2. Reformasi Administrasi Perpajakan
a. Pengertian Reformasi Perpajakan
Reformasi perpajakan adalah perubahan yang mendasar pada disegala aspek perpajakan. Reformasi perpajakan yang sekarang menjadi prioritas
menyangkut modernisasi administrasi perpajakan jangka menengah tiga atau hingga enam tahun dengan tujuan tercapainya, pertama, tingkat kepatuhan
sukarela yang tinggi. Kedua, kepercayaan terhadap administrasi perpajakan yang tinggi. Dan
ketiga, produktivitas aparat perpajakan yang tinggi. Sebagaimana kondisi masyarakat yang selalu berubah dan tuntutan adanya reformasi diseua bidang,
kondisi dan situasi yang terjadi didalam proses pemberian pelayanan maupun penerapan administrasi kepada Wajib Pajak sudah semakin kritis dalam melihat
setiap perubahan kebijakan pemerintah terutama dalam bidang fiskal. Kondisi ini mau tidak mau mengharuskan Direktorat Jenderal Pajak untuk melakukan
reformasi dibdang perpajakan. Sebagaimana yang menjadi sasarn sejak tahun 2002, bahwa reformasi perpajakan secara komperhensif sebagai satu kesatuan
dilakukan terhadap tiga bidang pokok atau utama secara langsung menyentuh pilar perpajakan, yaitu:
1 Bidang administrasi, yakni melallui modernisasi administasi perpajakan.
2 Bidang peraturan, dengan melakukan amandemen terhadap Undang - undang
perpajakan. 3
Bidang pengawasan, membangun bank data perpajakan nasional.
b. Reformasi Administrasi Perpajakan Indonesia
Administrasi perpajakan ialah cara-cara atau prosedur pengenaan dan pemungutan perpajakan. Administrasi pajak dalam arti sempit merupakan
penatausahaan dan pelayanan atas hak-hak dan kewajiban-kewajiban pembayaran pajak, baik penatausahaan dan pelayanan yang dilakukan di kantor pajak maupun
ditempat Wajib Pajak, sedangkan administrasi pajak dalam arti luas meliputi fungsi, sistem dan organisasi atau kelembagaan. Sebagai suatu fungsi,
administrasi perpajakan meliputi perencanaa, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian perpajakan.
Sebagai suatu sistem, adminisrasi perpajakan merupaka seperangkat unsur subsistem yaitu peraturan perundang - undangan, sarana dan prasarana, dan
Wajib Pajak yang saling berkaitan yang secara bersama-sama menjalankan fungsi dan tugasnya untuk mencapai tujuan tertentu.
Sedangkan sebagai lembaga administrasi perpajakan merupakan institusi yang mengelola sistem dan mengelola proses perpajakan yang terwujud pada
kantor pusat, wilayah, dan pelayanan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia juga merupakan salah satu tolak ukur kinerja administrasi pajak. Administrasi
perpajakan memegang peranan yang sangat penting karena seharusnya bukan saja sebagai perangka laws enforcement, tetapi lebih penting daripada itu, sebagai
service point yang memberikan pelayanan prima kepada masyarakat sekaligus informasi perpajakan.
Pembaruan sistem administrasi perpajakan harus disusun dengan sebaik – baiknya sehingga menjadi instrumen yang mampu bekerja secara efektif dan
efisien. Menurut Carlos A Silvani 1992, administrasi perpajakan dikatakan efektif apabila mampu mengatasi masalah – masalah berikut :
1 Wajib Pajak yang tidak terdaftar unregistered taxpayers
Ini artinya, sejauh mana administrasi pajak mampu mendeteksi dan mengambil tindakan terhadap masyarakat yang belum terdaftar sebagai Wajib
Pajak walaupun seharusnya yang bersangkutan sudah memenuhi ketentuan untuk menjadi Wajib Pajak.
