketiga aspek tersebut dapat dilihat seperti di bawah ini:

a. Penentuan tingkat kesulitan

Tingkat kesulitan ditentukan dari hubungan karakteristik teknis. Perhitungan dibuat dengan mengartikan semua bobot nilai hubungan kemudian membagi bobot dari tiap-tiap karaktertistik teknik dengan jumlah bobot tadi. Selanjutnya, tingkat kesulitan diberikan berdasarkan rentang persentase yang diperoleh. Tingkat kesulitan dihitung dengan rumusan :

Tingkat Kesulitan 100%

tik teknis karakteris

bobot tiap Total

tik teknis karakteris

Bobot tiap

x

b. Penentuan derajat kepentingan

Nilai derajat kepentingan dihitung dengan menghitung terlebih dahulu total bobot untuk masing-masing hubungan antara atribut produk dengan karakteristik teknis. Selanjutnya, derajat kepentingan dihitung dengan rumus: Derajat kepentingan

% 100 atribut dengan tik teknis

karakteris bobot tiap

Total

atribut dengan tik teknis

karakteris Bobot tiap

n kepentinga

Derajat  x

c. Perkiraan biaya

Dasar dalam penentuan nilai perkiraan biaya adalah faktor tingkat kesulitan. Kedua variabel ini memiliki hubungan yakni : semakin sulit suatu karakteristik teknik dibuat, akan semakin tinggi pula biaya yang


(11)

dibutuhkan. Perkiraan biaya dinyatakan dalam persentase dan dipengaruhi berbagai pertimbangan dari si perancang sendiri. Perkiraan biaya dihitung dengan rumusan :

Perkiraan biaya = 100%

kesulitan tingkat

total

atribut kesulitan

tingkat

Kemudian hasil pengolahan di atas dibuat ke dalam matriks house of

quality dapat dilihat pada Gambar 3.1.

A

Customer Needs and Benefits

D

Relationships

- What do the customer requirement mean to the manufaktur

- Where are the interactions between relationships

F Technical Matrix - Technical Response Priorities - Competitive Technical Benchmarks - Technical Targets

B Planning Matrix

- Importance to Customer - Current Satisfaction Performance - Competitive Satisfaction Performance - Goal

- Improvement Ratio - Sales Point - Raw Weight - Normalized Raw Weight C

Technical Response (Technical Requirement)

E Technical Correlations

Sumber : Lou Cohen (1995)

Gambar 3.1. House of Quality


(12)

1. Customer need

Customer need berisi daftar semua kebutuhan dan harapan pelanggan yang

biasanya ditentukan dengan penelitian secara kualitatif. Cara mengetahui suara pelanggan dapat dilakukan dengan wawancara langsung dengan pelanggan untuk mengetahui keinginan, harapan, keluhan, maupun saran pelanggan, dan dapat juga dilakukan dengan pembagian kuisioner.

2. Planning matrix

Planning matrix merupakan matriks perencanaan produk yang berisikan data

kuantitatif kebutuhan konsumen dan tujuan-tujuan performansi yang hendak dicapai.

3. Technical response

Technical response merupakan parameter teknik yang memberikan gambaran

bagaimana cara tim pengembangan produk/jasa pelayanan dalam merespon kebutuhan dan keinginan konsumen. Suara konsumen yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif harus diterjemahkan ke dalam suara pengembang (voice

of developer).

4. Relationship

Relationship menunjukkan hubungan antara parameter teknik dengan

kebutuhan dan keinginan konsumen yang telah dimodelkan dalam QFD. Hubungan tersebut merupakan dari tim pengembangan yang dapat bersifat kuat, moderat, dan lemah atau tidak ada hubungannya.


(13)

Technical corelation menggambarkan hubungan yang terjadi antar respon

teknis yang dapat dibedakan menjadi korelasi positif sangat kuat, positif cukup kuat, negatif sangat kuat serta tidak ada hubungannya.

6. Technical matrix

Technical Matrix berisi informasi berupa prioritas dari aspek teknis produk

serta target teknis yang direncanakan berdasarkan competitive benchmark untuk tujuan pengembangan kualitas produk.

3.3. QFD Fase II9

Dalam matriks perencanaan komponen, tingkat kepentingan dihasilkan dari matriks sebelumnya. Tingkat kepentingan harus ditentukan ketika item tambahan ditambahkan sebagai hasil dari perhatian internal. Hal ini diselesaikan dengan membandingkan masing-masing isu internal dengan karaketistik teknik yang masing-masing memiliki sembilan bobot. Karakteristik teknis harus dibandingkan dengan item-item yang ditransfer. Bobot ditentukan oleh tim berdasarkan pengetahuan dan pengalaman.

Matriks perencanaan komponen QFD dapat diselesaikan ketika kebutuhan komponen sudah ditambahkan ke bagian atas matriks sebagai respon dari karakteristik teknis di bagian sebelah kiri. Langkah berikutnya adalah menambahkan hubungan dan spesifikasi. Contoh dari matriks Design Deployment dapat dilihat pada Gambar 3.2.


(14)

Temperature at hand Fluid Temp. loss over time

Indent/force relation Force/set relation Logo precision 110 max 3 min 0.42 pounds 0.8 pound 95 % faster

9 9 7 4 6 M a te ria l d en sit y M a te ria l ex p a n sio n ra te L o g o d efe n itio n _ o z. /c u .in ch _ % e xp a n sio n _ % p re ci sio n

126 129 54 Technical Requirement and

Targets Im porta nc e Critical Part Requirement Part Specification Column Weight

Sumber: Ronald G. Day (1993)

Gambar 3.2. Matriks Design Deployment

Terdapat empat bagian dalam matriks design deployment yaitu:

1. Bagian “ Whats

Bagian “Whats”, yaitu karakteristik teknis yang terpilih dari matriks

perencanaan komponen yang ditransfer ke matriks perencanaan komponen bersamaan dengan target.

2. Bagian “Hows”

Bagian “Hows” terdiri dari kebutuhan part kritis yang berfungsi

menerjemahkan kebutuhan teknis.

3. Bagian “Relationships”

Bagian “Relationships” merupakan bagian yang menunjukan hubungan antara


(15)

4. Bagian “How much

Bagian “How much” menunjukan spesifikasi dari kebutuhan part kritis.

3.4. Axiomatic Design10

Desain aksiomatik adalah teori desain yang merupakan pengetahuan tentang elemen desain dasar dan fundamental. Teori ilmiah didefinisikan sebagai teori yang terdiri dari bidang pengetahuan mendasar dalam bentuk persepsi dan pemahaman dari berbagai entitas dan hubungan di antara bidang mendasar. persepsi dan hubungan tersebut digabungkan oleh ahli teori untuk menghasilkan konsekuensi yang dapat, tetapi tidak selalu, prediksi pengamatan. Bidang pengetahuan dasar mencakup ekspresi matematika dan kategorisasi fenomena atau objek, model, dan sebagainya, dan lebih abstrak dari pengamatan data dunia nyata. Pengetahuan dan hubungan antara unsur-unsur pengetahuan tersebut merupakan sistem teoritis. Sebuah sistem teoritis mungkin salah satu dari dua jenis: aksioma atau hipotesis, tergantung pada bagaimana memperlakukan bidang pengetahuan mendasar. Pengetahuan dasar yang secara umum diterima sebagai benar, namun tidak dapat diuji, diperlakukan sebagai kebenaran. Jika bidang pengetahuan mendasar sedang diuji, mereka diperlakukan sebagai hipotesis (Nordlund, 1996). Dalam hal ini, desain aksiomatik adalah metode desain ilmiah tetapi dengan premis sistem teoritis didasarkan pada dua aksioma.

Proses desain melibatkan tiga pemetaan antara empat domain. Prosedur desain ditentukan berdasarkan dengan hubungan dua domain tersebut pada setiap


(16)

level hirarki proses desain. Proses pemetaan (mapping) pada empat domain utama

Axiomatic Design dapat dilihat pada Gambar 3.3.

Cas QFD

FRs {FR} = [A]{DP} DPs {DP} = [B]{PV} PVs

Costumer Mapping Physical Mapping Process Mapping

Sumber : Axiomatic Quality

Gambar 3.3. Proses Pemetaan (Mapping) pada Empat Domain Utama

Axiomatic Design

Istilah penting dari teori Axiomatic Design adalah sebagai berikut:11

1. CA : Customer Attribute merupakan domain yang menampung kebutuhan dari sudut pandang konsumen.

2. FR : Functional Requirement merupakan domain yang menampung semua fungsi yang ingin dicapai dari suatu desain atau produk. FRs adalah set persyaratan yang melengkapi karakteristik kebutuhan fungsional solusi desain dalam domain fungsional dengan beberapa batasan seperti keamanan, ekonomi, reliabilitas, dan kualitas. Quality Function Deployment (QFD) adalah tool yang diadopsi untuk menyelesaikan tindak lanjut set FRs.

3. DP : Design Parameter merupakan domain yang menjadi manifestasi dari FR bagaimana fungsi dari domain FR itu diwujudkan.

11 Gianni Campatelli, Tolerance Synthesis Using Axiomatic Design, (Italy : University of Firenze,


(17)

4. PV : Process Variable merupakan domain yang membahas bagaimana desain atau produk diproduksi. Atau dalam bahasa yang sederhana, PV adalah domain proses produksi dari suatu desain sebelum menjadi produk.

