Evaluasi Keputusan
Teoritis Menggunakan metode
deskriptif untuk menghasilkan informasi
yang terpercaya dan valid mengenai hasil kebijakan
yang secara eksplisit diinginkan oleh berbagai
pelaku kebijakan. Tujuan dan sasaran
dari berbagai pelaku yang diumumkan
secara formal ataupun diam-diam
merupakan ukuran yang tepat dari
manfaat atau nilai. 1.
Penilaian tentang dapat
tidaknya evaluasi
2. Analisis utilitas
multiatribut
Sumber : Dunn 2003:612
e. Tahapan dan Kendala Evaluasi Kebijakan
Evaluasi dalam pelaksanaanya memiliki tahapan atau langkah-langkah yang dapat dilakukan agar dapat berjalan secara sistematis. Evaluasi dengan
ilmiah merupakan evaluasi yang mempunyai kemampuan yang lebih baik untuk menjalankan evaluasi kebijakan dibandingkan dengan tipe evaluasi lain Winarno,
2007 : 169. Edward A. Suchman di sisi lain lebih masuk ke sisi praktis dengan mengemukakan tujuh langkah dalam evaluasi kebijakan Winarno, 2007 : 169,
yaitu : 1
Mengidentifikasi tujuan program yang akan dievaluasi. 2
Analisis terhadap masalah. 3
Deskripsi dan standardisasi kegiatan. 4
Pengukuran terhadap tingkatan perubahan yang terjadi. 5
Menentukan apakah perubahan yang diamati merupakan akibat dari kegiatan tersebut atau karena penyebab lain.
6 Beberapa indikator untuk menentukan keberadaan suatu dampak.
Menurut Suchman, mendefinisikan masalah merupakan tahap paling penting dalam evaluasi kebijakan.Setelah masalah didefinisikan dengan jelas
maka tujuan-tujuan dapat disusun dengan jelas pula. Oleh karena itu, ia juga mengidentifikasi beberapa pertanyaan operasional untuk menjalankan riset
evaluasi seperti : 1
Apakah yang menjadi isi dari tujuan program ? 2
Siapa yang menjadi target program ? 3
Kapan perubahan yang diharapkan terjadi ? 4
Apakah tujuan yang ditetapkan satu atauan banyak unitary or multiple ?
5 Apakah dampak yang diharapkan besar ?
6 Bagaimanakah tujuan-tujuan tersebut dicapai ?
Langkah-langkah tersebut dibuat agar suatu evaluasi dapat efektif dengan berjalan secara sistematis. Pada pelaksanaanya sendiri, evaluasi tidak terlepas dari
kemungkin timbulnya masalah atau kendala. Hal ini disebabkan evaluasi juga merupakan proses yang kompleks, sehingga kendala atau masalah tersebut dapat
menghambat pelaksanaan evaluasi tersebut. Anderson dalam Winarno 2007 : 175-179 mengidentifikasi enam masalah yang akan dihadapi dalam proses
evaluasi kebijakan. 1
Ketidakpastian atas tujuan-tujuan kebijakan. Bila tujuan-tujuan dari suatu kebijakan tidak jelas atau tersebar, maka kesulitan yang timbul adalah
menentukan sejauh mana tujuan-tujuan tersebut telah dicapai. Ketidakjelasan biasanya berangkat dari proses penetapan kebijakan.
2 Kausalitas. Terdapat kesulitan dalam melakukan penentuan kausalitas antara
tindakan-tindakan yang dilakukan terutama dalam masalah-masalah yang kompleks. Seringkali ditemukan suatu perubahan terjadi, tetapi tidak
disebabkan suatu tindakan atau kebijakan. 3
Dampak kebijakan yang menyebar. Tindakan-tindakan kebijakan mungkin mempengaruhi kelompok-kelompok lain selain kelompok-kelompok yang
menjadi sasaran kebijakan. Hal ini sebagai akibat dari eksternalitas atau dampak yang melimpah yakni suatu dampak yang ditimbulkan oleh kebijakan
pada keadaan atau kelompok selain mereka yang menjadi sasaran kebijakan. 4
Kesulitan-kesulitan dalam memperoleh data. Kekurangan data statistik dan informasi-informasi lain yang relevan akan menghalangi para evaluator untuk
melakukan evaluasi kebijakan. 5
Resistensi pejabat. Para pejabat pelaksana program mempunyai kecenderungan untuk tidak mendorong studi-studi evaluasi, menolak
memberikan data, atau tidak menyediakan dokumen yang lengkap. 6
Evaluasi mengurangi dampak. Berdasarkan alasan tertentu, suatu evaluasi kebijakan yang telah dirampungkan mungkin diabaikan atau dikritik sebagai
evaluasi yang tidak meyakinkan. Hal inilah yang mendorong mengapa suatu evaluasi kebijakan yang telah dilakukan tidak mendapat perhatian yang
semsetinya bahkan diabaikan, meskipun evaluasi tersebut benar. f.
Bentuk Analisis Kebijakan
Analisis kebijakan publik berdasarkan kajian kebijakannya dapat dibedakan antara analisis kebijakan sebelum adanya kebijakan publik tertentu dan
sesudah adanya kebijakan publik tertentu. Keduanya baik analisis kebijakan sebelum maupun sesudah adanya kebijakan mempunyai tujuan yang sama yakni
memberikan rekomendasi kebijakan kepada penentu kebijakan agar didapat kebijakan yang lebih berkualitas. Dunn 2003:117 membedakan tiga bentuk
utama analisis kebijakan publik, yaitu: 1
Analisis Kebijakan Prospektif. Analisis kebijakan prospektif yang berupa produksi dan tranformasi informasi sebelum aksi kebijakan dimulai dan
diimplementasikan ex ante. Analisis kebijakan disini merupakan suatu alat untuk mensintesakan informasi untuk dipakai dalam merumuskan alternatif
dan preferensi kebijakan yang dinyatakan secara komparatif, diramalkan dalam bahasa kuantitatif dan kualitatif sebagai landasan atau penuntun dalam
pengambilan keputusan kebijakan. 2
Analisis Kebijakan Retrospektif. Analisis kebijakan retrospektif adalah sebagai penciptaan dan tranformasi informasi sesudah aksi kebijakan
dilakukan. Evaluasi proses retrospektif, yang cenderung dipusatkan pada masalah-masalah dan kendala-kendala yang terjadi selama implementasi
kebijakan dan program. Evaluasi retrospektif lebih menggantungkan pada deskripsi ex post facto tentang kegiatan aktivitas program yang sedang
berjalan, yang selanjutnya berhubungan dengan keluaran dan dampak. 3
Analisis kebijakan yang terintegrasi. Analisis kebijakan yang terintegrasi merupakan bentuk analisis yang mengkombinasikan gaya operasi para
praktisi yang menaruh perhatian pada penciptaan dan transformasi informasi sebelum dan sesudah tindakan kebijakan diambil.
g. Model Evaluasi Kebijakan