Kompetensi Guru Profesionalisme Guru
c. penampilan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa; d.
kepemilikian etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri; serta
e. penghormatan terhadap kode etik profesi guru.
22
Berdasarkan kompetensi tersebut, sebagaimana Imam Al-Ghazali menyebutkan bahwa guru harus memberi contoh yang baik dan teladan yang
indah di mata murid sehingga anak senang. Kemudian guru juga harus berjiwa halus, sopan serta lapang dada tasamuh, murah hati, dan terpuji. Dalam hal
ini, Al-Ghazali memandang pemberian teladan sebagai sesuatu yang harus dilakukan oleh pendidik karena peserta didik senang dan mudah meniru. Ayat
Al-Qur’an pun menyebutkan hal tersebut yang berbunyi:
23
ْ ِﰲ ْ ُﲂَﻟ َن َﰷ ْﺪَﻘَﻟ اَ ْﲑِﺜَﻛ َﷲ َﺮَﻛَذ َو َﺮِﺧ� ْ�ا َمْﻮَﯿْﻟا َو َﷲ اﻮُﺟْﺮَ� َن َﰷ ْﻦَﻤِّﻟ ٌﺔَﻨ َ�ﺴَﺣ ٌةَﻮ ْﺳ�أ ِﷲ ِلْﻮ ُﺳَر
: باﺰﺣٔ�ا ۲۱
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah suri tauladan yang baik bagi kamu, yaitu bagi orang-orang yang mengharap rahmat Allah dan
kedatangan hari kiamat. Dan dia banyak menyebut Allah.” QS Al- Ahzab33: 21
Selanjutnya kompetensi sosial yaitu kemampuan guru untuk
berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtuawali peserta didik, dan masyarakat.
24
Hal ini sebagaimana dimaksud pada Permenag Nomor 162010 ayat 1 meliputi:
a. sikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif berdasarkan
jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi;
b. sikap adaptif dengan lingkungan sosial budaya tempat bertugas; dan
22
Op. cit.
23
Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Amzah, 2010, h. 226-227.
24
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, 2016, h. 40, sumberdaya.ristekdikti.go.idwp-contentuploads201602uu-nomor-14-tahun-2005-tentang-guru-
dan-dosen.pdf.
c. sikap komunikatif dengan komunitas guru, warga sekolah dan warga
masyarakat.
25
Kompetensi Profesional yaitu kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam.
26
Hal ini sebagaimana dimaksud pada Permenag Nomor 162010 ayat 1 meliputi:
a. penguasaan materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang
mendukung mata pelajaran pendidikan agama; b.
penguasaan standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran pendidikan agama;
c. pengembangan materi pembelajaran mata pelajaran pendidikan agama
secara kreatif; d.
pengembangan profesionalitas secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif; dan
e. pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi
dan mengembangkan diri.
27
Kompetensi kepemimpinan yaitu kompetensi yang dikhususkan kepada guru Pendidikan Agama. Kompetensi ini memberikan perhatian khusus
kepada seorang pendidik Agama agar dapat menjalankan fungsi, tugas, dan tanggung jawabnya untuk masyarakat luas. Selain itu, guru Pendidikan Agama
memberikan kontribusi yang sangat besar dalam mengembangkan perencanaan dan pelaksanaan proses belajar yang sesuai berdasarkan ajaran
agama yang dianut dan keharmonisan budaya Indonesia. Hal ini sebagaimana dimaksud pada Permenag Nomor 162010 ayat 1 meliputi:
a. kemampuan membuat perencanaan pembudayaan pengalaman ajaran
agama dan perilaku akhlak mulia pada komunitas sekolah sebagai bagian dari proses pembelajaran agama;
b. kemampuan mengorganisasikan potensi unsur sekolah secara sistematis
untuk mendukung pembudayaan pengamalan ajaran agama pada komunitas sekolah;
c. kemampuan menjadi inovator, motivator, fasilitator, pembimbing dan
konselor dalam pembudayaan pengamalan ajaran agama pada komunitas
25
Ibid., h. 10.
26
Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Amzah, 2010, h. 226-227.
