Viskositas Puncak VP Pati Sagu

konsentrasi pati. Semakin tinggi konsentrasi pati maka semakin tinggi viskositas yang dihasilkan. Berdasarkan analisis statistik yang disajikan pada Lampiran 4 suhu pati berpengaruh nyata terhadap viskositas puncak P0.05. Uji lanjut metode Duncan menyatakan bahwa ketiga suhu pati menghasilkan nilai viskositas puncak yang berbeda-beda. Semakin tinggi suhu pati nilai viskositas puncak yang diperoleh semakin rendah. Adanya penurunan viskositas pasta menunjukkan adanya penurunan kemampuan penyerapan air oleh granula pati. Ini sesuai dengan percobaan yang dilakukan Liu et al 2000 mempelajari HMT menggunakan autoclave. Penurunan pada viskositas puncak terlihat pada HMT pati jagung. Mereka menyatakan bahwa pemanasan autoclave bisa menimbulkan gelatinisasi pati sebagian disekitar kulit sisi luar granula, dimana bertindak sebagai rintangan untuk air merembes dan menghambat gelatinisasi dan pasta selanjutnya. Parlakuan lama pemanasan juga berpengaruh nyata terhadap viskositas puncak P0.05. Uji lanjut metode Duncan menyatakan bahwa nilai viskositas puncak berbeda ketika lama pemanasan mencapai 2.5, 3 dan 3.5 jam. Interaksi antara suhu pati dan lama pemanasan terhadap viskositas puncak berpengaruh nyata P0.05 berdasarkan analisis statistik. Uji lanjut metode Duncan menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan suhu pati 90 o C dengan lama pemanasan 0.5, 1, 2.5, 3, 3.5, 4 jam tidak berbeda dengan perlakuan suhu pati 80 o C lama pemanasan 3, 3.5 dan 4 jam. Tidak ada interaksi pada suhu pati 90 o C dengan lama pemanasan antara 1.5 dan 2 jam. Perlakuan suhu pati 80 o C dengan lama pemanasan 0.5 dan 1 jam berbeda dengan 1.5 jam serta berbeda dengan 2 dan 2.5 jam. Interaksi antara suhu pati 70 o C dengan lama pemanasan 0.5, 1, 1.5, 2.5, 3, 3.5 tidak berbeda. Adanya interaksi pada suhu 70 o C terjadi antara lama pemanasan 2 dan 4 jam. Perubahan pola respon baik yang disertai dengan adanya perpotongan garis ataupun tidak menunjukkan adanya pengaruh interaksi dari faktor-faktor utama yang digunakan Mattjik dan Sumertajaya, 2006. Adanya interaksi antara suhu pati dan lama pemanasan pada viskositas puncak dapat dilihat pada Gambar 11. 330 g 310 g 330 g 360 h 335 g 320 g 315 g 390 i 255 e 265 f 210 c 200 b 200 b 185 a 160 a 170 a 180 a 150 a 220 d 215 d 185 a 150 a 180 a 170 a 50 100 150 200 250 300 350 400 450 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 V isko si ta s B U Lama pemanasan Jam Suhu pati 70 oC Suhu pati 80 oC Suhu pati 90 oC Ket: Superscript yang berbeda pada garis yang sama berarti berbeda nyata pada uji lanjut Duncan P0.05 Gambar 11 Interaksi antara suhu pati dan lama pemanasan terhadap viskositas puncak VP pati sagu termodifikasi HMT Suhu pati 70 o C masih memiliki nilai viskositas puncak yang besar dibandingkan perlakuan suhu pati 80 dan 90 o C. Pati yang mempunyai kemampuan penyerapan air yang tinggi akan mengalami pembengkakan yang tinggi pula yang berakibat pada tingginya viskositas puncak pasta. Pembengkakan granula pati yang berlebihan akan diikuti dengan peluruhan molekul amilosa dari dalam granula sebagai akibat ketidakmampuannya menahan tekanan. Berdasarkan analisis statistik interaksi antara suhu pati 80 o C dengan lama pemanasan 3. 3,5 dan 4 jam tidak berbeda dengan suhu pati 90 o C dengan lama pemanasan 0.5, 1 dan 2.5 jam dengan nilai viskositas puncak antara 150-185 BU. Ini berarti bahwa untuk memperoleh viskositas puncak yang sama dengan mempertimbangkan keefisienan waktu dapat dilakukan dengan perlakuan suhu pati 90 o C lama pemanasan 0.5, 1 dan 2.5 jam. Hoover dan Manuel 1996 mempelajari HMT menggunakan pemanasan oven dan melaporkan penurunan viskositas pasta dipati jagung. Mereka menjelaskan sebagai hasil dari meningkatnya inter dan intra molekuler ikatan hidrogen dikarenakan penggabungan rantai pati, terutama amilosa. Akan tetapi, sebelumnya Hoover dan Vasanthan 1994 melaporkan sebaliknya dampak pada viskositas pasta dari HMT pati gandum meningkat, mengikuti pemanasan oven. Ini bisa disimpulkan bahwa dampak dari HMT pada viskositas pasta beragam dan tergantung pada perbedaan sumber pati, alat yang digunakan dan kondisi dari HMT. Stute 1992 dalam Collado et al 2001 menyatakan perlakuan hidrotermal seperti HMT dapat membuat granula pati lebih resisten terhadap deformasi sebagai akibat dari penguatan gaya ikatan intra granula. Oleh karena itu, pati cenderung mempunyai kemampuan penyerapan air yang rendah dan mengalami pengembangan yang terbatas pada saat mengalami gelatinisasi. Selain itu, pengembangan granula pati juga dipengaruhi proporsi amilosa dan amilopektinnya. Seperti pada pati barley dengan kandungan amilosa yang tinggi menyebabkan pengembangan yang terbatas sehingga viskositas puncak pasta terbatas pula. Barley dengan kandungan amilopektin yang tinggi dapat meningkatkan viskositas puncak yang tinggi pada temperatur gelatinisasi yang rendah. Ini membuktikan bahwa amilopektin merupakan komponen yang bertanggung jawab dalam pengembang granula.

