Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

commit to user 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekarang ini masalah etika telah menjadi perhatian kalangan pelaku bisnis. Tidak terkecuali pada perusahaan sewa beli atau perusahaan dagang yang penjualannya dilakukan secara kredit dan tunai sekaligus. Velasquez 2005 berpendapat bahwa etika seharusnya diterapkan dalam bisnis dengan menunjukkan bahwa etika mengatur semua aktivitas manusia yang disengaja dan karena bisnis merupakan aktivitas manusia yang disengaja, etika hendaknya juga berperan dalam bisnis. Mathis dan Jackson 2002 juga menyatakan bahwa etika bisnis saat ini tengah menjadi soroton oleh sebagian besar kalangan pebisnis. Hal ini dikarenakan etika bisnis merupakan panduan bagi pebisnis dalam menjalankan usahanya. Etika bisnis juga diperlukan untuk menghindarkan pebisnis dari tindakan-tindakan yang tidak etis. Dengan adanya etika dalam berbisnis ini, diharapkan mampu menekan hal-hal tidak etis dalam berbisnis karena dalam etika bisnis tercantum aturan atau cara bermain yang jelas dalam menjalankan bisnis serta sangsi yang tegas. Etika bisnis juga mempunyai peran penting dalam pembentukan iklim etis di perusahaan. Martin dan Cullen dalam Deshpande et al., 2009 mengidentifikasi iklim etis sebagai pencerminan prosedur, kebijakan, dan commit to user 2 prakteknya di dalam organisasi dengan konsekuensi moral. Dalam penerapannya, iklim etis juga dipengaruhi oleh peran kepemimpinan. Grojean et al., dalam Mulki et al., 2009 berpendapat bahwa pemimpin berperan dalam membentuk iklim etis dengan menempatkan dan menerapkan kebijakan etis dan prakteknya. Salah satu bentuk kepemimpinan yang dapat mendorong iklim etis adalah kepemimpinan instrumental. Evan dalam Mulki et al., 2009 menyatakan bahwa seorang pemimpin dengan gaya kepemimpinan instrumental akan menggambarkan aktivitas kelompok, menjelaskan aturan-aturan pada tiap karyawan yang diharapkan akan diterapkan, dan juga menetapkan petunjuk tugas yang jelas. Pendapat lain yang dikemukakan oleh Gini et al., dalam Mulki et al., 2009 menyatakan bahwa kepemimpinan instrumental dapat menciptakan iklim yang etis dalam organisasi dengan mengatur suatu standar etika yang jelas serta kepemilikan karyawan yang bertanggung jawab untuk mengikuti standar etika yang telah ditetapkan. Dengan adanya peraturan mengenai standar etika yang berlaku dalam organisasi, maka karyawan harus mengikutinya sehingga iklim etis dapat terbentuk. Dalam hal ini pemimpin instrumental berperan sebagai kontrol dalam praktek penerapan standar etika yang berlaku dengan memberikan sangsi tegas bagi karyawan yang melanggar. Iklim etis tidak hanya dipengaruhi oleh kepemimpinan instrumental. Tapi dalam prakteknya, iklim etis juga berpengaruh pada kepuasan pada supervisor atau pimpinan. Cullen et al., dalam Ming dan Chun, 2008 commit to user 3 berpendapat bahwa iklim etis adalah suatu jenis iklim pekerjaan organisatoris, yang mana didasarkan pemahaman sebagai iklim kelompok yang menentukan pencerminan prosedur organisasi, kebijakan, dan praktek dengan konsekuensi moral. Penerapan iklim etis dalam suatu organisasi dapat membantu karyawan dalam menghadapi dilema etis. Penerapan iklim etis oleh karyawan dalam organisasi diawasi oleh supervisor masing-masing bagian. Jika supervisor mereka dapat menjalankan fungsi pengawasan mereka dengan baik, maka karyawan akan merasa sangat terbantu jika mereka menghadapi dilema etis. Dengan demikian mereka akan puas terhadap kinerja supervisor mereka. Chonko et al., dalam Mulki et al., 2009 mencatat bahwa ketika tenaga penjual merasa percaya pada perusahaan dan supervisor mereka, itu akan mengurangi sifat mudah tersinggung dan akan meningkatkan kepuasan dengan organisasi terutama kepuasan pada supervisor. Hal ini dikarenakan iklim etis yang diterapkan dalam perusahaan dapat memberikan arahan serta petunjuk kerja yang jelas sehingga para karyawan dapat terhindar dari