2.3.8. Kelebihan Tubektomi
Menurut Meilani 2010 kelebihan tubektomi adalah : a.
Sangat efektif 0,5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama penggunaan
b. Tidak mempengaruhi proses menyusui
c. Tidak bergantung pada faktor senggama
d. Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi resiko kesehatan yang serius
e. Pembedahan sederhana dapat dilakukan dengan anastesi lokal
f. Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
g. Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual Tidak ada efek pada produksi
hormone ovarium
2.3.9. Keterbatasan Tubektomi
Menurut Pinem 2009 keterbatasan tubektomi adalah : a.
Karena bersifat permanen tidak dapat dipulihkan kembali, kecuali dengan rekanalisasi, maka sebelum tindakan perlu pertimbangan matang dari pasangan.
b. Klien akseptor dapat menyesal dikemudian hari
c. Ada rasa sakit atau tidak nyaman dalam jangka pendek setelah tindakan.
d. Harus dilakukan oleh dokter yang terlatih Dokter spesialis ginekologi atau
spesialis bedah e.
Tidak melindungi terhadap IMS, termasuk HBV dan HIV AIDS.
2.3.10. Persiapan Klien Tubektomi
Menurut Saifuddin 2010 persiapan klien sebelum Operasi adalah :
Universitas Sumatera Utara
a. Klien dianjurkan mandi sebelum mengunjungi tempat pelayanan. Bila tidak
sempat minta klien untuk membersihkan bagian abdomen atau perut bawah, pubis, dan vagina dengan menggunakan sabun dan air.
b. Bila menutupi daerah operasi rambut pubis cukup digunting, pencukuran hanya
dilakukan apabila rambut tersebut sangat menutupi daerah operasi dan waktu pencukuran adalah saat sebelum operasi dilaksanakan.
c. Bila menggunakan elevator Rahim, sebaiknya dilakukan pengusapan antiseptik
pada serviks dan vagina. d.
Setelah pengolesan betadinepovidon iodin pada kulit, tunggu 1-2 menit agar yodium bebas yang dilepaskan dapat membunuh mikroorganisme dengan baik.
2.3.11. Mekanisme Tubektomi
Menurut Meilani 2010, mekanisme tubektomi adalah : a.
Saat Operasi Pasca keguguran, pasca persalinan atau masa interval. Pasca persalinan dianjurkan
24 jam atau selambat-lambatnya dalam 48 jam setelah bersalin. b.
Cara mencapai tuba Laparatomi, laparatomi mini, laparaskopi.
1. Laparatomi biasa
Tindakan ini paling banyak dilakukan pada tubektomi diIndonesia sebelum tahun 70 an. Tubektomi dengan tindakan laparatomi biasa dilakukan terutama
pasca persalinan. Selain itu dapat dilakukan bersamaan dengan seksio sesarea.
Universitas Sumatera Utara
2. Laparatomi mini
Tindakan ini paling mudah dilakukan 1-2 hari pasca persalinan. Saat itu uterus masih besar tuba uterina masih panjang dan dinding perut masih longgar
sehingga mudah dalam mencapai tuba uterina dengan sayatan kecil 1-2 cm dibawah pusat.
Pasien dibaringkan, lipatan kulit dibawah pusat yang berbentuk bulan sabit ditegangkan antara dua buah doek klem hingga menjadi lurus. Pada tempat
lipatan itu dilakukan sayatan kecil 1-2 cm sampai hampir menembus rongga peritoneum.
c. Cara penutupan tuba
1. Promeroy
Tuba dijepit pada pertengahannya, kemudian diangkat sampai melipat. Dasar lipatan diikat dengan sehelai catgut biasa no 0 no 1.Lipatan tuba kemudian
dipotong diatas ikatan cutgut tadi. 2.
Kroener Fimbria dijepit dengan sebuah klem. Bagian tuba proksimal dari jepitan diikat
dengan sehelai benang sutera, atau dengan cat gut yang tidak mudah di reasorbsi. Bagian tuba distal dari jepitan dipotong Fimbriektomi.
3. Irving
Tuba dipotong pada pertengahan panjangnya setelah kedua ujung potongan diikat dengan catgut kronik no 0 atau 00. Ujung potongan proksimal
Universitas Sumatera Utara
ditanamkan didalam myometrium dinding depan uterus ujung potongan distal ditanamkan didalam ligamentum.
4. Pemasangan cincin falope
Dengan aplikator, bagian isthmus tuba ditarik dan cincin dipasang pada bagian tuba tersebut. Sesudah terpasang lipatan tuba tampak keputih-putihan oleh
karena tidak mendapat suplai darah lagi dan akan menjadi fibrotik. Cincin falope dapat dipasang pada laparatomi mini, laparaskopi, atau laprokator.
5. Pemasangan Klip
Berbagai jenis klip telah dikembangkan untuk memperoleh kerusakan minimal agar dapat dilakukan rekanalisasi bila diperlukan kelak. Klip Filshine
mempunyai keuntungan dapat digunakan pada tuba yang edema. Klip Huka – Clemens digunakan dengan cara menjepit tuba, oleh karena tidak
memperpendek panjang tuba maka rekanalisasi lebih mungkin dikerjakan. 6.
Elektro Koagulasi dan Pemutusan Tuba Cara ini dahulu banyak dikerjakan pada tubektomi laparaskopi. Dengan
memasukkan Grasping Forcepsmelalui laparaskop, tuba dijepit kurang lebih 2 cm dari koruna kemudian diangkat menjauhi uterus dan alat-alat panggul
lainnya. Setelah itu dilakukan kauterisasi, Tuba terbakar kurang lebih 1 cm keproksimal dan distal serta mesosalping terbakar sejauh 2 cm. pada waktu
kauterisasi tuba tampak menjadi putih, menggembung, lalu putus. Cara ini banyak ditinggalkan.
Universitas Sumatera Utara
2.3.12. Perawatan Pasca Bedah