34
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. PENELITIAN PENDAHULUAN
1. Pembuatan Tepung Ubi Jalar Ungu
Ubi jalar ungu Ipomoea batatas L. varietas Ayamurasaki diperoleh dari Desa Cibungbulang, Bogor. Ubi jalar ini memiliki ciri-ciri antara lain
memiliki bentuk bulat hingga lonjong, kulit berwarna ungu kemerahan, dan daging umbi berwarna ungu tua. Menurut Widjanarko 2008, ubi jalar ini
memiliki kadar air yaitu sekitar 67,77. Pembuatan tepung ubi jalar ungu diawali dengan proses pencucian dan
pengupasan yang bertujuan untuk menghilangkan kotoran yang melekat pada kulit. Kotoran dan kulit yang terbuang selama kedua proses tersebut
adalah sebesar 13,15. Ubi yang telah dikupas kemudian direndam air untuk menunggu proses selanjutnya. Menurut Ambasari, et al. 2009,
proses perendaman bertujuan untuk mencegah terjadinya kontak antara bahan dan udara yang dapat menyebabkan reaksi pencoklatan serta
menghilangkan getah yang masih menempel. Ubi kemudian dipotong dengan tebal 1 cm untuk menjamin penetrasi panas yang merata pada bahan.
Selanjutnya dilakukan pengukusan selama 7 atau 10 menit yang bertujuan untuk menginaktivasi enzim antosianase. Berdasarkan aktivitasnya
enzim antosianase dibagi menjadi dua, yaitu enzim glukosidase dan enzim polifenol oksidase. Enzim glukosidase akan mengkatalisis reaksi hidrolisis
ikatan glikosidik senyawa antosianin. Reaksi ini akan menghasilkan gula dan aglikon yang kemudian secara spontan akan terdegradasi membentuk
kalkon yang tidak berwarna Jackman dan Smith, 1996. Enzim polifenol oksidase paling aktif pada suhu ruang dan
terdegradasi diatas suhu 70 C Steed dan Truong, 2008. Proses
pengupasan dan pengirisan akan menyebabkan rusaknya jaringan, bertemunya oksigen dan enzim polifenol oksidase yang terdapat di
sitoplasma dengan substratnya, yaitu antosianin. Enzim tersebut kemudian akan mengkatalis reaksi oksidasi antosianin yang mengakibatkan penurunan
kadar antosianin pada ubi ungu.
35 Menurut Vargas dan Lopez 2003, enzim ini dapat diinaktifasi dengan
melakukan iradiasi dengan sinar gamma, pengemasan vakum, penambahan bahan kimia dan pemanasan. Menurut Saigusa 2007 inaktifasi enzim
polifenol oksidase ditandai dengan tidak terjadinya proses pencoklatan atau diskolorisasi pada ubi jalar ungu yang telah dikukus terlebih dahulu. Selain
itu inaktifasi enzim ini juga dapat ditentukan dari keberadaan enzim peroksidase. Enzim peroksidase merupakan enzim yang paling tahan
terhadap panas. Oleh karena itu bila pada enzim peroksidase sudah inaktif maka
enzim yang
lebih rentan
terhadap pemanasan
seperti polifenoloksidase, pasti telah terinaktifasi Fellows, 2000.
Inaktivasi enzim polifenol dengan pemanasan merupakan metode paling sederhana. Akan tetapi proses pemanasan juga dapat menurunkan
kandungan antosianin pada ubi ungu. Oleh karena itu, dibutuhkan optimasi proses pengukusan ubi jalar ungu agar dapat menghasilkan tepung dengan
warna dan kadar antosianin yang optimum. Pada penelitian ini dilakukan proses pengukusan selama 7 dan 10 menit.Ubi yang telah dikukus kemudian
disawut untuk meningkatkan luas permukaan bahan sehingga memudahkan proses pengeringan. Proses pengeringan dilakukan dengan 2 metode, yaitu
menggunakan bantuan sinar matahari dan tray drier pada suhu 55-60 C.