2 Wajib Pajak yang tidak menyampaikan surat pemberitahuan stopfiling
taxpayers Yaitu Wajib Pajak yang sudah terdaftar di administrasi kantor pajak, tetapi
tidak menyampaikan surat pemberitahuan. Administrasi pajak dituntut untuk dapat mengumpulkan data sekaligus menindaklanjutinya dengan
meminimalkan kasus. 3
Penyelundupan pajak tax evaders Yaitu Wajib Pajak yang melaporkan pajak lebih kecil dari yang seharusnya
menurut ketentua perundang – undangan perpajakan. Sistem Self Assessment yang sekarang berlaku memang rentan menyebabkan terjadinya modus
kejahatan seperti ini, karena sangat tergantung dari kejujuran Wajib Pajak. 4
Penunggak pajak delinquent taxpayers Dari tahun ke tahum selalu ada tunggakan pajak yang terjadi, bahkan
menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat. Permasalahan ini seolah sudah menjadi benang kusut yang selalu dihadapi oleh otoritas pajak
setiap tahunnya.
Reformasi administrasi perpajakan adalah penyempurnaan kinerja administrasi, baik secara individu, kelompok, maupun kelembagaan agar efisien
dan ekonomis dan cepat Nasucha : 2004. Hal – hal yang dibutuhkan agar
reformasi administrasi perpajakan berhasil yaitu:
- Struktur pajak disederhanakan untuk kemudahan, kepatuhan, dan
administrasi; -
Strategi reformasi yang cocok harus dikembangkan; -
Komitmen politik yang kuat terhadap peningkatan administrasi perpajakan.
Elemen dasar reformasi administrasi perpajakan menurut Pallechio 19950 seperti yang dikutip oleh Nasucha memiliki syarat sebagai berikut:
- Komitmen politik yang berkelanjutan;
- Staf yang mampu berkosentrasi terhadap pekerjaan dalam jangka panjang;
- Strategi yang tepat dan didefinisikan dengan baik karena tidak ada strategi
yang cocok untuk semua negara; -
Pendidikan dan pelatihan pegawai; -
Tersedia dana dan sumber daya lain yang cukup. Mengacu kepada prinsip – prinsip good governance reformasi administrasi
perpajakan dengan mengedepankan tujuan penerimaan negara dan mendorong tingkat kepatuhan sukarela, mengarah ke hal – hal berikut :
1 Partisipasi masyarakat yang yang tertib sosial karena pajak pada hakekatnya
dari masyarakat, oleh masyarakat dan untu masyarakat.
2 Landasan dan kepastian hukum pengenaan, pemungutan, dan penarikan
pajak. 3
Transparansi baik dari administrasi perpajakan, masyarakat yang membayar pajak maupun pihak yang terkait dengan sistem perpajakan.
4 Responsiveness, yaitu peka dan fleksibel terhadap pertumbuhan sosial,
politik, hukum, ekonomi dan kebutuhan publik. 5
Keadilan dalam sistem perpajakan. 6
Adanya visi strategi dari administrator pajak. 7
Prnsip efektivitas dan efisiensi. 8
Profesionalisme dalam proses perpajakan. 9
Akuntabilitas dan dipertanggungjawabkan kepada masyarakat. 10
Supervisi sehat. Nasucha: 2004 Reformasi Perpajakan di Indonesia telah dilakukan pertama sekali pada
tahun 1983 dimana saat itu terjadi reformasi atau perubahan sistem mendasar atas pengelolaan perpajakan Indonesia dari sistem Official Assessment ke sistem Self
Assessment . Langkah pemerintah untuk terus meningkatkan penerimaan dari sektor pajak yaitu dengan melakukan reformasi perpajakan dari Official
Assessment System menjadi Self Assessment System. Dalam official assessment system tanggung jawab pemungutan terletak sepenuhnya pada penguasa
pemerintah, sedangkan dalam Self Assessment system Wajib Pajak diberi kepercayaan penuh untuk menghitung, memperhitungkan, menyetor dan
melaporkan besarnya pajak yang terhutang sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan.
c. Sistem Self Assessment