d. Viskositas pasta panas VPP

Viskositas pasta panas merupakan parameter yang menunjukkan kestabilan pasta selama periode pemanasan. Nilai viskositas pasta panas diperoleh dari grafik brabender amilografi pada saat pemanasan mencapai suhu 95 o C yang disertai penahan selama 20 menit. Berdasarkan profil brabender amilografi selama proses pemanasan, suspensi pati mengalami peningkatan viskositas. Setelah tercapai viskositas puncak, terjadi penurunan viskositas. Kestabilan terhadap pemanasan akan meningkat swelling power semakin kecil apabila konsentrasi amilosa pada pati semakin tinggi. Kim et al 1995 menyatakan kandungan amilosa yang tinggi akan meningkatkan kestabilan viskositas selama pemanasan. Berdasarkan analisis statistik yang disajikan pada Lampiran 5 suhu pati berpengaruh nyata terhadap viskositas pasta panas P0.05. Uji lanjut metode Duncan menyatakan bahwa perlakuan suhu pati 80 dan 90 o C tidak berbeda terhadap viskositas pasta panas, akan tetapi berbeda pada suhu pati 70 o Interaksi antara suhu pati dan lama pemanasan berbeda nyata terhadap viskositas pasta panas P0.05. Uji lanjut metode Duncan menunjukkan interaksi antara suhu pati 90 C. Perlakuan lama pemanasan berpengaruh nyata terhadap viskositas pasta panas P0.05. Uji lanjut metode Duncan menyatakan bahwa lama pemanasan 0.5 jam berbeda dengan 1, 1.5, 2, dan 2.5 jam berbeda dengan 3 dan 3.5 jam serta berbeda dengan 4 jam terhadap viskositas pasta panas. Semakin lama pemanasan menghasilkan viskositas pasta panas yang semakin kecil. o C dengan lama pemanasan 1, 3, 3.5 dan 4 jam tidak berbeda dengan interaksi suhu pati 80 o C dengan lama pemanasan 2 sampai 4 jam terhadap viskositas pasta panas yang dihasilkan. Semakin lama pemanasan nilai viskositas pasta panas yang dihasilkan semakin menurunkecil. Interaksi antara suhu pati 90 o C lama pemanasan 0.5 dan 2.5 jam menghasilkan nilai viskositas pasta panas yang sama dengan interaksi suhu pati 80 o C lama pemanasan 1.5 jam. Begitu juga dengan interaksi antara suhu pati 90 o C lama pemanasan 2 jam dengan suhu pati 80 o Interaksi pada suhu pati 70 C lama pemanasan 0.5 dan 1 jam menghasilkan viskositas pasta panas yang tidak berbeda. o C dengan lama pemanasan 1, 1.5, 3, 3.5 tidak berbeda terhadap viskositas pasta panas. Akan tetapi, interaksi terjadi ketika lama pemanasan 0.5 dan 2.5 jam. Viskositas pasta panas tertinggi dihasilkan pada interaksi suhu pati 70 o C dengan lama pemanasan 2 dan 4 jam. Adanya interaksi antara suhu pati dan lama pemanasan pada viskositas pasta panas dapat dilihat pada Gambar 12.