12Persamaan pemetaan FR = f (DP), atau dalam notasi matriks {FR}

m×1 =

[A]m×p {DP}p×1, digunakan untuk merefleksikan hubungan antara domain,

susunan {FR}, dan kodomain, susunan {DP}, dalam physical mapping dimana susunan {FR}m×1 adalah vektor a dengan kebutuhan m, {DP}p×1 adalah vektor dari design parameters dengan karakteristik p dan A adalah matriks desain.

Berdasarkan pada aksioma kebebasan, desain ideal adalah one-to-one mapping yang menghasilkan DP yang spesifik yang dapat disesuaikan untuk memenuhi FR tanpa mempengaruhi kebutuhan lainnya.

Bila matriks A adalah matriks diagonal persegi, desain disebut uncoupled (yaitu, masing-masing FR dapat disesuaikan atau diubah independen dari FR lainnya). Desain uncoupled adalah pemetaan satu-satu. Desain lain yang mematuhi aksioma kebebasan, meskipun dengan urutan desain diketahui, disebut

decoupled. Pada decoupled desain, matriks A adalah matriks segitiga bawah atau

atas. Desain decoupled dapat diperlakukan sebagai desain uncoupled ketika DP disesuaikan dalam beberapa urutan disampaikan oleh matriks. Uncoupled dan entitas desain decoupled memiliki ketahanan konseptual (yaitu, DP dapat diubah untuk mempengaruhi persyaratan spesifik tanpa mempengaruhi FR lainnya dengan sengaja). Sebuah desain coupled pasti menghasilkan matriks desain dengan sejumlah persyaratan, m lebih besar dari jumlah DP, p. Matriks desain


(18)

persegi (m = p) dapat diklasifikasikan sebagai desain coupled ketika off-diagonal elemen matriks adalah nonzeros. Secara grafis, tiga klasifikasi desain digambarkan pada Gambar 3.4. untuk kasus matriks desain 2 × 2.

Sumber: El-Haik, Basem (2005)

Gambar 3.4. Kategori Desain Berdasarkan Independence Axiom

QFD merupakan alat perencanaan dan pemecahan masalah yang paling baik yang menghubungkan daftar keinginan dan kebutuhan konsumen dengan kebutuhan teknis, walaupun dalam lebih dari satu langkah.13 Aplikasi QFD

memungkinkan untuk mengeksplor karakteristik yang diinginkan konsumen dan mengganti kebutuhan teknis yang diinginkan tim perancang.

Untuk menyelesaikan permasalahan lingustik (bahasa), dibutuhkan dua fase dalam QFD dalam pemetaan Axiomatic yang pertama untuk menghasilkan definisi FR yang tetap.14 QFD fase 1 menerjemahkan keinginan dan harapan konsumen menjadi CTS (Critical-to-Satisfaction). Berikutnya, CTS diubah

13 Ibid, h. 116.

14


(19)

menjadi Functional Requirement dalam QFD fase 2. QFD fase 2 merupakan

House of Quality yang baru, di mana CTS dan target value dari QFD fase 1

menempati hampir semua ruang yang masih tersedia dalam rumah mutu. Apabila QFD fase 2 telah selesai, maka Functional Requirement dapat dibuat menggunakan proses zig zag pada Axiomatic Design.

3.5. Kansei Engineering15

Kansei Engineering didefinisikan sebagai teknologi penerjemahan

emosional konsumen ke dalam spesifikasi desain. Departemen research dan

development memahami emosional konsumen yang disebut kansei, H&D

menganalisis data kansei menggunakan metode psikologi, ergonomi, medical, ataupun keteknikan dan mendesain produk baru berdasarkan informasi yang dianalisis tersebut. Kansei Engineering adalah sebuah proses teknologi dan rekayasa data kansei menuju spesifikasi produk.

Proses kansei engineering harus mengikuti skema yaitu: 1. Kansei engineer harus memikirkan siapa konsumennya

2. Mengapa konsumen mau dan membutuhkan kansei tersebut ada pada produk 3. Mempertimbangkan bagaimana mengevaluasi customer’s kansei tersebut 4. Setelah mengevaluasi, kansei engineer harus menganalisis data kansei

menggunakan analisis statistik ataupun pengukuran psikologi dan kemudian mengubah analisis data tersebut ke dalam desain.


(20)

Konsumen memiliki ekspresi yang berbeda-beda, dari psikologi kepada pengukuran psikofisiologi, dan setiap pengukuran memunculkan hasil yang bervariasi dapat dilihat pada Gambar 3.5.

Kansei EEG MMG

HR Eye

Movement

Face Expression

Words

Attitude Behavior

Kansei Survey

Data Analysis

Data Interpretation

New Product Design

Sumber: Mitsuo, Nagamachi, Kansei/Effective Engineering (2011)

Gambar 3.5. Pilihan untuk Mencapai Kansei

16Kansei Engineering tipe I merupakan teknik mendasar dari metode

Kansei Engineering yang menggunakan cara proses yang teratur. Setiap orang

dapat mengikuti proses yang teratur tersebut agar mendapatkan kesimpulan. Langkah-langkah Kansei Engineering tipe I dapat dilihat pada Gambar 3.6. 1. Langkah pertama yaitu strategi perusahaan, perusahaan harus memiliki

konsep yang ditentukan atau strategi untuk produk baru. Insinyur Kansei harus memanfaatkan strategi ini untuk diterapkan ke bidang baru.

2. Langkah kedua yaitu mengumpulkan kata-kata Kansei yang berhubungan dengan konsep produk baru.

16


(21)

3. Langkah ketiga yaitu kata-kata Kansei dikumpulkan disusun pada titik 5- atau skala Semantic Differential 7-point.

1. Decision of strategy

2. Collection of kansei word

3. Setting of SD scale of the kansei words

4. Collection of product sample

5. A list of item/category

6. Evaluation experiment

7. Analysis using multivariate statistical methods

8. Interpretation of tha analyzed data

9. explanating of the data to design

10. Check desiger’s sketch with KE candidate

Sumber: Mitsuo, Nagamachi, Kansei/Effective Engineering (2011)

Gambar 3.6. Langkah-langkah Kansei Engineering Tipe I

4. Langkah keempat yaitu mengumpulkan sampel produk sebagai perbandingan di antara produk sejenis dari perusahaan dan pembuat yang berbeda.

5. Langkah kelima yaitu daftar item dan kategori, item dan kategori menyiratkan spesifikasi desain tentang produk sampel yang dikumpulkan. Semua sifat produk dijelaskan, misalnya item terdiri dari warna, bentuk, ukuran, merek logo, dan lain-lain. Kategori misalnya item warna memiliki kategori kuning, merah, hijau dan lain-lain.


(22)

6. Langkah keenam evaluasi percobaan yaitu responden diminta mencatat perasaan mereka dengan kata-kata Kansei untuk setiap sampel pada lembar skala Semantic Differential.

7. Langkah ketujuh yaitu analisis statistik, data dievaluasi dan dianalisa dengan metode statistik, terutama dengan analisis statistik multivariat.

8. Langkah kedelapan interpretasi data yang dianalisis, yaitu semua data dianalisis harus ditafsirkan dari sudut pandang Kansei Engineering. Tujuannya adalah untuk menemukan hubungan antara Kansei manusia dan properti produk. Data yang dianalisis ditemukan hubungan setiap Kansei dengan spesifikasi desain.

9. Langkah kesembilan yaitu Penjelasan data, interpretasi data harus menjelaskan kepada desainer perusahaan untuk membuat desain baru dengan bantuan desainer.

10. Langkah kesepuluh yaitu kolaborasi para insinyur dengan desainer, Kansei memotivasi perusahaan untuk membuat desain produk baru. Proses ini, insinyur Kansei harus mendukung terciptanya perancangan produk baru berdasarkan data Kansei Engineering.

3.6. Analisis Statistik 3.6.1. Analisis Multivariat17

Analisis multivariat adalah metode-metode statistik yang mengolah beberapa pengukuran menyangkut individu atau objek sekaligus. Dengan

17Bilson Simamora, Analisis Multivariat Pemasaran, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,


(23)

pengertian ini, analisis multivariat merupakan perluasan dari analisis univariat dan bivariat. Beberapa ahli menyatakan bahwa tujuan analisis multivariat adalah mengukur, menerangkan, dan memprediksi tingkat relasi (the degree of

relationship) di antara variat-variat. Analisis multivariat selalu berkembang.

Berbagai teknik yang telah diterima secara luas adalah: 1. Principal component dan common factors analysis

2. Multiple regression dan multiple correlation

3. Multiple discriminant analysis

4. Multivariat analysis of variance dan covariance

5. Conjoint analysis

6. Canoncial correlation

7. Cluster analysis

8. Multidimensional analysis

9. Correspondence analysis

3.6.1.1.Analisis Statistik Kansei Engineering18

Analisis multivariat memainkan peranan penting dalam Kansei

engineering. Data evaluasi kansei mempunyai karakteristik multidimensional

karena sifat kansei adalah multidimensional. Format umum data evaluasi kansei dapat dilihat pada Gambar 3.7. Gambar tersebut memperlihatkan urutan kolom dan baris untuk menyesuaikan tabel data yang digunakan dalam Kansei

Engineering.


