Program Pendidikan Nonformal Pendidikan Nonformal

Sumardiono 2007: 8 ada beberapa kelebihan dari homeschooling yaitu, homeschooling memungkinkan penyesuaian pendidikan secara individual, homeschooling lebih memberikan peluang untuk kemandirian dan kreativitas individual, homeschooling memaksimalkan potensi anak, homeschooling proses pembelajarannya berdasarkan kegiatan sehari-hari, dalam homeschooling pertumbuhan nilai - nilai anak sopan santun, etika terhadap keluarga relative terlindungi, biaya homeschooling bisa disesuaikan dengn kondisi keluarga. Selain kelebihan juga terdapat beberapa kekurangan yakni, membutuhkan komitmen dan keterlibatan tinggi dari orang tua, memiliki kompleksitas yang tinggi, serta ada resiko kurangnya kemampuan bekerja dalam tim.

b. Legalitas dan Kesetaraan Homeschooling

Sebagaimana termuat dalam UUD 1945 pasal 31 dan dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, bahwa intinya setiap warga negara Indonesia berhak mendapatkan pendidikan yang berkualitas, dan setiap warga negara Indonesia berhak memilih model pendidikan sesuai dengan minat, bakat, kebutuhan, serta kemampuan selama tidak melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penyelenggaraan pendidikan anak oleh keluarga sebagaimana yang dilakukan dalam homeschoolong merupakan tindakan legal dan dijamin oleh hukum. Pernyataan ini dikuatkan oleh UU no 20 Tahun 2003 pada pasal 7yang menyebutkan bahwa “Orang tua berhak berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh informasi tentang perkembangan pendidikan anaknya ”. Lebih lanjut lagi pasal 8 dalam peraturan yang sama menyebutkan bahwa “Masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan. ” Orang tua merupakan bagian dari masyarakat. Jalur pendiidikan nonformal dan kesetaraan pada awalnya ditujukan untuk peningkatan pelayanan pendidikan bagi masyarakat yang tidak terjangkau dengan pendidikan formal. Pendidikan ini dikembangkan sebagai sarana peningkatan akses pendidikan dan pemberantasan buta huruf. Dalam perkembangnnya pendidikan nonformal dan pendidikan kesetaraan mengalami evolusi, dan kini pendidikan tersebut menyediakan berbagai model layanan pembelajaran bagi masyarakat. Salah satu model layanan pendidikan yang dimaksud adalah homeschooling. Sumardiono 2007: 70 memberikan pengertian tentang pendidikan kesetaraan, yaitu pendidikan nonformal dengan standar kometensi lulusan yang sama dengan sekolah formal, tetapi konten, konteks, metodologi, dan pendekatan untuk mencapai standar kompetensi lulusan tersebut lebih memberikan konsep-konsep terapan, tematik, induktif, yang terkait dengan permasalahan lingkungan dan pelatihan kecakapan hidup berorientasi kerja atau berusaha mandiri. Ujian kesetaraan dimaksudkan untuk menyetarakan lulusan pendidikan nonformal dengan pendidikan formal, sehingga lulusan pendidikan nonformal bisa melanjutkan pendidikan lebih tinggi di jalur formal. Ujian kesetaraan bagi keluarga homeschooling bersifat optional pilihan. Jika keluarga homeschooling menginginkan agar hasil pendidikan mereka dapat diintegrasikan dengan Sisdiknas, siswa homeschooling harus mengikuti ujian kesetaraan. Dan tentu agar siswa mampu untukmengikuti ujian kesetaraan, 2 keluarga homeschooling harus mengintegrasikan bahan yang diujikan dalam ujian kesetaraan ke dalam materi homeschooling.

c. Model Homeschooling

Sumardiono 2007: 34-36 menjabarkan beberapa model pendekatan dalam homeschooling yang dirangkum dari beberapa ahli, yaitu: 1 Textbook Traditional School School at-home Approach , adalah model pendidikan yang serupa dengan yang diselenggarakna di sekolah. Hanya saja tempatnya bukan di sekolah tetapi di rumah. 2 Unit Studies Approach, adalah model pendidikan yang berbasi pada tema. Pada pendekatan ini orang tua memberikan tema tertentu kepada anak dengan mengintegrasikan semua mata pelajaran matematika, IPA, IPS, bahasa ke dalam tema tersebut. 3 The Living Books Approach, dikembangkan oleh Charlotte Mason. Pendekatan ini mengajarkan kebiasaan baik, keterampilan dasar, serta mengekspos anakdengan pengalaman nyata, seperti berjalan- jalan, mengunjungi museum, berbelanja ke pasar, mencari informasi di perpustakaan, menghadiri pameran, dan sebagainya. 4 The Classical Approach, model ini menggunakan kurikulum yang distrukturkan berdasar tiga tahap perkembangan anak. Penekanan model ini adalahkemampuan ekspresi verbal dan menulis 5 The Waldorf Approach, dikembangkan oleh Rudolph Steiner, model ini menciptakan setting sekolah yang mirip keadaan rumah. 6 The Montessori Approach, dikembangkan oleh Dr. Maria Montessori. Pendekatan ini mendorong penyiapan lingkungan pendukung yang nyata dan alami, mengamati proses interaksi anak dan lingkungan,