Pengeringan dengan menggunakan tray drier membutuh waktu selama 6-8 jam sedangkan pengeringan dengan bantuan sinar matahari membutuhkan
waktu sekitar 2-3 hari. Sawut ubi jalar yang telah kering ditandai dengan kemudahan sawut
saat dipatahkan. Bila pada sawut mudah dipatahkan menunjukkan sawut telah kering. Proses pengeringan dilanjutkan dengan proses penggilingan
dengan pin disc mill dan pengayakan dengan ayakan 200 mesh. Tepung ubi jalar yang diperoleh dimasukkan dalam plastik, diseal, dan disimpan pada
lemari pendingin. Berdasarkan proses pembuatan tepung tersebut dihasilkan rendemen
sebesar 6,9555 jika dihitung berdasarkan jumlah bahan mentah. Rendahnya rendemen tepung dapat disebabkan besarnya penyusutan selama
proses pengupasan yaitu sebesar 12,41, keterbatasan dan kurang
36 efisiennya alat penggiling yang digunakan, serta adanya sawut ubi jalar yang
tertinggal pada mesin slicer selama proses penyawutan sebesar 9,24. Hal ini dapat diatasi dengan membersihkan ubi yang tertinggal pada slicer dan
tetap menggunakannya dalam proses selanjutnya.
Tabel 7. Rekapitulasi komponen hilang selama pembuatan tepung ubi jalar
Tahap Bagian yang hilang
Estimasi jumlah kg Pencucian
Tanah dan pengotor 0,6478
Pengupasan Kulit 12,4092
Pemotongan Bagian tepi ubi jalar 0,0894
Pengukusan -
Pengirisan Ubi yang tertinggal pada slicer
9,2483 Pengeringan Air
50,2901 Pengilingan Tepung yang terbang dan terakumulasi
pada alat 8,1439
Pengayakan Tepung yang terakumulasi pada alat Tepung yang tidak lolos saringan 200
mesh 0,46
11,7558 Asumsi pembuatan tepung ubi jalar berdasarkan basis 100 kg
Tanah dan pengotor Kulit Bagian tepi ubi jalar
0,6478 kg 12,4092kg
0,0894kg Ubi jalar
100kg ubi yang
Chip ubi jalar terakumulasi
86,8536 kg di alat
9,2483 kg Sawut ubi jalar
Sawut ubi jalar kering 77,6053 kg
27,3152 kg Air
50,2901 kg Tepung terbang dan terakumulasi
8,1439 kg
Tepung tak lolos saringan dan terakumulasi di alat
12,2151 kg Tepung ubi jalar
6,9555 kg Gambar 14.
Diagram alir neraca massa pembuatan tepung ubi jalar Pencucian
Pengupasan Pemotongan
Pengukusan Pengirisan
Pengeringan
Penggilingan
Pengayakan 200mesh
37 Selama proses penggilingan, tepung yang terbuang dan terakumulasi di
alat sebesar 8,14. Selain itu tepung hasil penggilingan yang tidak lolos ayakan 200 mesh adalah sebesar 11,76. Hal ini menunjukkan performa
kerja dari alat pin disc mill menjadi salah satu penyebab utama rendahnya rendemen proses pembuatan tepung ubi jalar.
Gambar 15. Pin disc mill
Rendahnya performa kerja alat pin disc mill dapat disebabkan adanya celah pada pin disc mill sehingga selama proses penggilingan banyak tepung
yang terbuang. Selain itu, kurang efisiennya alat penggiling yang digunakan dapat disebabkan energi yang digunakan alat tidak cukup untuk
menghasilkan tepung yang halus serta terlalu besarnya jarak antara cakram dan dinding alat. Besarnya jarak antara cakram dan dinding alat
menyebabkan adanya bahan yang tidak tergiling dan ukuran partikelnya masih besar.
Rendemen pembuatan tepung ubi jalar dapat ditingkatkan dengan cara mengatur jarak antara cakram dan dinding alat menjadi semakin sempit dan
mengganti motor penggerak pada pin disc mill. Penggantian motor bertujuan untuk meningkatkan energi yang dibutuhkan untuk meningkatkan luas
permukaan partikel tepung. Semakin besar energi yang dihasilkan oleh alat penggiling, semakin besar gaya gesek dan pukul yang dialami bahan. Hal ini
akan menghasilkan tepung yang berukuran lebih kecil.
Celah Celah
38 Upaya lain yang dapat dilakukan yaitu dengan menutup celah-celah
pada dinding tutup pin disc mill dengan karet. Penggilingan sawut secara berulang dapat meningkatkan waktu kontak antara bahan dan alat sehingga
partikel tepung menjadi semakin kecil. Hal ini akan meningkatkan jumlah tepung yang lolos saringan 200 mesh dan meningkatkan rendemen tepung.
a b
c d
Gambar 16
.Tepung ubi jalar ungu: a 7menit matahari, b 10menit matahari, c 7menit tray drier, d 10 menit tray drier
2. Analisis Fisikokimia Tepung Ubi Jalar Ungu