(24)

3.6.1.2.Conjoint Analysis19

Salah satu fokus penelitian konsumen adalah untuk memperkirakan preferensi konsumen terhadap keberadaan produk atau atribut potensial. Salah satu teknik yang populer untuk mengetahui hal tersebut adalah conjoint analysis, yang secara kuantitatif menghitung utilitas masing-masing atribut produk berdasarkan feedback dari konsumen. Kombinasi dari beberapa atribut dijumlahkan dengan total skor yang diharapkan, dan tergantung pada kombinasi yang mungkin termasuk atribut yang kurang diinginkan ditambah dengan atribut yang diinginkan pelanggan membandingkan atribut.

Conjoint analysis diawali dengan membangun perangkat atribut yang

digunakan untuk membangun desain produk lengkap yang ditawarkan berdasarkan kombinasi atribut-atribut tersebut. Konsumen kemudian mengevaluasi masing-masing produk yang ditawarkan. Data evaluasi dikumpulkan dan dianalisa untuk menghitung skor keinginan dari atribut individual dan kepentingan relatif untuk masing-masing kelompok atribut yang berbeda.

Sebagai contoh, kemampuan zoom, pixels, dan ketahanan terhadap air mewakili kelompok atribut atau dimensi untuk kamera digital. Masing-masing dimensi terbagi menjadi level yang berbeda. Zoom memiliki tiga level, yaitu 2X, 5X, dan 10X, pixel memiliki dua level, yaitu 2 juta atau 5 juta, dan ketahanan terhadap air memiliki dua level, yaitu tahan air dan anti air. Level individual dikombinasikan menjadi 12 level berbeda untuk produk yang ditawarkan (3 level

19Kenneth B. Kahn, New Product Forecasting, an Applied Approach, (New York: M.E.


(25)

x 2 level x 2 level) = 12 level. Kedua belas level yang ditawarkan ini ditunjukkan kepada konsumen yang akan ditanyai.

Salah satu metodologi evaluasi yang sederhana adalah konsumen member ranking kombinasi produk dari 1 (kombinasi yang paling diminati) hingga 12 (kombinasi yang paling tidak diminati). Akan tetapi karena ranking relatif mudah untuk dibentuk dari sudut pandang konsumen, ranking data harus diubah menjadi kombinasi yang dipilih yang menunjukkan skor keinginan tertinggi (dalam kata lain, skor yang lebih tinggi berarti lebih diinginkan). Ranking diubah dengan pengurangan ranking dari tiga belas (12+1). Skor keinginan rata-rata dari masing-masing level dihitung dengan merata-ratakan skor keinginan dari seluruh kombinasi level.

Pertimbangkan apabila Konsumen I memberikan data seperti ditunjukkan pada Tabel 3.2, yang dikonversi menjadi skor keinginan. Skor rata-rata keinginan dapat dihitung untuk masing-masing level individual per dimensi dengan merata-ratakan skor keinginan untuk kombinasi termasuk level utama. Sebagai contoh, keinginan rata-rata untuk kemampuan Zoom 2X adalah 4.5, yang merupakan kombinasi dari level 2X [((1+2+7+8)/4]= 4.5, rata-rata keinginan untuk Zoom 5X adalah 6.5, yang merupakan rata level 5X [((3+4+9+10)/4)= 6.5], dan rata-rata keinginan untuk Zoom 10X adalah 8.5, yang merupakan rata-rata-rata-rata kombinasi seluruh produk yang termasuk level 10X [((5+6+11+12)/4)= 8.5]. Berdasarkan perhitungan tersebut, konsumen menemukan bahwa 10X lebih diminati daripada 5X dan jauh lebih diminati dari 2X, hal ini bisa juga diartikan bahwa Zoom 10X hamper dua kali lebih diminati dari 2X.


(26)

3.6.2. Kuesioner20

Kuesioner ialah suatu bentuk instrumen pengumpulan data dalam format pertanyaan tertulis yang dilengkapi dengan kolom di mana responden akan menuliskan jawaban atas pertanyaan yang diarahkan kepadanya.

Perancang kuesioner yang baik perlu dipahami prinsip-prinsip yang terkait dengan cara penulisan pertanyaaan (wording of questions), cara-cara pengukuran yaitu mengkategorikan, membuat skala dan mengkodekan jawaban dari responden dan kerapian kuesioner tersebut.

Pertanyaan terbuka (open-ended questions) memberi kesempatan luas kepada responden untuk memberikan jawaban yang mereka inginkan.21 Sebaliknya, pertanyaan tertutup menyediakan alternative jawaban terhadap setiap pertanyaan yang diajukan dan responden diberi kebebasan untuk memilih salah satu alternatif yang dianggapnya paling sesuai dengan pengetahuan dan persepsinya.

3.6.3. Teknik Sampling22

Sampling ialah proses penarikan sampel dari populasi melalui mekanisme tertentu melalui mana karakteristik populasi dapat diketahui atau didekati. Kata mekanisme tertentu mengandung makna bahwa baik jumlah elemen yang ditarik maupun cara penarikan harus mengikuti atau memenuhi aturan tertentu agar sampel yang diperoleh mampu mempresentasikan karakteristik populasi dari mana sampel tersebut diambil atau ditarik.

20 Sukaria Sinulingga, Metode Penelitian, (Cet II; Medan: USU Press, 2012), h. 171-172. 21 Ibid., h. 174.


(27)

Garis besar metode penarikan sampel daapat diklasifikasikan atas dua bagian yaitu probability sampling ( penarikan sampel yang tidak terkait dengan faktor probabilitas) dan non-probability sampling (penarikan sampel yang tidak terkait dengan faktor probabilitas). Perbedaan prinsip dari kedua tipe sampling ini selain dalam hal teknis / mekanisme pelaksanaan , juga dari sasaran pokok.

Probability sampling lebih melihat kemungkinan area baru untuk diteliti

sedangkan non-probability sampling lebih ditekankan pada eksplorasi dan kelayakan penerapan suatu ide.

3.6.3.1.Probability Sampling

Pada probability sampling, setiap elemen dari populasi diberi kesempatan untuk ditarik menjadi anggota dari sampel. Rancangan atau metode probability

sampling ini digunakan apabila faktor keterwakilan oleh sampel terhadap populasi

sangat dibutuhkan dalam penelitian antara lain agar hasil penelitian dapat digenenrilisasi secara lebih luas. Pemilihan atas lima metode penarikan sampel yang telah disebutkan di atas tergantung pada banyak factor, antara lain ialah luasnya cakupan generalisasi yang diiinginkan, ketersediaan waktu, maksud dan tujuan penelitian. Berikut ini dijelaskan secara singkat mengenai teknik sampling yang berada dalam lingkup probabilistic sampling.

1. Simple Random Sampling

Simple random sampling setiap elemen dari populasi mempunyai kesempatan

atau peluang yang sama untuk terpilih menjadi anggota sampel. Semua elemen diperlakukan sama dalam arti semuanya mempunyai kesempatan terpilih yang


(28)

sama walaupun karakteristik masing-masing mungkin tidak sama. Cara penarikan sampel berdasarkan simple random sampling memiliki bias yang relatif kecil dan memberikan kemampuan generalisasi yang tinggi. Namun penggunaan metode ini terbatas pada kondisi populasi yang memiliki elemen dengan karakteristik yang tidak berfluktuasi besar.

2. Systematic Sampling

Systematic Sampling adalah suatu metode pengambilan sampel dari populasi

dengan cara menarik elemen setiap kelipatan ke n dari populasi tersebut mulai dari urutan yang dipilih secara random diantara nomor 1 hingga ke n. Seperti halnya dengan simple random sampling, Systematic Sampling juga mempunya keterbatasan jika dugunakan secara luas karena metode ini tetap mensyaratkan homogenitas elemen populasi walaupun tidak sekeras yang dipersyaratkan metode simple random sampling. Oleh karena itu, penggunaan metode sampling ini haruslah sesuai dengan konteksnya.

3. Stratified Random Sampling

Penarikan sampel menurut metode stratified random sampling merupakan perluasan sekaligus mengatasi kelemahan dari metode simple random

sampling. Metode ini, strata elemen dalam populasi mendapat perhatian

sehingga populasi dibagi sesuai dengan strata yang ada. Starata dalam populasi pada dasarnya adalah tingkatan yang relevan dengan sasaran penelitian. Stratified random sampling berkenaan dengan proses stratifikasi populasi dan penarikan sampel dari setiap strata dilakukan dengan metode


(29)

yaitu strata pertama, kedua dan ketiga melakukan penarikan sampel menurut metode simple random sampling atau Systematic Sampling karena setiap elemen dalam masing-masing strata telah dianggap homogen dalam hal karakteristik yang menjadi perhatian penelitian.

4. Cluster Sampling

Populasi berada dalam keadaan seperti terkotak-kotak dimana masing-masing kotak menunjukan karkteristik yang berbeda-beda. Misalnya, suatu wilayah yang dihuni oleh penduduk yang bersifat multi-kultur. Masing-masing kultur tertentu memperlihatkan cirinya sendiri yang sangat sulit bila disamakan dengan kultur lain kecuali dengan mengadopsi tolerans terhadap perbedaan. Penelitian tentang prilaku masyarakat terhadap partisipasi dalam pembangunan melakukan di wilayah yang multikultur ini dengan populasi adalah seluruh penduduk yang sudah berumur > 15 tahun maka metode cluster

smpling sangat tepat digunakan.

