Pembahasan Temuan penelitian DESKRIPSI, ANALISIS DATA, PEMERIKSAAN KEABSAHAN DATA

soal dengan tujuan untuk menemukan sebuah jawaban pada materi Teorema Phytagoras. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi matematis siswa masih rendah. Sehingga peneliti menghendaki untuk memperbaiki proses pembelajaran matematika di kelas tersebut, yaitu dengan menerapkan model pembelajaran Treffingger sehingga kemampuan komunikasi matematis dan aktivitas belajar matematika siswa di dalam kelas meningkat. Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus I dan siklus II, setelah diberikan tindakan, secara umum kemampuan komunikasi matematis siswa mengalami peningkatan. Rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa pada siklus I sebesar 67 dan pada siklus II rata-rata kemampuan komunikasi matemtais siswa sebesar 74 dengan peningkatan sebesar 7. Sedangkan untuk masing-masing indikator kemampuan komunikasi matematis siswa, masing-masing indikator tersebut sudah mulai terlihat bahwasanya ada peningkatan yang terjadi dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I indikator kemampuan komunikasi matematis siswa pada aspek writing sebesar 70 meningkat sebesar 5 pada siklus II sehingga indikator kemampuan komunikasi matematis pada siklus II mencapai 75 sedangkan indikator kemampuan komunikasi matematis siswa pada aspek drawing sebesar 71 meningkat pada siklus II menjadi 76 sehingga terjadinya peningkatan sebesar 5 dan yang terakhir yaitu indikator kemampuan komunikasi matematis siswa pada aspek mathematical exspression yaitu sebesar 60 meningkat sebesar 13 sehingga pada siklus II indikator komunikasi pada aspek mathematical exspression menjadi 73. Pada tingkat ketiga Treffinger yaitu working real with problems terdapat temuan menarik pada kemampuan komunikasi matematis yang diukur pada aspek mathematical exspression meningkat cukup besar, peningkatan yang terjadi cukup tinggi dari pada peningkatan indikator lainnya yaitu sebesar 13. Hal ini disebabkan karena pada proses pembelajaran pada siklus II peneliti mengulang sedikit materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya, sehingga siswa meningkat lebih mengingat simbol-simbol yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Dari hasil aktivitas belajar matematika. Bahwa pada umumnya aktivitas belajar matematika meningkat setiap siklusnya, akan tetapi ada dua poin yang menjadi temuan menarik pada penelitian ini yaitu poin ketiga dan keenam. Pada poin ketiga yaitu bertanya pada saat proses pembelajaran berlangsung, pada siklus I persentase poin ketiga sebesar 42.95 meningkat pada siklus II menjadi 75.64. jika dilihat peningkatan yang terjadi pada poin ketiga cukup tinggi yaitu sebesar 32.69. Hal ini disebabkan karena materi pada siklus II lebih sulit dibandingkan dengan materi pada siklus I, sehingga sebagian besar siswa bertanya pada saat proses pelajaran berlangsung. Untuk poin keenam yaitu mencatat penjelasan yang disampaikan guru. pada siklus I persentase poin keenam sebesar 94.87 sedangkan pada siklus II persentase poin keenam sebesar 92.31. Jika dilihat bahwa adanya penurunan antara siklus I ke siklus II yaitu sebesar 2.56. hal ini disebabkan karena adanya rasa jenuh dan bosan pada proses pembelajaran, sehingga mereka lebih memilih melihat catatan kepada temannya di rumah masing-masing. Dari hasil wawancara siswa pada tiap siklusnya diketahui bahwa siswa masih merasa terbebani dalam proses belajar matematika, akan tetapi ada sebagian siswa yang merasa bahwa matematika merupakan sebuah tantangan yang harus dikerjakan. 77

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa: 1. Dengan menggunakan model Treffinger, pembelajaran matematika dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa, oleh karena itu hasil belajar siswa juga meningkat. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata siswa yang lebih besar sama dengan nilai KKM. Pada siklus I nilai rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa sebesar 67, sedangkan pada siklus II nilai rata-rata kemampuan komunikasi matemtais siswa sebesar 74. 2. Pembelajaran model Treefinger dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa. Hal ini terlihat dari rata-rata persentase aktivitas belajar matematika siswa yaitu pada siklus I rata-rata persentase aktivitas siswa pada siklus I sebesar 67.40 dan meningkat menjadi 76.28 pada siklus II.

B. Saran

Berdasarkan temuan-temuan selama penelitian, penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut: 1. Untuk mengaktifkan siswa ketika belajar di kelas, terutama untuk meningkatkan komunikasi matematis siswa, pembelajaran matematika dengan menggunakan model Treffinger dapat dijadikan sebagai alternatif. 2. Gunakan model Treffinger dalam pembelajaran matematika sebagai alternatif pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan kecintaan siswa terhadap matematika. 3. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model Treffinger ini disarankan agar dilakukan pada pokok bahasan lainnya. 78 DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, Mulyono. Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. 2012. Arikunto, Suharsimi. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2007. _______________. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2012. _______________. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2006. B. Uno, Hamzah dan Masri Kuadrat Umar. Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran: Sebuah Konsep Pembelajaran Berbasis kecerdasan. Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2009. Hamalik, Oemar. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara. 2003. Munandar, Utami. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2009. Nata, Abuddin. Metodologi Studi islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2002. NCTM. “Principle and Standards for School Mathematics”. Virginia: NCTM. 2000. Nisa, Titin Faridatun. Pembelajaran Matematika dengan Setting Model Treffinger untuk Mengembangkan Kreativitas Siswa. Pedagogia. 2011. Ramayulis. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: kalam Mulia. 2005.