Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN

6. Pertumbuhan ilmu dan teknologi yang pesat di luar kendali manusia. Bahkan sebaliknya, manusia cenderung dikendalikan oleh ilmu dan teknologi. 7. Hancurnya moral manusia dengan kadar kesadaran yang rendah, tanpa melibatkan diri untuk memecahkan tantangan ini secara sungguh-sungguh dan tanpa dorongan semangat keperluan yang mendesak. 8 Selain penjelasan tersebut, dapat ditemukan pula dalam sebuah hadits Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bahwa beberapa poin di atas merupakan tanda-tanda hari kiamat. Sebagaimana hadits tersebut berbunyi: ﺎَﻨَﺛ�ﺪَ� ِثِراَﻮْﻟا ُﺪْﺒَﻋ ﺎَﻨَﺛ�ﺪَ� َخو�ﺮَﻓ ُﻦْ� ُنﺎَبْي َﺷ ﺎَﻨَﺛ�ﺪَ� ُﷲ �ﲆ َﺻ ِﷲ ُلﻮ ُﺳَر َلﺎَﻗ : َلﺎَﻗ ٍ ِ�ﺎَﻣ ُﻦْ� ُﺲَ��أ ِﲎَﺛ�ﺪَ� ِحﺎ�ﯿ�ﺘﻟا ﻮُﺑ�أ َو ُْﲅِﻌْﻟا َﻊَﻓْﺮُ� ْن�أ ِﺔَ�ﺎ �ﺴﻟا ِطاَ ْﴍ�أ ْﻦِﻣ َ�ﲅ َﺳ َو ِﻪْﯿَﻠَ� ﲅﺴﻣ ﻩاور َ�ِّﺰﻟا َﺮَﻬ ْﻈَﯾ َو ُﺮْﻤَﺨْﻟا َبَ ْﴩُ� َو ُﻞْﻬَﺠْﻟا َﺖُبْﺜَﯾ 9 “Syaiban bin Farrukh telah memberitahu kepada kami, Abdul Warits telah memberitahu kepada kami, Abu At-Tayyah telah memberitahu kepada kami, Anas bin Malik telah memberitahu kepadaku, ia berkata: Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Di antara tanda-tanda hari kiamat adalah diangkatnya ilmu, munculnya kebodohan, banyak meminum arak, dan timbulnya perzinaan yang dilakukan secara terang-terangan.’” HR Muslim Maka untuk memecahkan permasalahan ini, Higgins mencari jawaban di bidang pengembangan rohani. Ia berkesimpulan bahwa suatu etika kesadaran baru harus ditumbuhkan dengan dimensi kehidupan rohani yang 1 mampu mematahkan pemujaan manusia terhadap “tuhan-tuhan sekuler” secular gods, 2 mampu membangkitkan kesadaran bahwa manusia tidak tergantung pada bumi ini artinya beriman pada hari akhirat, dan 3 perlu menjalin persaudaraan rohaniah yang kukuh antara sesama manusia untuk memecahkan tantangan permasalahan ini. 10 Adapun beberapa syarat yang harus dimiliki seorang guru, yaitu 1 guru harus mengerti ilmu mendidik dengan sebaik-baiknya sehingga seluruh tindakannya dalam mendidik disesuaikan dengan jiwa murid-muridnya, 2 guru harus memiliki bahasa yang baik sehingga segala perkataannya dapat membuat murid-murid 8 Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan: Suatu Analisa Psikologi, Filsafat dan Pendidikan, Jakarta: PT Al-Husna Zikra, 1995, cet. III, h. 265-266. 9 Imam Muslim, Sahih Muslim, Terj. Mahmoud Matraji, Beyrouth: Dar El Aker, 1993, h. 442. 10 Langgulung. loc. cit. tertarik dengan materi yang diajarkannya, 3 guru mencintai muridnya, dalam hal ini menjadikan murid-muridnya sebagaimana anak sendiri yang harus dijaga dan dididik dengan sebaik-baiknya karena mereka adalah titipan Tuhan, 4 guru bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, 5 guru harus berilmu, 6 guru harus sehat jasmani, 7 guru harus berakhlak mulia, dan 8 guru memiliki jiwa nasional. 