5. Area sampling

Area sampling sangat mirip bahkan sering digabung dalam cluster sampling. Area sampling, cluster dari populasi adalah perbedaan lokasi geografis dari

populasi. Misalnya, populasi berada di daerah perkotaan, daerah pantai, daerah pegunungan, pedalaman dan lain-lain. Area sampling juga dilakukan dengan cara memilih secara random area invastigasi dan pada area yang terpilih dilakukan engambilan sampel dengan menggunakan salah satu metode simple

random sampling, systematic sampling, atau stratified random sampling,


(30)

3.6.3.2.Non-Probability Sampling

Non-probability sampling, setiap elemen populasi yang akan ditarik

menjadi anggota sampel tidak berdasarkan pada probabilitas yang melekat pada setiap elemen tetapi berdasarkan karakteristik khusus masing-masing elemen. Hal ini mengindikasikan bahwa temuan-temuan dari analisis terhadap sampel yang dipilih tidak dimaksudkan untuk mendapatkan informasi awal yang cepat dengan cara murah. Beberapa model dari metode sampling yang non-probabilistik ini adalah sebagai berikut.

1. Convinience sampling

Convinience sampling adalah suatu metode sampling dimana para

respondenya adalah orang-orang yang secara sukarela menawarkan diri dengan alasan masing-masing. Misalnya, suatu perusahaan industry makanan seperti makanan dalam kemasan kaleng ingin mendapatkan informasi tentang bagaimana pandangan konsumen terhadap mutu produk yang dihasilkan. Perusahaan membawa produk-produk tersebut ke pasar dan menawarkan kepada siapa saja yang bersedia mencicipi dan memberikan informasi tentang mutu produk tersebut menurut penilaiannya masing-masing. Convinience

sampling sering digunakan selama fase exploratory dari sebuah projek

penelitian dan telah dianggap sebagai metode paling baik untuk mendapatkan informasi awal secara cepat dengan biaya yang murah.

2. Purposive sampling

Purposive sampling adalah metode sampling yang mengguanakan orang-orang


(31)

kelompok yang karena pengetahuan, pengalaman, jabatan, yang dimilikinya menjadikan individu atau kelompok tersebut perlu dijadikan sumber informasi. Purposive sampling dapat dibedakan dalam dua bentuk yaitu

judgement sampling dan quota sampling. Judgement sampling adalah tipe

pertama dari purposive sampling. Penggunaan judgement sampling, responden terlebih dahulu dipilih berdasarkan pertimbngan tertentu misalnya karena kemampuanya atau kelebihanya diantara orang-orang lain dalam memberikan data dan informasi yang bersifat khusus yang dibutuhkan peneliti. Quota

sampling adalah tipe kedua purposive sampling dimana kelompok-kelompok

tertentu dijadikan responden untuk memenuhi quota yang telah ditetapkan.

3.6.4. Validitas Data23

Validitas data ialah suatu ukuran yang mengacu kepada derajat kesesuaian antara data yang dikumpulkan dan data sebenarnya dalam sumber data. Data yang valid akan diperoleh apabila instrumen pengumpulan data juga valid. Oleh karena itu, untuk menguji validitas data maka pengujian dilakukan terhadap instrumen pengumpulan data.

Validitas instrumen atas dua tipe yaitu validitas internal dan validitas eksternal. Validitas internal berkenaan dengan derajat keakurasian rancangan penelitian. Rancangan penelitian yang baik termasuk rancangan pengumpulan data akan dapat mengidentifikasi sumber data yang tepat dan alat/instrumen pengumpulan data yang juga tepat. Validitas eksternal berkenaan dengan derajat


(32)

akurasi hasil penelitian jika dilakukan generalisasi dan diterapkan pada populasi dari mana data penelitian diambil.

Cara yang umum digunakan untuk menguji validitas instrumen ialah melalui analisis korelasi (correlational analysis). Analisis korelasi dilaksanakan dengan menggunakan rumus Korelasi Product Moment yang dikembangkan oleh Pearson, yaitu sebagai berikut :

= ∑ − ∑ ∑

√[ ∑ 2− ∑ 2][ ∑ 2− ∑ 2] Dimana, rxy = Koefisien korelasi antara X dan Y

xi = Skor variabel independen X

yi = Skor variabel independen Y

3.6.5. Reliabilitas Data24

Reliabilitas sebuah alat ukur berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data yang dihasilkan dari proses pengumpulan data dengan menggunakan instrumen tersebut.

Dua ukuran yang umum digunakan untuk mengetahui derajat reliabilitas atau kehandalan instrumen pengumpulan data, yaitu stabilitas instrumen dan konsistensi internal instrumen. Stabilitas instrumen adalah suatu ukuran yang menunjukkan derajat kestabilan instrumen terhadap data yang diperoleh dengan menggunakan instrumen tersebut. Stabilitas instrumen dikatakan cukup baik jika instrumen tersebut digunakan dalam pengukuran variabel yang sama dalam waktu yang berbeda dan memberikan hasil yang sama. Konsistensi internal instrumen


(33)

memberikan indikasi homogenitas item dalam pengukuran dalam arti seberapa jauh instrumen tersebut menjadikan item-item yang diukur secara bersama-sama menjadi sebuah set dan secara independen menjadi bagian yang berarti terhadap keseluruhan.

Pengujian reliabilitas pada umumnya dikenakan untuk pengujian stabilitas instrumen dan konsistensi internal instrumen. Pengujian terhadap kedua karakteristik dari instrumen tersebut dapat dilakukan dengan beberapa metode. Pengujian stabilitas instrumen terdapat dua macam uji yaitu test-retest reliability dan parallel-form reliability. Pengukuran konsistensi internal instrumen pengumpulan data dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu interitem consistency

reliability dan split-half reliability. Alat test yang sering digunakan dalam

pengujian konsistensi internal instrumen ialah Koefisien Alpha Cronbach. Koefisien Alpha Cronbach digunakan untuk mengukur reliabilitas instrumen yang pertanyaannya menggunakan skor dalam rentangan tertentu. Rumus yang digunakan dalam menghitung koefisien tersebut ialah:

    

  

    

t b k

k

r

2

2

11 1

1 

di mana,

r11 = Reliabilitas instrumen (koefisien Alpha Cronbach)

k = Jumlah butir pertanyaan dalam instrumen

b

2

 = Jumlah varians butir-butir pertanyaan

t

2


(34)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. Ivana Mery Lestari Matras yang bergerak dalam industri manufaktur dengan produk berupa spring bed. Perusahaan ini berlokasi di Jalan Gambir Pasar VIII No. 92, Tembung, Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan mulai dari September 2015.

4.2. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematik, faktual, dan akurat tentang fakta dan sifat suatu objek. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian survei (survey research), yaitu suatu penyelidikan yang dilakukan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala yang ada dan mencari keterangan secara faktual untuk mendapatkan kebenaran. Penelitian survei dilakukan untuk mendapatkan fakta aktual mengenai perasaan pelanggan terhadap produk spring

bed melalui kuesioner untuk mengetahui atribut apa yang perlu ditingkatkan untuk

meningkatkan mutu produk, sehingga dapat diberi solusi perbaikan pada perusahaan sebagai bentuk perbaikan dari desain semula.


(35)

4.3. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah karakteristik (atribut-atribut) produk spring

bed yang sesuai dengan keinginan konsumen.

4.4. Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel bebas yang dapat mempengaruhi variabel dependen baik secara positif maupun negatif. Variabel yang termasuk dalam jenis ini yaitu:

a. Atribut Produk b. Karakteristik teknis c. Part kritis

2. Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel terikat yang nilainya dipengaruhi variabel lain. Variabel yang termasuk dalam jenis ini yaitu:

a. Emotional Needs

b. Atribut rancangan perbaikan c. Rancangan produk

4.5. Kerangka Konseptual Penelitian

Kerangka konseptual ialah sebuah model yang ditunjukkan dalam bentuk diagram yang memperlihatkan struktur dan sifat hubungan logis antar variabel


(36)

penelitian yang telah diidentifikasi dari teori dan temuan-temuan hasil review artikel yang akan digunakan dalam menganalisis masalah penelitian.

4.6. Definisi Variabel Operasional

Berdasarkan variabel independen dan dependen, maka didefenisikan variabel operasional, yaitu:

Tabel 4.1. Definisi Variabel Operasional

No Variabel Definisi Alat Ukur

1 Atribut produk

Daftar kebutuhan dan keinginan konsumen terhadap produk spring bed

a. Observasi b. Wawancara 2 Emotional

Needs

Penilaian kansei/perasaan konsumen terhadap atribut produk spring bed

a. Observasi b. Wawancara 3 Karakteristik

Teknis

Persyaratan kemampuan teknis dalam perancangan produk untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

a. Wawancara b. Kuesioner

Karakteristik Teknis 4 Part kritis Bagian yang menjadi masalah utama

dalam proses produksi spring bed

a. Wawancara

b. Kuesioner Part Kritis 5 Atribut

rancangan perbaikan

Usaha yang dilakukan untuk meningkatkan nilai poduk yang diproduksi.

a. QFD, Axiomatic

Design

6 Rancangan produk

Rancangan produk yang diusulkan untuk perbaikan rancangan sebelumnya

a. QFD, Axiomatic

Design

4.7. Rancangan Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

1. Penelitian diawali dengan studi pendahuluan untuk mengetahui keluhan konsumen, kondisi perusahaan, proses produksi, dan informasi pendukung yang diperlukan, serta studi literatur tentang metode pemecahan masalah yang digunakan dan teori pendukung lainnya.


