Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
Pentingnya komunikasi juga dijelaskan dalam tujuan pembelajaran matematika yang terdapat dalam KTSP, adapun tujuan pembelajaran
matematika yaitu:
2
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media
lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. 5.
Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Pada point keempat, tujuan pembelajaran matematika adalah siswa dapat
mengkomunikasikan ide-ide matematika kedalam bentuk simbol, tabel diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah matematika. Oleh
sebab itu, rendahnya kemampuan matematika bisa jadi salah satu penyebabnya adalah siswa kurang mampu mengkomunikasikan ide-ide matematika ke dalam
bentuk simbol, tabel, diagram atau media lainnya. Greenes dan Schulman mengutarakan, bahwa komunikasi metematis
merupakan: 1 kekuatan sentral bagi siswa dalam merumuskan konsep dan strategi matematik, 2 modal keberhasilan bagi siswa terhadap pendekatan dan
penyelesaian dalam eksplorasi dan investigasi matematik, 3 wadah bagi siswa dalam berkomunikasi dengan temannya untuk memperoleh informasi,
2
Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan menengah, Jakarta: BSNP, 2006, 2013, h. 140 , http:ebookbrowsee.netbuku-standar-isi-SMP-pdf-694762883
membagi pikiran dan penemuan, curah pendapat, menilai dan mempertajam ide untuk meyakinkan orang lain.
3
Komunikasi dalam matematika sangat perlu ditumbuhkembangkan, karena kemampuan komunikasi matematis merupakan alat bantu pikir siswa
dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Hal ini sependapat dengan Baroody, bahwa ada dua alasan mengapa komunikasi matematis siswa perlu
ditumbuhkembangkan, yaitu: 1 matematika adalah alat bantu berpikir, menyelesaikan masalah atau mengambil kesimpulan, 2 matematika sebagai
aktifitas sosial dalam pembelajaran matematika, matematika sebagai wahana interaksi antar siswa, dan juga komunikasi antar guru dan siswa.
4
Berdasarkan hasil belajar siswajuga menunjukkan bahwa komunikasi matematis siswa masih rendah.Dari instrument yang dibuat hanya 10 atau
25.64 siswa dari 39 siswa yang dapat mengkomunikasikan ide matematika dengan baik.
5
Dalam menyelesaikan soal komunikasi tersebut sebagian besar siswa kesulitan dalam mengkomunikasikan hal-hal yang diketahui dalam soal
menjadi kalimat-kalimat matematika, seperti merubah soal tersebut menjadi simbol-simbol matematika.Hal ini juga telah dibuktikan dalam penelitian Kadir
yang menyebutkan bahwa komunikasi matematis siswa masih rendah, antara lain:
6
1. Secara umum siswa tidak dapat menjawab pertanyaan lanjutan dari sebuah
soal yang masih memerlukan informasi tambahan. 2.
Siswa belum dapat membuat model matematika dari sebuah masalah non rutin yang melibatkan bilangan pecahan, hal ini berdampak pada siswa
tidak dapat memecahkan soal yang diberikan.
3
Gusni Satriawati, “Pembelajaran dengan pendekatan Open-Ended untuk Meningkatkan Pemahaman dan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa”, Algoritma, vol. 1, 2006, h. 109.
4
Ibid.
5
Dilakukan di MTs Hidayatul Umam Cinere pada Bulan November.
6
Kadir, Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa SMP di Daerah Pesisir Kabupaten Buton setelah Mendapatkan Pembelajaran Kontekstual Pesisir, Jurnal Pendidikan Matematika,
2010, h. 4.
3. Masih banyak siswa yang belum dapat membuat model matematika dari
suatu soal yang disusun dalam bentuk tabel dengan susunan yang tidak biasa.
4. Masih banyak siswa yang salah dalam melakukan perkalian antara suatu
bilangan dengan sebuah persamaan. 5.
Masih banyak siswa yang salah dalam menentukan bilangan pengali untuk menyelesaikan suatu model matematika dengan metode eliminasi.