11 Guru Agama harus memahami benar dan merealisasikan nilai-nilai Islam dan menginternalisasikan dalam kehidupannya, sehingga tercermin oleh murid untuk meneladani sikap sang guru. Di sisi lain, karena menjadi tokoh yang dipatuhi dan ditiru, maka dalam memerankan status kedudukannya, tenaga pendidik harus berusaha merealisasikan nilai dan norma kependidikan di dalam dirinya. Dengan kata lain, ia pun terikat dengan kode etik. Dengan berusaha mewujudkan nilai dan norma kependidikan di dalam dirinya, seorang pendidik menjadi berwibawa terhadap muridnya. Di samping itu pula, sifat-sifat guru yang disukai oleh murid-muridnya yaitu guru yang menjelaskan materi dengan jelas dan mendalam, memiliki humor, bersikap akrab seperti sahabat, menunjukkan simpati dan empati terhadap murid- muridnya, memahami kebutuhan dan keinginan murid-muridnya, membangkitkan semangat belajar di kelas, menguasai ruang kelas dalam proses belajar mengajar, bersikap adil di dalam kelas, tidak suka marah, dan memiliki kepribadian yang menyenangkan. 12 Sementara pada kenyataannya di lapangan masih ada guru yang belum bisa dijadikan sebagai panutan bagi murid-muridnya. Hal ini disebabkan karena guru tersebut terkadang bolos dalam mengajar sehingga banyak materi pembelajaran yang tertinggal bahkan berbeda-beda di setiap kelas. Tidak sedikit pula guru yang sangat minim dalam menggunakan media pembelajaran sehingga murid kurang berminat dalam belajar di kelas. Kemudian dalam kepribadian guru yang bersikap tidak adil, memiliki anak emas, kurang tegas dalam mengendalikan kelas, kurang memahami keadaan dan karakteristik murid-muridnya, bahkan adapula guru yang bersikap kasar terhadap murid-muridnya. 11 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: CV Pustaka Setia, 2005, h. 71. 12 Nasution, Diktat Asas-Asas Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2000, h. 15. Hal tersebut peneliti ketahui dari hasil observasi dan wawancara terhadap beberapa murid. Jika hal ini terus berlanjut maka bukan hanya kualitas guru saja yang akan buruk, tetapi suatu lembaga pendidikan itu akan tercemar akibat kualitas pendidik yang tidak kompeten dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Dengan dasar inilah penulis tertarik untuk membahas dan menuangkan masalah ini dalam bentuk skripsi dengan judul: “PERSEPSI SISWA KELAS XI TERHADAP PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA NEGERI 8 TANGERANG SELATAN”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan di atas, maka dapat didentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut: 1. Tugas dan peran guru bukan hanya transfer of knowledge tetapi juga transfer of values and norms yang menjadikan guru harus bisa menanamkan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat pada umumnya. 2. Tidak sedikit skala prioritas guru dalam mengajar ialah aktifitas dan peran guru itu sendiri, padahal pembelajaran yang sesungguhnya adalah murid aktif dalam seluruh kegiatan pengajaran, pembimbingan, dan pelatihan di sekolah. 3. Adanya persepsi siswa yang kurang baik terhadap profesionalitas guru dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya di sekolah.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi di atas selanjutnya peneliti memfokuskan dan membatasi penelitian pada persepsi siswa tentang profesionalisme guru Agama Islam, yaitu meliputi: kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian, dan kompetensi profesional.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian yang akan diteliti yaitu, “Bagaimana persepsi siswa SMA Negeri 8 Tangerang Selatan terhadap profesionalisme guru PAI yang meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian, dan kompetensi profesional?”

E. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan jawaban atas permasalahan penelitian yang telah tersusun dalam bentuk rumusan masalah. Maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi siswa kelas XI terhadap profesionalisme guru PAI di SMA Negeri 8 Tangerang Selatan.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat antara lain: 1. Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah kependidikan, khususnya tentang persepsi siswa terhadap profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam serta dapat menjadi pertimbangan bagi mereka yang berminat untuk menindaklanjuti hasil penelitian ini. 2. Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi kepala sekolah dan guru untuk meningkatkan profesionalitas dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Manfaat bagi siswa diharapkan dapat memberikan sikap dan pandangan positif terhadap profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam, sehingga dapat meneladani guru-guru PAI sebagai panutan yang baik dalam berkehidupan.

BAB II KAJIAN TEORITIS

A. Persepsi

1. Pengertian Persepsi

Persepsi perception dalam arti sempit adalah penglihatan atau cara bagaimana seseorang melihat sesuatu. Sedangkan dalam arti luas adalah pandangan seseorang tentang bagaimana ia mengartikan dan menilai sesuatu. Maka persepsi itu bersifat selektif. Karena setiap individu memiliki persepsi yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan beberapa faktor, di antaranya yaitu kebutuhan, harapan, dan minat yang dimiliki oleh setiap individu. 1 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, persepsi merupakan tanggapan penerimaan langsung dari sesuatu. 2 Dalam Kamus Psikologi, persepsi adalah proses untuk mengingat atau mengidentifikasikan sesuatu; biasanya dipakai dalam persepsi rasa, bila benda yang diingat atau diidentifikasikan merupakan objek yang mempengaruhi organ perasaan. 3 Atau dapat dikatakan proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancainderanya. Disebutkan pula, persepsi diartikan sebagai suatu proses pengamatan seseorang terhadap lingkungan dengan menggunakan indra yang dimiliki sehingga ia menjadi sadar akan segala sesuatu yang ada di lingkungannya. M. Alisuf Sabri mendefinisikan persepsi atau pengamatan adalah aktivitas jiwa yang memungkinkan manusia mengenali rangsangan-rangsangan yang sampai kepadanya melalui alat inderanya, dengan kemampuan inilah kemungkinan manusia mengenali lingkungan hidupnya. 4 Persepsi merupakan suatu proses identifikasi dan interpretasi terhadap suatu stimulus berdasarkan informasi yang diterima. Stimulus tersebut diterima melalui lima panca indera yaitu penglihatan, pendengaran, perasa, peraba dan penciuman. Setelah tubuh mendapatkan stimulus, pada tahap 1 Akyaz Azhari, Psikologi Perkembangan, Jakarta: Teraju Mizan Publika, 2004, h. 107. 2 Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2012, cet. IV, h. 1061. 3 Nancy Simanjutak, Terj, Kamus Psikologi, Penguin Books Ltd., 1988, cet. II, h. 338-339. 4 M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 2006, h. 45. 8 selanjutnya terjadi seleksi yang berinteraksi dengan tahap interpretasi. Proses seleksi terjadi pada saat seseorang memperoleh informasi sehingga akan berlangsung proses penyeleksian pesan yang dianggap penting dan tidak penting. Hasil seleksi tersebut kemudian akan disusun menjadi satu kesatuan yang berurutan dan bermakna. 5 Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi ialah pandangan seseorang terhadap sesuatu berdasarkan pancaindera, pengalaman, dan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya sehingga ia secara sadar mengenal dan memahami lingkungan sekitarnya.

2. Proses Pembentukan Persepsi

Proses pembentukan persepsi dapat digambarkan dalam skema berikut ini: Gambar 2.1. Proses pembentukan persepsi 6 a. Proses penerimaan rangsangan Proses pertama dalam pembentukan persepsi adalah penerimaan rangsangan data dari berbagai sumber. Sumber-sumber diterima individu melalui panca indera yang dimiliki dan akan diberikan respon sesuai dengan penilaian dan pendirian arti terhadap rangsangan lain. 5 Valentina Rosa Manihuruk, “Persepsi Tentang Konseling Pranikah Pada Siswa Tingkat Akhir”, Skripsi pada Sarjana FIK UI, Jakarta, 2012, h. 25-26, tidak dipublikasian. 6 Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, Jakarta: Kiki Brother’s, 2006, cet. I, h. 70.

Dokumen yang terkait

ANALISIS TERHADAP MOTIVASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMAN11 TANGERANG SELATAN

0 3 108

Peranan Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Menangkal Bahaya Terorisme (Studi Di Sma Negeri 9 Tangerang Selatan)

0 5 109

Peranan Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Sikap Keberagamaan Siswa Di Smp Negeri 6 Tangerang Selatan

3 26 108

Bagaimana Persepsi Siswa Tentang Kemampuan Mengajar Guru Pendidikan Agama Islam di SDN Rambutan 03 Pagi Jakarta

1 5 90

Persepsi siswa terhadap profesionalisme guru agama hubunganya dengan minat belajar pendidikan agama islam : studi kasus di sma 28 oktober 1928 jakarta selatan

0 13 0

Pengaruh Keterampilan Guru Dalam Pengelolaan Kelas Terhadap Hasil Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMA Negeri 7 Tangerang Selatan

0 5 91

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM.

1 5 18

PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAMDALAM PEMBINAAN AKHLAK SISWA Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Akhlak Siswa Sd Negeri Natah Nglipar Gunungkidul.

0 2 13

PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBINAAN AKHLAK SISWA Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Akhlak Siswa Sd Negeri Natah Nglipar Gunungkidul.

0 3 15

PERANAN SUPERVISI PENDIDIKAN DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA NEGERI SE-SALATIGA - Test Repository

0 1 124