(37)

2. Tahapan selanjutnya adalah melakukan pengumpulan data. 3. Data yang dikumpulkan ada dua jenis yaitu:

a. Data primer berupa data kuesioner terbuka dan kuesioner tertutup.

b. Data sekunder berupa data yang diperoleh melalui pihak perusahaan dan karyawan PT. Ivana Mery Lestari Matras.

4. Pengolahan data primer dan sekunder yang telah dikumpulkan. 5. Analisis terhadap hasil pengolahan data.

6. Penarikan kesimpulan dan pemberian saran untuk penelitian.

4.8. Pengumpulan Data 4.8.1. Sumber Data

Pada penelitian ini teknik pengumpulan data yang dikumpulkan adalah sebagai berikut:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari objek penelitian, yaitu a. Data keluhan konsumen terhadap produk spring bed dengan menggunakan

kuesioner terbuka.

b. Data penilaian kansei/perasaan pelanggan terhadap produk spring bed. Data ini didapatkan dengan menggunakan kuesioner Semantic Differential. c. Data tingkat kepentingan atribut produk spring bed.

d. Data karakteristik teknis pembuatan produk e. Data part kritis


(38)

2. Data sekunder

Data sekunder adalah informasi yang sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak manajemen. Data sekunder yang dibutuhkan adalah :

a. Data desain produk awal spring bed b. Data profil perusahaan

c. Data jumlah penjualan produk spring bed

4.8.2. Metode Pengumpulan Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan metode pengumpulan data sebagai berikut.

1. Teknik observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung mengenai proses pembuatan spring bed.

2. Teknik Survey, yaitu teknik untuk mendapatkan data primer yang dibutuhkan berkaitan dengan kebutuhan konsumen terhadap produk spring bed pada PT. Ivana Mery Lestari Matras dengan menyebarkan kuesioner. Kuesioner yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Kuesioner Semantic Differential b. Kuesioner Tingkat Kepentingan c. Kuesioner Karakteristik Teknis d. Kuesioner Part Kritis

3. Teknik dokumentasi, yaitu dengan mengumpulkan data mengenai karakteristik produk spring bed, proses produksi pada PT. Ivana Mery Lestari Matras.


(39)

4. Studi literatur, yaitu sebagai landasan awal terhadap permasalahan serta sebagai variabel penyusun kuesioner. Studi literatur berasal dari buku-buku dan jurnal yang berkaitan dengan produk spring bed dan metode-metode yang digunakan dalam penelitian yaitu Kansei Engineering, Quality Function

Deployment, dan Axiomatic Design.

4.9. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner. Kuesioner yang digunakan didasarkan pada bentuknya ialah kuesioner terbuka dan tertutup. Kuesioner terbuka digunakan sebagai survei awal untuk mengetahui apakah konsumen memiliki keluhan terhadap desain produk spring bed, sedangkan kuesioner tertutup yang digunakan adalah kuesioner dengan menggunakan skala

likert.

Anil Mital dalam buku Product Development A structured Approach to

Consumer Product Development, Design and Manufacture menyatakan atribut

dari sebuah produk adalah sebagai berikut. 1. Structure

2. Form

3. Tolerance

4. Surface

5. Manufacturing Method

6. Material


(40)

Sedangkan berdasarkan buku Back and Bed: Ergonomic Aspects of

Sleeping, yang termasuk atribut produk spring bed adalah :

1. Elasticity

2. Dimension

3. Mattress Core

4. Mattress Top Layers and Covers

5. Mattress Overlays

6. Mattress Supports

Sehingga berdasarkan referensi di atas dapat disimpulkan bahwa atribut produk Spring Bed yang akan diteliti yaitu:

1. Elastisitas spring bed

2. Ketebalan matras spring bed 3. Bahan foam matras spring bed 4. Bahan sandaran spring bed 5. Bahan pelapis foam spring bed 6. Warna spring bed

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Kuesioner Terbuka

Kuesioner ini digunakan sebagai studi awal untuk melihat keluhan konsumen saat menggunakan produk spring bed.


(41)

Kuesioner tertutup akan memberikan variabel/ karakteristik produk yang disesuaikan berdasarkan survey pada kuesioner terbuka. Penilaian pada kuesioner tertutup menggunakan skala semantic differensial dan skala likert, yakni untuk melihat tingkat kesetujuan (degree of agreeness) dari responden terhadap suatu pertanyaan. Kuesioner tertutup terdiri atas dua bagian kuesioner yaitu:

a. Kuesioner Semantic Differensial b. Kuesioner Tingkat Kepentingan 3. Kuesioner Karakteristik Teknis

Kuesioner ini digunakan sebagai penentuan karakteristik teknis produk pada

house of quality. Penyebaran kuesioner ini dilakukan dengan melakukan

wawancara kepada pihak perusahaan. 4. Kuesioner Part Kritis

Kuesioner ini digunakan untuk mengetahui part kritis yang merupakan karakteristik komponen yang paling utama pada produksi spring bed yang didapat dengan penentuan tingkat hubungan antara masing-masing part kritis. Penyebaran kuesioner ini dilakukan dengan melakukan wawancara kepada pihak perusahaan.

4.10. Populasi dan Sampel

Menurut Sekaran, U (Sinulingga, Sukaria, 2012) populasi adalah keseluruhan anggota atau kelompok yang membentuk objek yang dikenakan


(42)

investigasi oleh peneliti. Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti. Ukuran sampel yang digunakan dalam tahap penyebaran kuesioner adalah: 1. Ukuran sampel pada Kuesioner Terbuka

Kuesioner terbuka ditujukan sebagai survei pendahuluan untuk mengetahui indikator-indikator yang berkaitan dengan keluhan konsumen terhadap produk spring bed. Keluhan yang telah dikumpulkan dijadikan salah satu dasar dalam menentukan atribut perbaikan dari produk spring bed. Ukuran sampel adalah sebanyak 30 orang. Menurut Urban and Hauser (1993) jumlah responden yang sesuai untuk mendapatkan kebutuhan konsumen berkisar antara 20 sampai 30 orang25.

2. Ukuran sampel pada kuesioner tertutup

Kuesioner tertutup semantic differential disebarkan kepada konsumen produk

spring bed. Pabrik menjual produknya secara langsung di beberapa toko,

yakni Toko Western Meubel terletak di Jalan Letjen Soeprapto, Toko Setia di Jalan Sutomo, dan Toko Indah Jaya Perabot di Pusat Pasar Petisah. Toko dengan rata-rata jumlah penjualan terbesar per bulan dijadikan tempat untuk melakukan penyebaran kuesioner. Oleh sebab itu, penelitian dilakukan dengan menjadikan konsumen toko spring bed di Pusat Pasar Petisah sebagai populasi. Ukuran populasi yang besar dan jumlahnya tidak diketahui dengan pasti menjadikan penentuan ukuran sampel yang digunakan untuk kuesioner

semantic differential menggunakan teknik ukuran sampel untuk proporsi

dengan jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak 97 orang responden.

25

Fiorenzo Franceschini, Advance Quality Function Deployment, (Boca Raton: St. Lucie Press, 2002), h. 39-40


(43)

Penentuan sampel untuk populasi besar dengan jumlah yang tidak diketahui menurut Sukaria26 digunakan rumus:

= 2�/2 -2 = ,9 2 , ,, 2 = 9 , ≈ 9 � Ket :

n : Jumlah Sampel

z : nilai z dengan tingkat keyakinan 95% maka nilai z = 1,96% (tabel distribusi normal)

p : proporsi yangakan ditaksir (sebesar 0,5 jika proporsi tidak diketahui) q : 1 - p

e : error atau kesalahan maksimum adalah 10% 3. Ukuran sampel untuk kuesioner karakteristik teknis

Ukuran sampel untuk kuesioner karakteristik teknis yang dipilih adalah 1 responden. Menurut 27Lou Cohen terjemahan dari Voice Of Costumer (VoC) menjadi Voice of Depelover disebut Substitute Quality Characteristics (SQCs). SQCs merupakan istilah yang digunakan untuk bagian internal dalam menggunakan bahasa teknis untuk menggambarkan produk atau jasa, sehingga rensponden yang dipilih berasal dari pabrik yaitu orang yang ahli

26

Sukaria Sinulingga, Metode Penelitian, (Cet III. Medan: USU Press, 2013), h. 216-217 27


(44)

Addison-terhadap proses produksi spring bed. Oleh sebab itu, kuesioner karakteristik teknik diberikan kepada manajer/kepala produksi.