6. Masih ada siswa yang belum dapat menuliskan jawaban akhir sebagai
solusi dari suatu masalah. Kemampuan komunikasi matematis siswa jarang mendapat perhatian dari
guru. Guru lebih berusaha agar siswa mampu menjawab soal dengan benar tanpa meminta alasan jawaban siswa, ataupun meminta siswa untuk
mengkomunikasikan pemikiran, ide dan gagasannya. Hal ini sependapat dengan Cai
‘it is so rare for students to provide explanation in mathematics class, so strage to talk about mathematics, and so surprising to justify answer’
artinya bahwa akibat dari jarangnya para siswa dituntut untuk memberikan penjelasan dalam pelajaran matematika, maka sangat asing bagi siswa untuk
mengkomunikasikan ide-ide mereka, dengan demikian adalah hal yang mengejutkan bagi siswa jika diminta untuk memberikan alasan atas
jawabannya.
7
Mengingat pentingnya komunikasi matematis siswa berdasarkan uraian di atas, bahwa perlu adanya model baru untuk meningkatkan komunikasi
matematis siswa. Berdasarkan observasi yang dilakukan di Mts. Hidayatul Umam, guru matematika masih saja menggunakan model pembelajaran
konvensional, yaitu dengan menggunakan metode ceramah. Pada metode ini hanya guru yang berperan aktif menjelaskan kepada siswa, siswa tidak
dilibatkan dalam proses pembelajaran. Menurut Sarson W.Dj.Pomalato untuk menjadikan pembelajaran
matematika menarik bagi siswa sehingga mereka menjadi aktif dan kreatif
7
Wahid Umar, “Membangun Kemampuan Komunikasi Matematis dalam Pembelajaran
Matematika”, Jurnal Ilmiah Program studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol. 1, 2012, h. 3.
dalam mengikuti pembelajaran, maka diharapkan hal itu akan memberikan efek positif terhadap hasil belajar yang diperolehnya. Hasil belajar yang dimaksud
antara lain tercermin pada kemampuan komunikasi matematis, penalaran, kemampuan kreatif matematik serta kemampuan pemecahan masalah yang
dapat diaplikasikannya pada masalah matematika dan pada masalah yang dihadapinya sehari-hari.
8
Terdapat banyak metode pembelajaran salah satunya adalah metode ceramah. Metode ini sering digunakan oleh guru sebagai metode alternatif
dalam proses pembelajaran di kelas. Dalam pembelajaran matematika, metode ini dianggap kurang efektif karena dalam matematika tidak hanya
menyelesaikan masalah dengan menggunakan rumus tetapi juga dilihat pada prosesnya. Metode ini juga kurang efektif dalam meningkatkan komunikasi
matematis siswa, karena metode ini bersifat teacher centeredyaitu hampir seluruh informasi berasal dari penjelasan guru, sementara siswa cenderung
bersifat pasif. Untuk mewujudkan agar siswa memiliki kemampuan komunikasi yang
baik, oleh karena itu dibutuhkan pula model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis. Salah satu model
pembelajaran yang dimaksud adalah model pembelajaran Treffinger. Treffinger adalah proses pembelajaran yang mencakup dua ranah, yaitu
kognitif dan afektif.Model pembelajaran ini mempunyai tiga tahap, yaitu: tingkat divergen, practice with process dan working real with problems dalam
menghadapi masalah yang sebenarnya dengan cara sistematis dalam mengolah gagasan sehingga persoalan dapat dipecahkan secara imajinatif melalui
pengolahan informasi. Proses pengolahan informasi menyangkut cara memperoleh informasi, mengingat informasi dan menggunakaninformasi
tersebut untuk menyelesaikan suatu masalah. Melihat uraian di atas, bahwasanya model pembelajaran Treffinger
diduga memiliki pengaruh dalam kemampuan komunikasi matematis siswa.
8
Sarson W. Dj. Pomalato, Mengembangkan Kreatifitas Matematik Siswa dalam Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Model Treffinger, Mimbar Pendidikan, vol. 1,
2006, h. 23.
Oleh karena itu,penulis tertarik untuk menerapkan model pembelajaran Treffinger, dikarenakan siswa akan memiliki kreativitas yang tinggi sehingga
komunikasi matematis dapat berjalan dengan baik. Maka peneliti memutuskan
untuk memilih judul “Penerapan Model Treffinger untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
”. B.
Identifikasi Area
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka timbul permasalahan sebagaiberikut:
1. Siswa sulit mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang mereka miliki ke
dalam simbol-simbol matematika. 2.
Siswa hanya dapat menjawab soal yang benar, tanpa ada alasan jawaban 3.
Siswa jarang untuk memberikan penjelasan dalam menyelesaikan soal matematika, maka sangat asing bagi siswa untuk mengkomunikasikan ide-
ide. 4.
Proses pembelajaran masih berpusat pada guru.