27
Op. Cit.
sekolah dan menjaga keharmonisan hubungan antar pemeluk agama dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
28
Guna mencapai kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang profesi ahli Guru, menurut Undang Undang Guru dan Dosen No 14 Tahun 2005 Pasal 11,
diwajibkan bagi seluruh angkatan lulusan dari program Diploma IV atau Sarjana 1 untuk melaksanakan Sertifikasi Guru, sehingga guru dapat
menjalankan kewajiban profesinya dan mempertanggungjawabkan setiap tugasnya serta mendapatkan hak yang layak sebagaimana yang telah diatur
oleh UU Pemerintah. Keutamaan profesi seorang guru sangatlah besar sehingga Allah Ta’ala
menjadikan sebagai tugas yang diemban oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagaimana sabdanya:
َﲆ َﺻ ِﱯ�ﻨﻟا ِﻦَﻋ ﺎَﻤُ ْﳯَﻋ ُﷲ َ ِﴇ َر َﺮَ ُﲻ ِﻦْ�ا ِﻦَﻋ َو َو , ِﻪِﺘ�ﯿِﻋَر ْﻦَﻋ ٌل ْوُﺆ ْﺴَﻣ ْ ُﲂ� ُﳇ َو ٍعاَر ْ ُﲂ� ُﳇ : َلﺎَﻗ َ�ﲅ َﺳ َو ِﻪْﯿَﻠَ� ُﷲ
َﻓ ِﻩِ َ� َو َو ﺎَ ِ� ْوَز ِﺖْيَﺑ َﲆَ� ِﻪِﺘ�ﯿِﻋاَر ُة�أْﺮَﻤْﻟا َو ِﻪِتْيَﺑ ِﻞْﻫ�أ َﲆَ� ٍعاَر ُﻞُ��ﺮﻟا َو , ٍعاَر ُ ْﲑِﻣ� ْ�ا �ﯿِﻋَر ْﻦَﻋ ٌل ْوُﺆ ْﺴَﻣ ْ ُﲂ� ُﳫ
ﻖﻔتﻣ ِﻪِﺘ ﻪﯿﻠ�
29
“Dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘Anhuma dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: ‘Ketahuilah bahwa setiap orang adalah
pemimpin dan setiap pemimpin akan ditanya tentang apa yang dipimpinnya. Seorang Amir penguasa adalah pemimpin bagi rakyatnya, dan akan ditanya
kepemimpinannya. Dan seorang laki-laki adalah pemimpin bagi istri dan anaknya dan akan ditanya tentang keluarganya. Camkanlah bahwa kalian
adalah pemimpin dan akan ditanya tentang apa yang dipimpinnya.’” HR Bukhari
Bukhari Umar menjelaskan didalam bukunya yang berjudul Ilmu Pendidikan Islam 2010, menyatakan bahwa keberhasilan pendidik dalam
menjalankan tugasnya berdasarkan pada kompetensi berikut ini: a.
Kompetensi personal-religius
28
Umar, loc. cit.
29 29
,يرﺎﺨﺒﻟا ﻞﯿﻋﺎﻤﺳإ ﻦﺑ ﺪﻤﺤﻣ ّسا ﺪﺒﻋ مﺎﻣﻹا ,يرﺎﺨﻨﻟا ﺢﯿﺤﺻ
,ﻊﯾزﻮﺘﻟا و ﺮﺸﻨﻠﻟ ﺔﯿﻟوﺪﻟا رﺎﻜﻓﻷا ﺖﯿﻧ :ضﺎﯾﺮﻟا ۱۹۹۸
ص , ۱۲۴۵
.
Kemampuan yang menyangkut kepribadian agamis; artinya, pada dirinya melekat nilai-nilai lebih yang hendak ditransinternalisasikan
kepada peserta didik. Misalnya nilai kejujuran, amanah, keadilan, kecerdasan, tanggung jawab, musyawarah, kebersihan, keindahan,
kedisiplinan, ketertiban, dan sebagainya. Nilai tersebut perlu dimiliki pendidik sehingga akan dihayati oleh peserta didik secara langsung
maupun tidak langsung. b.
Kompetensi sosial-religius Kemampuan yang menyangkut kepedulian terhadap masalah-masalah
sosial selaras dengan ajaran dakwah Islam. Sikap gotong royong, tolong menolong, egalitarian persamaan derajat antara manusia, sikap toleransi,
dan sebagainya juga perlu dimiliki oleh pendidik muslim dalam rangka proses pemindahan penghayatan nilai-nilai sosial antara pendidik dan
peserta didik. c.
Kompetensi profesional-religius Kompetensi ini menyangkut kemampuan untuk menjalankan tugas
keguruannya secara profesional, dalam arti mampu membuat keputusan keahlian atas beragamnya kasus dan dapat mempertanggungjawabkannya
berdasarkan teori dan wawasan keahliannya dalam perspektif Islam.
30