4. Sampel pada Kuesioner Penentuan Part Kritis

28Menurut Ronald G Day sampel untuk penyebaran kuesioner part kritis

adalah pihak perusahaan yaitu manajer bagian produksi : “Pengalaman dari anggota tim dan orang yang ahli dapat digunakan untuk dapat menentukan

critical part requirement” (Ronald G Day,1993). Jumlah populasinya adalah 1 orang, maka sampelnya adalah 1 orang. Metode sampel yang digunakan adalah Judgment Sampling.

4.11. Pengolahan Data

Tahapan pengolahan data diawali dengan mengumpulkan data dari penyebaran kuesioner terbuka untuk mencari keluhan dari penggunaan produk

spring bed. Kemudian dilakukan penelusuran keinginan konsumen dengan

langkah-langkah Kansei Engineering. Kuesioner tingkat kepentingan kemudian dituangkan ke dalam penilaian tingkat kepentingan yang diuji validitas dan reliabilitasnya. Lalu dilanjutkan dengan membangun House of Quality berdasarkan atribut produk spring bed yang telah terkategori. HOQ merupakan

tools untuk mendapatkan respon teknis akan produk spring bed.

Uji validitas dan reliabilitas dilakukan terhadap hasil pengumpulan data yang menggunakan kuesioner tertutup yaitu kuesioner derajat kepentingan. Uji

28


(45)

Validitas, analisis korelasi dengan menggunakan rumus Korelasi Product Moment yang dikembangkan oleh Pearson, yaitu sebagai berikut:

= � ∑ − ∑ ∑

√[� ∑ 2− ∑ 2][� ∑ 2− ∑ 2] Keterangan:

R = koefisien korelasi antara X dan Y X = skor variabel independen X Y = skor variabel independen Y

Reliabilitas, koefisien Alpha Cronbach digunakan untuk mengukur reliabilitas instrumen yang pertanyaannya menggunakan skor dalam rentangan tertentu. Rumus yang digunakan dalam menghitung koefisien tersebut adalah sebagai berikut:

    

  

    

t b k

k

r 2

2

1

1 

Keterangan:

k = jumlah butir pertanyaan

b

2

 = varians butir pertanyaan

t

2

 = varians total butir pertanyaan

Langkah-langkah Uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada Gambar 4.4.


(46)

Uji Validitas dan Reliabilitas

Valid dan reliabel ?

Pembuatan dan Penyebaran Kuesioner Mulai

Tidak

Penyebaran Kuesioner

Data Hasil Kuesioner

Selesai

Ya

Sumber: Uji Validitas dan reliabilitas

Gambar 4.3. Flow Chart Uji Validitas dan Reliabilitas

Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan Kansei Engineering Blok diagram pengolahan data Kansei Engineering dapat dilihat pada Gambar 4.5.

Collection of Kansei Word Decision of strategy

Setting of SD scale of the Kansei Word

A list of Item/Category

Evaluation Experiment

Multivariate Statistical Analysis

Interpretation of the analyzed data

Sumber: Mitsuo Nagamichi (2011)

Gambar 4.4. Diagram Alir Kansei Engineering

Penjelasan dari langkah-langkah pengolahan Kansei Engineering terhadap produk spring bed adalah sebagai berikut


(47)

2. Pengumpulan kansei word. Kansei Word dapat diperoleh dari majalah, literatur (text book ataupun jurnal), pendapat ahli, wawancara dan lain sebagainya yang berhubungan dengan produk spring bed.

3. Penentuan penggunaan skala semantic differensial, skala yang digunakan adalah skala 5. Skala ini merupakan skala yang paling mudah di pahami dan paling mudah dilakukan.29

4. Pengumpulan sampel produk spring bed yang ada di pasaran.

5. Penentuan list item dan kategori yang menyiratkan spesifikasi desain tentang sampel produk spring bed yang telah dikumpulkan. Hasil list item dan kategori menjadi dasar dalam pembentukan stimuli.

6. Penyebaran kuesioner Semantic Differential

7. Pengolahan analisis statistik multivariat yang digunakan pada pengolahan kansei adalah Conjoint Analysis. Langkah-langkah analisis conjoint dapat dilihat pada Gambar 4.6.

Menghitung Nilai Constant

Menghitung Nilai Utility Menghitung rata-rata untuk

setiap Item atau Kategori

Analisis data

Sumber: Conjoint Analysis

Gambar 4.5. Diagram Alir Conjoint Analysis


(48)

House of Quality digunakan untuk mendapatkan karakteristik pelayanan

teknis yang bermutu dan sesuai dengan keinginan pelanggan. Pembangunan matriks HOQ dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

1. Identifikasi keinginan responden terhadap produk spring bed berdasarkan kebutuhan pelanggan yang dipilih dengan menggunakan Kansei Engineering 2. Penentuan tingkat kepentingan dengan menggunakan data modus jawaban

pada setiap atribut tentang proses produksi spring bed pada kuesioner tertutup.

3. Menetapkan karakteristik-karakteristik teknis produk spring bed.

Karakteristik teknis akan diperoleh dari hasil wawancara dan diskusi dengan pihak manajemen PT. Ivana Mery Lestari Matras.

4. Menetapkan hubungan antara karakteristik teknis produk yang diberikan oleh PT. Ivana Mery Lestari Matras.

5. Menetapkan tingkat hubungan antara karakteristik teknis dengan atribut produk. Tingkat hubungan yang dimaksud akan dimulai dari skala kuat, sedang, lemah, dan tidak berhubungan sama sekali.

6. Menyusun matriks perencanaan, merupakan hasil kalkulasi dari beberapa jenis data yang didapatkan dari proses sebelumnya. Tahapan penyusunan matriks perencanaan adalah:

a. Titik jual atau sales point

Titik jual ditentukan oleh peneliti melalui diskusi langsung dengan manajemen perusahaan tentang produk spring bed


(49)

Bobot kepentingan dihitung dengan menggunakan rumus:

Importance Weight = CIi x Rij

Dimana, CI = Customer Importance

Rij = Hubungan antara atribut kebutuhan responden dengan

karakteristik teknis

c. Perhitungan bobot kepentingan relatif atau relative weight Bobot kepentingan relatif dihitung dengan menggunakan rumus:

% 100 weight importance T otal i -ke atribut weight Importance weight

Relative  x

7. Membangun matriks House of Quality pengembangan karakteristik atribut produk, yang mana HOQ akan diisi berdasarkan data-data yang telah didapatkan pada langkah-langkah sebelumnya.

8. Menghitung ukuran kinerja House of Quality yang terdiri dari derajat kepentingan, tingkat kesulitan dan perkiraan biaya.

Tingkat Kesulitan 100%

tik teknis karakteris bobot tiap T otal tik teknis karakteris Bobot tiap x  100% x atribut dengan tik teknis karakteris bobot tiap T otal atribut dengan tik teknis karakteris Bobot tiap n kepentinga

Derajat 

Perkiraan biaya = 100%

kesulitan tingkat total atribut kesulitan tingkat 


(50)

Identifikasi Kebutuhan Pelanggan

Penentuan Tingkat Kepentingan

Menetapkan Karakteristik Teknis

Menetapkan Tingkat Hubungan Antara Karakteristik Teknis dengan Kebutuhan

Pelanggan

Menyusun Matriks Perencanaan/ Planning

Matriks

Menetapkan Hubungan Antara Karakteristik Teknis

Membangun Matriks House of Quality

Hitung Ukuran Kinerja HoQ

Sumber: Lou Cohen (1995)

Gambar 4.6. Diagram Alir Pembangunan House Of Quality QFD Fase I

Karakteristik teknis yang diperoleh dari QFD Fase I dijadikan sebagai input untuk melaksanakan pengolahan pada QFD Fase II. Karakteristik teknis prioritas ditentukan dengan menentukan rangking berdasarkan bobot yang terbesar dari tingkat kesulitan, derajat kepentingan dan perkiraan biaya. Langkah-langkah pengolahan QFD fase II yang digunakan sama dengan langkah-langkah yang ada pada QFD fase I.

1. Menetapkan karakteristik-karakteristik teknis produk berdasarkan prioritas karakteristik teknis dari QFD fase I.

2. Menetapkan part kritis dari hasil wawancara dan diskusi dengan pihak manajemen PT. Ivana Mery Lestari Matras.

3. Menetapkan hubungan antara part kritis yang telah ditetapkan dari pihak manajemen PT. Ivana Mery Lestari Matras.


(51)

4. Menetapkan tingkat hubungan antara karakteristik teknis dengan part kritis yang telah ditetapkan sebelumnya. Tingkat hubungan yang dimaksud adalah positif, negatif, dan tidak berhubungan sama sekali.

5. Menyusun matriks perencanaan, merupakan hasil rekapitulasi dari beberapa jenis data yang didapatkan dari proses sebelumnya.

