7. Tabungan iB Hasanah
Tabungan dengan akad Mudharabah atau Wadiah yang memberikan berbagai fasilitas serta kemudahan dalam mata uang
Rupiah. a. Fasilitas:
1. Buku Tabungan
2.
BNI Syariah Card Silver
3. E-banking ATM, SMS Banking, Internet Banking, dan Phone
Banking
b. Keunggulan: 1. BNI Syariah Card Silver sebagai kartu ATM pada jaringan ATM
ATM BNI, ATM Bersama, ATM Link, ATM Prima Cirrus dan kartu belanja Debit Card di merchant berlogo MasterCard
di seluruh dunia.
2. Dapat melakukan transaksi di counter teller BNI dan BNI
Syariah seluruh Indonesia. 3. Pembukaan rekening otomatis berinfaq Rp 500,-
4. Dapat dijadikan sebagai agunan pembiayaan Tabel 4.8 Nisbah Bagi Hasil Tabungan iB Hasanah
Nasabah Bank
22 78
Tabel 4.9 Biaya Tabungan iB Hasanah
Wadiah Mudharabah
Pengelolaan Rekening per bulan Rp 0,-
Rp 5000,- Tutup Rekening
Rp 20.000,- Rp 10,000,-
Saldo Minimum Rp 20.000,-
Rp 100.000,- Biaya Dibawah Saldo Minimum
Rp 0,- Rp 10.000,-
Pembuatan Kartu ATM Rp 5.000,-
c. Persyaratan dan Tata Cara : 1. Kartu Identitas Asli KTPPaspor
2. Setoran awal minimal Rp. 100.000
2. Bank Muamalat a.
Sejarah Bank Muamalat
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H atau 1 Nopember 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia
MUI dan Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada 27 Syawwal 1412 H atau 1 Mei 1992. Dengan dukungan nyata dari
eksponen Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia ICMI dan beberapa pengusaha Muslim, pendirian Bank Muamalat juga menerima dukungan
masyarakat, terbukti dari komitmen pembelian saham Perseroan senilai Rp 84 miliar pada saat penandatanganan akta pendirian Perseroan.
Selanjutnya, pada acara silaturahmi peringatan pendirian tersebut di Istana Bogor, diperoleh tambahan komitmen dari masyarakat Jawa Barat yang
turut menanam modal senilai Rp 106 miliar. Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan,
Bank Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi Perseroan sebagai bank
syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus dikembangkan.
Pada akhir tahun 90an, Indonesia dilanda krisis moneter yang memporakporandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara.
Sektor perbankan nasional tergulung oleh kredit macet di segmen korporasi. Bank Muamalat pun terimbas dampak krisis. Di tahun 1998,
rasio pembiayaan macet NPF mencapai lebih dari 60. Perseroan mencatat rugi sebesar Rp 105 miliar. Ekuitas mencapai titik terendah,
yaitu Rp 39,3 miliar, kurang dari sepertiga modal setor awal. Dalam upaya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat mencari
pemodal yang potensial, dan ditanggapi secara positif oleh Islamic Development Bank IDB yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi.
Pada RUPS tanggal 21 Juni 1999 IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang saham Bank Muamalat. Oleh karenanya, kurun waktu antara
tahun 1999 dan 2002 merupakan masa-masa yang penuh tantangan