tindakan tidak etis. Dengan demikian mereka dapat bekerja dengan nyaman dan merasa puas dengan pekerjaaan mereka. Jika karyawan puas dengan pekerjaan mereka, maka secara otomatis mereka juga akan merasa puas dengan supervisor mereka karena terciptanya iklim etis juga tidak lepas dari peran supervisor. Hal ini disebabkan karena supervisor bertanggung jawab untuk memberikan supporting, coaching, serta mentoring para karyawan. commit to user 4 Suatu iklim etis organisasi diatur menurut peraturan dan standar etika. Aturan dan standar etika ini mengatur perilaku karyawan. Aturan dan standar etika ini memberikan petunjuk yang jelas dalam penerapan iklim etis oleh karyawan dalam organisasi serta sangsi yang tegas. Aturan serta standar etika ini juga mengatur perilaku dari tenaga penjual saat mereka berhubungan dengan konsumen. Hal ini dikarenakan para tenaga penjual sangat rentan akan perilaku tidak etis saat berhubungan dengan konsumen akibat tekanan pekerjaan yang cukup tinggi seperti adanya target penjualan yang ditetapkan organisasi serta persaingan yang cukup ketat antar tenaga penjual. Dalam hal inilah supervisor harus memberikan petunjuk serta bimbingan yang baik agar mempermudah pekerjaan tenga penjual. Ketika supervisor menetapkan petunjuk yang membantu pelaksanaan penjualan tanpa membahayakan hubungan dengan pelanggan atau karir individu tenaga penjual, maka tenaga penjual akan merasa senang. Johlke et al., dalam Mulki et al., 2009 mengemukakan bahwa sejak petunjuk etis ini diterapkan, maka akan membantu meningkatkan kepuasan dengan organisasi terutama sekali kepuasan pada supervisor. Penelitian yang dilakukan oleh Schwepker dalam Jaramillo, 2007 menunjukkan bahwa iklim etis memiliki dampak pada kepuasan tenaga penjual. Oleh karenanya, selain berpengaruh pada kepuasan terhadap supervisor, iklim etis juga dapat berpengaruh pada kepuasan kerja. Terciptanya iklim etis dalam organisasi dapat membantu karyawan saat berhadapan dengan dilema etis dalam pekerjaan mereka karena mereka commit to user 5 mengetahui standar aturan yang jelas yang berlaku dalam organisasi. Karyawan dalam hal ini tenaga penjual yang merasa bahwa organisasi tempat mereka bekerja merupakan organisasi yang etis, maka mereka cenderung akan menghindari tindakan atau cara-cara yang tidak etis dalam melakukan penjualan Farland et al., dalam Mulki et al., 2009. Mathis dan Jackson 2002 berpendapat bahwa dengan penerapan iklim etis di perusahaan, karyawan perusahaan tersebut dapat bekerja maksimal karena mereka tahu petunjuk serta standar etika yang jelas dalam melaksanakan pekerjaan mereka sehingga mereka dapat terhindar dari permasalahan- permasalahan yang akhirnya mereka akan merasa puas dengan pekerjaan mereka. Dickson et al., dalam Mulki et al., 2009 mengindikasikan bahwa perilaku kepemimpinan merupakan penentu yang penting dalam menciptakan iklim etis di suatu organisasi. Namun pada penerapannya, penelitian mengenai peran kepemimpinan instrumental pada iklim etis dan perilaku masih kurang Mulki et al., 2009. Penelitian-penelitian terdahulu mengenai gaya kepemimpinan biasanya hanya dihubungkan dengan komitmen organisasi,turnover karyawan, kinerja serta kepuasan. Masih sangat jarang yang mengkaitkan dengan perilaku dan iklim etis di suatu organisasi. Grisaffe et al., dalam Mulki et al., 2009 juga menyatakan bahwa tindakan seorang pemimpin yang mendorong ke arah pengembangan iklim etis memiliki arti penting bagi para praktisi dan akademisi untuk membuktikan hubungan antara etika yang baik dengan commit to user 6 bisnis yang baik pula. Oleh karenanya topik penelitian ini menarik untuk dilakukan oleh peneliti dan dikaji lebih mendalam. Penelitian ini juga dilatarbelakangi masalah etis yang dihadapi oleh hampir tiap organisasi. Dalam hal ini tidak terkecuali pada perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan yang penjualannya dilakukan secara kredit dan tunai. Perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan yang penjualannya dilakukan secara kredit dan tunai sekaligus memiliki peran penting dalam masyarakat karena dapat mempermudah masyarakat yang akan menjadi konsumen dalam membeli barang yang mereka inginkan tanpa ragu karena pembayaran dapat dilakukan secara kredit atau tunai. Oleh karena itu perusahaan seperti ini biasanya memiliki banyak tenaga penjual karena mereka harus mengadakan sosialisasi tentang perusahaan dan tentang produk apa yang disediakan perusahaan untuk dijual. Penelitian ini diperlukan bagi perusahaan yang bergerak dalam perdagangan secara kredit dan tunai dikarenakan dapat membantu manajemen perusahaan untuk dapat memantau seberapa kuat iklim etis organisasi yang telah diterapkan oleh perusahaan dipatuhi oleh karyawan. Selain itu juga dapat membantu manajemen perusahaan dalam menilai apakah kepuasan kerja karyawan telah terpenuhi serta pencapaian kinerja dari karyawan. Perusahaan juga dapat mengetahui gaya kepemimpinan yang seperti apa yang harus diterapkan agar iklim etis dapat terbentuk di perusahaan serta bagaimana perusahaan menerapkan iklim etis tersebut commit to user 7 agar para karyawan dapat berperilaku secara etis dalam melaksanakan pekerjaan mereka. Salah satu perusahaan dagang yang penjualannya dilakukan secara tunai dan kredit yang cukup besar adalah PT. Colombus Sarana Mandiri unit bisnis Solo. PT. Columbus Sarana Mandiri Unit Bisnis Solo merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang Sewa Beli atau yang biasa masyarakat katakan dengan penjualan secara kredit khususnya penjualan peralatan dan perabot rumah tangga. Tulang punggung utama dalam penjualan tersebut adalah dengan mengandalkan tenaga penjualan Mengingat rentannya dunia bisnis tidak terkecuali perusahaan sewa beli dengan tindakan tidak etis, maka tidak ada salahnya jika manajemen PT. Colombus Sarana Mandiri unit bisnis Solo memperhatikan juga penerapan iklim etis di lingkungan perusahaan. Hal ini dikarenakan banyak terjadi persaingan antar sesama tenaga penjual di PT. Colombus Sarana Mandiri unit bisnis Solo dan perusahaan yang bergerak dibidang yang sama. Hal ini menimbulkan suatu kecenderungan iklim etis dalam berbisnis di bidang sewa beli ini sangat riskan akan tindakan-tindakan yang tidak pantas. Tindakan yang tidak pantas ini karena terjadi persaingan karyawan di perusahaan yang sama atau perusahaan yang berbeda yang harus mencapai target penjualan sehingga terkadang tenaga penjual menghalalkan segala cara termasuk membelot dari aturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan yang bersangkutan demi tercapainya target penjualan yang telah ditentukan. Untuk itulah suatu iklim etis perlu commit to user 8 diterapkan dalam organisasi. Dengan adanya iklim etis yang dibangun oleh organisasi, maka para karyawan tak terkecuali tenaga penjual akan mempunyai pandangan yang jelas tentang bagaimana mereka harus bertindak dalam melakukan pekerjaan mereka dan terhindar dari tindakan- tindakan yang tidak etis. Untuk membangun suatu iklim etis tersebut, maka diperlukan pengendalian dari pemimpin agar norma-norma etis dalam promosi dan penjualan dapat terjamin. Dalam hal ini, diperlukan suatu peran kepemimpinan yang mampu memfasilitasi suatu gerakan akan pentingnya menjunjung tinggi iklim etis dengan menempatkan dan menerapkan kebijakan etis dan prakteknya. Atas dasar pemaparan di atas, peneliti melakukan penelitian ini pada tenaga penjual di PT. Colombus Sarana Mandiri unit bisnis Solo, karena PT. Colombus Sarana Mandiri unit bisnis Solo merupakan perusahaan sewa beli yang memiliki cukup banyak tenaga penjual. Diharapkan melalui penelitian ini dapat dikembangkan peran kepemimpinan instrumental pada iklim etis dan perilaku tenaga penjual. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “PERAN KEPEMIMPINAN INSTRUMENTAL PADA IKLIM ETIS DAN PERILAKU TENAGA PENJUAL Studi Pada Tenaga Penjual PT. Colombus Sarana Mandiri unit bisnis Solo” . commit to user 9

B. Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Job Involvement pada Kepuasan Kerja bagi Tenaga Penjual.

0 0 23

PENGARUH PERILAKU ETIS DAN ORIENTASI PELANGGAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN TENAGA PENJUAL ASURANSI JIWA BUMI PUTERA 1912 DI JOMBANG.

0 3 75

PENGARUH PERILAKU ETIS DAN ORIENTASI PELANGGAN TERHADAP KINERJA TENAGA PENJUAL (STUDI PADA INDUSTRI ASURANSI JIWA DI SEMARANG ) - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 120

Pengaruh Kemampuan Menjual, Desain Wilayah Penjualan, Sistem Kontrol Tenaga Penjual dan Pelatihan Terhadap Kinerja Tenaga Penjual pada PT Bintang Balige Jaya di Balige

0 0 16

Pengaruh Kemampuan Menjual, Desain Wilayah Penjualan, Sistem Kontrol Tenaga Penjual dan Pelatihan Terhadap Kinerja Tenaga Penjual pada PT Bintang Balige Jaya di Balige

0 0 2

Pengaruh Kemampuan Menjual, Desain Wilayah Penjualan, Sistem Kontrol Tenaga Penjual dan Pelatihan Terhadap Kinerja Tenaga Penjual pada PT Bintang Balige Jaya di Balige

0 0 8

Pengaruh Kemampuan Menjual, Desain Wilayah Penjualan, Sistem Kontrol Tenaga Penjual dan Pelatihan Terhadap Kinerja Tenaga Penjual pada PT Bintang Balige Jaya di Balige

0 0 22

Pengaruh Kemampuan Menjual, Desain Wilayah Penjualan, Sistem Kontrol Tenaga Penjual dan Pelatihan Terhadap Kinerja Tenaga Penjual pada PT Bintang Balige Jaya di Balige

0 0 4

Pengaruh Kemampuan Menjual, Desain Wilayah Penjualan, Sistem Kontrol Tenaga Penjual dan Pelatihan Terhadap Kinerja Tenaga Penjual pada PT Bintang Balige Jaya di Balige

0 0 4

PENGARUH PERILAKU ETIS DAN ORIENTASI PELANGGAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN TENAGA PENJUAL ASURANSI JIWA BUMI PUTERA 1912 DI JOMBANG SKRIPSI

0 1 20