6. Membangun matriks design depolyment 7. Menentukan bobot kepentingan desain

8. Penentuan usulan rancangan produk spring bed.

Pengolahan data QFD Fase II dapat dilihat pada Gambar 4.8. berikut. Menetapkan karakteristik teknis prioritas

berdasarkan QFD Fase I

Menetapkan part kritis

Menetapkan hubungan antara part kritis

Menetapkan hubungan antara karakteristik teknis dengan part kritis

Penentuan bobot kepentingan

Penentuan usulan rancangan produk spring bed

Membangun matriks Design Deployment

Sumber: Ronald G. Day (1995)

Gambar 4.7. Diagram Alir Pembangunan QFD Fase II

Axiomatic Design memerlukan parameter-parameter desain (Design


(52)

telah diperoleh. Input dari Axiomatic Design adalah technical matriks yang ada pada QFD fase II. Axiomatic Design dan QFD fase II menguraikan proses desain sebagai pemetaan antara domain. Kedua matriks antara matriks hubungan QFD fase II dan matriks desain Axiomatic Design memiliki arti yang sama yaitu mengungkapkan sensitivitas setiap WHATs (atau FR) relatif terhadap masing-masing dari HOWs (atau DP). Namun, QFD dan AD memanfaatkan matriks mereka dengan cara yang berbeda. Pengolahan data Axiomatic Design dapat dilihat pada Gambar 4.9. berikut

Proses Mapping

- Pengembangan kebutuhan fungsional (FR) dan parameter desain (DP) dengan

dekomposisi dan zigzagging process

- Menyusun matriks pemetaan ke dalam bentuk diagonal matriks atau triangular matriks.

Menghitung Nilai Information Content Mengukur Tingkat Coupling Desain

- Menghitung nilai Reangularity - Menghitung nilai Semangularity

Sumber : Axiomatic Design

Gambar 4.8. Langkah-langkah Pengolahan Axiomatic Design

4.12. Analisis Pemecahan Masalah

Data yang telah diolah kemudian dianalisis. Analisis dilakukan terhadap hasil identifikasi masalah-masalah yang terjadi di PT. Ivana Mery Lestari Matras untuk kemudian ditentukan pemecahan masalah tersebut.


(53)

4.13. Kesimpulan dan Saran

Langkah akhir yang dilaksanakan adalah penarikan kesimpulan penelitian dan pemberian saran untuk penelitian selanjutnya.


(54)

BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Data Desain Produk Awal dan Kuesioner Terbuka

Produk yang menjadi objek penelitian adalah spring bed 5 kaki dengan merk Melda Land tipe Selena, seperti ditunjukkan dalam Gambar 5.1.

Gambar 5.1. Spring Bed Melda Land 5 Kaki

Kuesioner terbuka disebarkan kepada 30 orang konsumen produk spring

bed. Penyebaran kuesioner dilakukan sebagai survey pendahuluan untuk

mengetahui apakah konsumen memiliki keluhan terhadap desain produk spring

bed yang ada saat ini.

Berdasarkan penyebaran kuesioner diketahui bahwa konsumen memiliki keluhan terhadap desain produk spring bed yang ada saat ini. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui desain yang sesuai keinginan konsumen. Penelusuran minat atau keinginan konsumen terhadap produk


(55)

5.2. Kansei Engineering

5.2.1. Decision of Strategy

Tahapan Kansei Engineering diawali dengan penentuan strategi perancangan. Decision of Stategy dari perusahaan adalah perbaikan perancangan produk spring bed yang sesuai dengan psikologis konsumen.

5.2.2. Collecting of Kansei Word

Kata-kata Kansei (Kansei Words) merupakan kata-kata sifat terhadap perasaan psikologis manusia yang dikumpulkan dari berbagai sumber yang dapat mewakili produk yang akan dirancang. Kata-kata ini dapat diperoleh dari majalah, literatur (text book ataupun jurnal), pendapat ahli, wawancara dan lain sebagainya.

Kansei word yang telah dikumpulkan dari jurnal dapat dilihat pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3. Kansei Word

No Kansei Word No Kansei Word

1 Nyaman (Comfortable) 11 Elastis (Elastic)

2 Unik (Uniqe) 12 Kasual (Casual)

3 Empuk (Soft) 13 Elegan (Elegant)

4 Sederhana (Simple) 14 Murah (Cheap)

5 Polos (Plain) 15 Sporty (Sporty)

6 Ergonomis (Ergonomic) 16 Menarik (Attractive)

7 Aman (Safe) 17 Multifungsi (Usable)

8 Kuat (Powerful) 18 Tidak Licin (Not Slippery) 9 Modern (Modern) 19 Proporsional (Proportioned) 10 Awet (Durable) 20 Bewarna (Colorful)


(56)

Kata kansei yang terpilih kemudian direduksi untuk mendapatkan kata

kansei yang paling penting dan relevan terhadap produk. Hasil reduksi kata kansei

terpilih dapat dilihat pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4. Hasil Reduksi Kansei Word

No Kansei Word

1 Empuk (Soft)

2 Nyaman (Comfortable) 3 Elegan (elegant)

4 Ergonomis (Ergonomic) 5 Awet (Durable)

6 Menarik (Attractive) 7 Elastis (Elastic)

Kata Kansei ini yang kemudian akan menjadi parameter penilaian dalam kuesioner Semantic Differential.

5.2.3. Setting of SD Scale of the Kansei Words

Kata negatif dari kata positif kansei yang terpilih disusun. Selanjutnya ditentukan skala penilaian yang digunakan yaitu penilaian skala semantic

differential 5-point. Penetapan skala semantic differential yang digunakan adalah

skala 5 karena skala ini merupakan skala yang terbaik dibandingkan dengan skala 7, 9 dan 11 (Mitsuo Nagamachi, 2011). Hasil penetapan skala semantic


(57)

Tabel 5.5. Skala Semantic Differential

Kansei Negatif Penilaian Kansei Positif

1 2 3 4 5

Keras Empuk

Tidak Nyaman Nyaman

Tidak Elegan Elegan

Tidak Ergonomis Ergonomis

Mudah Rusak Awet

Tidak Menarik Menarik

Tidak Elastis Elastis

5.2.4. Collection of Product Samples

Produk sampel terkait dengan spring bed dikumpulkan. Produk yang telah dikumpulkan selanjutnya dijadikan dasar dalam menetukan atribut dari produk

spring bed. Sampel produk spring bed dikumpulkan berdasarkan buku produk, survey pasar, wawancara dan observasi langsung ke lapangan.

5.2.5. A list of Item / Category

A list of Item / Category merupakan daftar item dan kategori yang

menyiratkan spesifikasi desain tentang produk sampel yang telah dikumpulkan. Produk spring bed yang dikumpulkan diurutkan berdasarkan item dan kategori. Hasil pengurutan item dan kategori dapat dilihat pada Tabel 5.6.

Kemudian dilakukan kombinasi hasil pengurutan item dan kategori dari produk spring bed untuk mendapatkan desain produk baru. Pembentukan stimuli dilakukan dengan cara berdiskusi dengan pihak PT. Ivana Mery Lestari Matras.


(58)

Proses stimuli menghasilkan sebanyak 192 kombinasi desain. Jumlah stimuli secara teoritis perkalian antara faktor (kategori) adalah:

Jumlah stimuli = Faktor 1 x Faktor 2 x Faktor 3 x ….. x Faktor n

Jumlah stimuli = 2 x 2 x 2 x 2 x 3 x 4 = 192 stimuli.

Hal ini berarti setiap responden secara teoritis harus memberi pendapat tehadap 192 kombinasi. Jumlah stimuli yang terlalu banyak tidak memungkinkan untuk dilakukan penilaian oleh responden, oleh sebab itu dilakukan pengurangan stimuli dengan menghitung jumlah stimuli minimal. Perhitungan jumlah minimum stimuli sebagai berikut.

Minimum stimuli = jumlah level – jumlah faktor + 1 Minimum stimuli = (2 +2 + 2 + 2 + 3 + 4) – 6 + 1 = 10 stimuli

Jumlah kombinasi yang dibuat berdasarkan perhitungan adalah sebanyak 10 kombinasi desain yang kemudian dijadikan pertanyaan kuesioner semantic

differential. Kesepuluh desain di atas menjadi desain yang dibandingkan dalam

kuesioner Semantic Differential.

5.2.6. Evaluasi Eksperimen

Kombinasi dari desain produk spring bed dievaluasi responden berdasarkan penilaian kata kansei pada kuesioner semantic differential. Kuesioner

semantic differential diberikan kepada 97 orang responden.

Sebelum melakukan analisis multivariat terhadap kuesioner Semantic

Differential, terlebih dahulu dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas untuk


(59)

5.2.6.1. Uji Validitas Data Kuesioner Semantic Differential

Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan persamaan korelasi

product moment (Pearson). Pengujian validitas dilakukan dengan menentukan

variabel independen (bebas) yang kemudian diberi simbol X dan variabel dependen (terikat) yang diberi simbol Y terlebih dahulu. Variabel independen adalah jumlah nilai yang diperoleh dari kuesioner untuk setiap masing-masing desain, sedangkan variabel dependen adalah total dari nilai seluruh desain

Uji validitas desain 1 dihitung dengan rumus:





0,299 r ) 17945 ( ) 3331497 ( 97 ) 2146 ( ) 48500 ( 97 ) 17945 )( 2146 ( ) 398044 ( 97 ) ( ) ( ) )( ( 2 2 1 2 2 2 2         

 

r Y Y N X X N Y X XY N rxy

Besar koefisien korelasi product moment untuk desain 1 adalah 0,299. Koefisien product moment untuk taraf signifikan 5%, diperoleh nilai kritis sebagai berikut:

Nilai kritis untuk taraf signifikan 5% dengan df 97 - 2 = 95 sebesar 0,200. Karena nilai r hitung > r tabel, maka data untuk atribut 1 dinyatakan valid.

