Hubungan Pendidikan dengan Penggunaan Kontrasepsi Tubektomi Hubungan Pekerjaan dengan Penggunaan Kontrasepsi Tubektomi

menuju usia tua. Selain itu, orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini Cahyono, 2009. Umur ibu merupakan salah satu faktor yang memengaruhi perilaku seseorang termasuk dalam hal memelihara kesehatan. Untuk ibu yang usia cukup tua tentunya lebih banyak pengalaman hidup sehingga lebih mudah menerima upaya-upaya kesehatan bagi dirinya Notoatmodjo, 2010. Umur berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi tubektomi disebabkan responden menggunakan kontrasepsi tubektomi karena semakin bertambah usia ibu, tentunya cenderung anaknya bertambah juga sesuai keinginan bapakibu, terkait kebutuhan hidup, dimana bertambahnya anak, maka kebutuhan akan bertambah. Apabila tidak didukung dengan pendapatan menyebabkan kurang perhatian dan perawatan terhadap anak. Temuan di lapangan pengguna kontrasepsi tubektomi mayoritas tidak bekerja atau ibu rumah tangga.

5.1.2 Hubungan Pendidikan dengan Penggunaan Kontrasepsi Tubektomi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden kelompok berpendidikan dasar 57,9 maupun berpendidikan menengah ke atas SMAsarjana 69,6 cenderung tidak menggunakan kontrasepsi tubektomi. Hasil uji statistik chi square didapat nilai p=0,1580,05, artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu terhadap penggunaan kontrasepsi tubektomi. Universitas Sumatera Utara Berbeda dengan penelitian Riadi 2001 menemukan variabel pendidikan berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi tubektomi pada peserta KB aktif di Desa Kantonsari Kecamatan Demak Kota Kabupaten Demak. Menurut Notoatmodjo 2010 tingkat pendidikan seseorang akan memengaruhi dalam memberi respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberi respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang, akan berpikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut maka mempermudah dalam memilih alat kontrasepsi yang sesuai untuk digunakan. Tidak ada hubungan pendidikan responden terhadap penggunaan kontrasepsi tubektomi disebabkan responden merupakan akseptor KB yaitu pil, implant, suntik, IUD dan tubektomi dengan keterpaparan informasi kontrasepsi yang diperoleh dari tenaga kesehatan sehingga memahami manfaat dari kontrasepsi tersebut.

5.1.3 Hubungan Pekerjaan dengan Penggunaan Kontrasepsi Tubektomi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang bekerja 75 maupun tidak bekerja 64,4 cenderung tidak menggunakan kontrasepsi tubektomi. Hasil uji statistik chi square didapat nilai p 6620,05, artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan responden dengan penggunaan kontrasepsi tubektomi. Berbeda dengan penelitian Seto 2011 bahwa hasil uji statistik ada hubungan yang signifikan antara faktor pekerjaan dengan minat WUS memilih kontrasepsi MOW p0,05 di Desa Butuh Kabupaten Purworejo. Universitas Sumatera Utara Persentasi pemakaian kontrasepsi berdasarkan pekerjaan pada wanita pekerja sebesar 55,4 tidak bekerja sebesar 53,6. Wanita yang bekerja memiliki waktu yang sedikit sehingga kesempatan untuk mengurus anak lebih sedikit dibanding wanita yang tidak bekerja, dan wanita yang bekerja akan cenderung membatasi jumlah anak Subakti, 2005. Banyak faktor yang memengaruhi dalam pemilihan kontrasepsi. Faktor-faktor tersebut antara lain faktor pasangan yang berhubungan dengan umur, frekuensi senggama, jumlah keluarga yang diinginkan, faktor metode kontrasepsi yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan pasangan tentang kontrasepsi, dan biaya Hartanto, 2010. Responden yang menggunakan kontrasepsi tubektomi tidak memiliki pekerjaan ibu rumah tangga dengan jumlah anak pada umumnya di atas 3 orang. Responden memiliki lingkungan pekerjaan bekerja lebih mudah memperoeh informasi tentang kontrasepsi tubektomi. Responden mayoritas tidak menggunakan kontrasepsi mantap tubektomi berstatus sebagai IRT karena kurangnya pengetahuan ibu tentang KB. Hal ini di dukung oleh teori Glasier 2006, rendahnya menggunakan kontrasepsi disebabkan kurangnya pengetahuan akibat tidak mendapat akses informasi tentang KB tubektomi.

5.1.4 Hubungan Pengetahuan dengan Penggunaan Kontrasepsi Tubektomi

Dokumen yang terkait

Potensi Pengembangan Usaha Ikan Asin Di Kelurahan Belawan Bahari Kecamatan Medan Belawan Kota Medan.

7 79 91

Hubungan Tingkat Pengetahuan KB Pada Ibu-IbuTerhadap Penggunaan Kontrasepsi di Kelurahan Belawan I Kecamatan Belawan Tahun 2010

0 27 60

Hubungan Tingkat Pengetahuan KB Pada Ibu-Ibu Terhadap Penggunaan Kontrasepsi di Kelurahan Belawan I Kecamatan Belawan Tahun 2010

0 30 60

Hubungan Faktor Sosio Demografi dan Sosial Budaya Dengan Penggunaan Kontrasepsi Tubektomi di Kelurahan Belawan Bahagia Kecamatan Medan Belawan Kota Madya Medan Tahun 2014

0 0 17

Hubungan Faktor Sosio Demografi dan Sosial Budaya Dengan Penggunaan Kontrasepsi Tubektomi di Kelurahan Belawan Bahagia Kecamatan Medan Belawan Kota Madya Medan Tahun 2014

0 0 2

Hubungan Faktor Sosio Demografi dan Sosial Budaya Dengan Penggunaan Kontrasepsi Tubektomi di Kelurahan Belawan Bahagia Kecamatan Medan Belawan Kota Madya Medan Tahun 2014

0 0 8

Hubungan Faktor Sosio Demografi dan Sosial Budaya Dengan Penggunaan Kontrasepsi Tubektomi di Kelurahan Belawan Bahagia Kecamatan Medan Belawan Kota Madya Medan Tahun 2014

0 0 29

Hubungan Faktor Sosio Demografi dan Sosial Budaya Dengan Penggunaan Kontrasepsi Tubektomi di Kelurahan Belawan Bahagia Kecamatan Medan Belawan Kota Madya Medan Tahun 2014

0 0 4

Hubungan Faktor Sosio Demografi dan Sosial Budaya Dengan Penggunaan Kontrasepsi Tubektomi di Kelurahan Belawan Bahagia Kecamatan Medan Belawan Kota Madya Medan Tahun 2014

0 0 30

Faktor-Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah Di Daerah Pesisir Lorong Melati Kelurahan Belawan 1 Kecamatan Medan Belawan Kota Medan

0 0 11