Berdasarkan Tabel 5.24. dapat dilihat bahwa seluruh koefisien korelasi

Product Moment lebih besar dari 0,200 maka dapat disimpulkan bahwa atribut

pertanyaan pada kuesioner adalah valid atau dengan kata lain terdapat konsistensi internal dalam variabel tersebut.


(1)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

1.1. Pertumbuhan Jumlah Rumah Tangga di Indonesia ... I-2 1.2. Data Jumlah Penjualan Spring Bed ... I-2 1.3. Keluhan Konsumen Terhadap Produk Spring Bed ... I-3 3.1. Atribut Produk ... III-2 3.2. Conjoint Analysis Data ... III-24 4.1. Definisi Variabel Operasional ... IV-3 4.2. Jumlah Penjualan Produk Spring Bed ... IV-11 5.1. Spesifikasi Produk Spring Bed Melda Land 5 Kaki Tipe Selena ... V-1 5.2. Keluhan Konsumen Terhadap Produk Spring Bed ... V-2 5.3. Kansei Word ... V-3 5.4. Hasil Reduksi Kansei Word ... V-4 5.5. Skala Semantic Differential ... V-5 5.6. Pengurutan Item dan Kategori Produk Spring Bed ... V-6 5.7. Kombinasi Desain ... V-7 5.8. Rekapitulasi Jawaban Responden Untuk Desain I ... V-8 5.9. Rekapitulasi Jawaban Responden Untuk Desain II ... V-11 5.10. Rekapitulasi Jawaban Responden Untuk Desain III ... V-14 5.11. Rekapitulasi Jawaban Responden Untuk Desain IV ... V-17 5.12. Rekapitulasi Jawaban Responden Untuk Desain V ... V-20 5.13. Rekapitulasi Jawaban Responden Untuk Desain VI ... V-23 5.14. Rekapitulasi Jawaban Responden Untuk Desain VII... V-26 5.15. Rekapitulasi Jawaban Responden Untuk Desain VIII ... V-29 5.16. Rekapitulasi Jawaban Responden Untuk Desain IX ... V-32 5.17. Rekapitulasi Jawaban Responden Untuk Desain X ... V-35 5.18. Rekapitulasi Nilai X dan Y ... V-38 5.19. Hasil Perhitungan Validitas Semantic Differential ... V-42 5.20. Rekapitulasi Nilai Mean ... V-45 5.21. Nilai Deviasi Kuesioner Semantic Differential ... V-46


(2)

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL HALAMAN

5.22. Atribut Desain Spring Bed Terpilih dan Aktual ... V-48 5.23. Rekapitulasi Kuesioner Tingkat Kepentingan ... V-48 5.24. Uji Validitas Atribut 1 ... V-52 5.25. Hasil Perhitungan Validitas Derajat Kepentingan ... V-55 5.26. Perhitungan Varians Tiap Atribut ... V-56 5.27. Customer Requirement (CR) terhadap Perbaikan Produk Spring

Bed... V-58 5.28. Customer Importance (CI) ... V-59 5.29. Tingkat Kepuasan Konsumen untuk Setiap Variabel ... V-59 5.30. Keterangan Nilai Sales Point ... V-60 5.31. Nilai Sales Point Variabel Kebutuhan Konsumen ... V-60 5.32. Rasio Perbaikan setiap Variabel Kebutuhan ... V-61 5.33. Rasio Perbaikan setiap Variabel Kebutuhan ... V-61 5.34. Bobot Relatif untuk Setiap Variabel ... V-62 5.35. Karakteristik Teknis Produk Spring bed ... V-63 5.36. Kategori Tingkat Kesulitan ... V-66 5.37. Prioritas Perbaikan Terhadap Atribut Terpilih dari Kansei

Engineering ... V-69 5.38. Karakteristik Teknik Produk Spring Bed ... V-70 5.39. Part Kritis Produk Spring Bed ... V-71 5.40. Rekapitulasi Perhitungan Tingkat Kesulitan ... V-74 5.41. Rekapitulasi Perhitungan Derajat Kepentingan ... V-75 5.42. Rekapitulasi Perhitungan Perkiraan Biaya ... V-76 5.43. Prioritas Perbaikan Desain ... V-78 5.44. Dekomposisi Kebutuhan Fungsional (FR) dan Parameter


(3)

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL HALAMAN

5.46. Dekomposisi Kebutuhan Fungsional (FR) dan Parameter

Desain pada Durability Spring Bed... V-83 5.47. Rekapitulasi Hasil Dekomposisi FR dan DP ... V-83 5.48. Data Aktual Perusahaan Terhadap Functional Requirements ... V-84 5.49. Pemetaan FR-DP Level 1 ... V-86 5.50. Pemetaan FR-DP Level 1 ... V-86 5.51. Proses Pemetaan Level 2 FR1-DP1, FR2-DP2 dan FR3-DP3 ... V-87 5.52. Proses Pemindahan FR 2.3/DP 2.3 dengan FR 2.1/DP 2.1 ... V-88 5.53. Proses Pemindahan FR 3.2/DP 3.2 dengan FR 3.1/DP 3.1 ... V-89 5.54. Proses Pemindahan FR 3.2/DP 3.2 dengan FR 2.2/DP 2.2 ... V-89 5.55. Parameter Desain Masing-masing FR ... V-90 5.56. Hasil Pengukuran Coupling Design ... V-93 5.57. Rekapitulasi Nilai Total Konten Informasi ... V-95 5.58. Perbandingan Atribut Aktual dan Usulan Produk Spring Bed ... V-96 6.1. Hasil Perhitungan Validitas Kuesioner Kansei ... VI-1 6.2. Nilai Utilitas Kansei Word setiap Desain... VI-2 6.3. Atribut Produk Kategori Awal dengan Atribut Produk Terpilih .... VI-3 6.4. Hasil Perhitungan Validitas Kuesioner Tertutup ... VI-4 6.5. Nilai Net Sales, Importance Weight dan Relative Weight ... VI-4 6.6. Prioritas Perbaikan Terhadap Atribut Terpilih dari Kansei

Engineering ... VI-5 6.7. Prioritas Perbaikan Desain ... VI-7 6.8. Hasil Desain ... VI-8 6.9. Hasil Pengukuran Coupling Design ... VI-8 6.10. Perhitungan Information Content ... VI-9 6.11. Perbandingan Atribut Aktual dan Usulan Produk Spring Bed ... VI-10


(4)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

3.1. House Of Quality ... III-9 3.2. Matriks Design Deployment ... III-12 3.3. Proses Pemetaan (Mapping) pada Empat Domain Utama

Axiomatic Design ... III-14 3.4. Kategori Desain Berdasarkan Independence Axiom ... III-16 3.5. Pilihan untuk Mencapai Kansei ... III-18 3.6. Langkah-langkah Kansei Engineering Tipe I ... III-19 3.7. Skema Analisis Data Eveluasi Kansei dengan Teknik Analisis

Multivariat... III-22 4.1. Kerangka Konseptual Penelitian ... IV-3 4.2. Blok Diagram Langkah-langkah Penelitian ... IV-5 4.3. Flow Chart Uji Validitas dan Reliabilitas ... IV-15 4.4. Diagram Alir Kansei Engineering ... IV-15 4.5. Diagram Alir Conjoint Analysis... IV-16 4.6. Diagram Alir Pembangunan House Of Quality QFD Fase I ... IV-19 4.7. Diagram Alir Pembangunan House Of Quality QFD Fase II ... IV-20 4.8. Langkah-langkah Pengolahan Axiomatic Design ... IV-21 5.1. Spring bed Melda Land 5 Kaki ... V-1 5.2. Sampel Produk Spring Bed ... V-5 5.3. Hubungan Antar Karakteristik Teknik Produk Spring Bed ... V-64 5.4. Matriks Antara CR dengan Karakteristik Teknis Produk Spring

Bed ... V-65 5.5. Penentuan Tingkat Kesulitan, Derajat Kepentingan dan Perkiraan

Biaya ... V-67 5.6. QFD Fase I Perbaikan Desain Produk Spring Bed ... V-58 5.7. Hubungan Part Kritis Produk Spring Bed ... V-72


(5)

DAFTAR GAMBAR (Lanjutan)

GAMBAR HALAMAN

5.9. Penentuan Tingkat Kesulitan, Derajat Kepentingan dan Perkiraan

Biaya ... V-76 5.10. QFD Fase II Produk Spring Bed ... V-77 6.1. Ukuran Kinerja QFD Fase I ... VI-5 6.2. Ukuran Kinerja QFD Fase II... VI-6


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

1. Kuesioner Keluhan... L-1 2. Kuesioner Semantic Differential ... L-2 3. Kuesioner Tingkat Kepentingan ... L-3 4. Kuesioner Karakteristik Teknik ... L-4 5. Kuesioner Penentuan Hubungan Karakteristik Teknik... L-5 6. Kuesioner Part Kritis ... L-6 7. Kuesioner Penentuan Hubungan Part Kritis... L-7 8. Tabel R Product Moment ... L-8 9. Form Tugas Akhir... L-9 10. Surat Penjajakan... L-10 11. Surat Balasan ... L-11 12. Surat Keputusan Tugas Akhir ... L-12 13. Lembar Asistensi ... L-13