Asumsi heteroskedastisitas ialah apabila
variansi dari factor
penggannggu selalu sama pada data pengamatan yang satu ke data pengamatan yang lain. Jika cirri ini terpenuhi, berarti variance factor pengganggu pada
kelompok data tersebut bersifat homoskedastik. Jika asumsi itu tidak dapat terpenuhi, maka dapat dikatakan terjadi penyimpangan. Penyimpangan terhadap
factor pengganggu sedemikian itu disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastis dan tidak terjadi heteroskedastisitas.
Menurut Bhuono 92005 : 62-63 untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas ada beberapa cara yaitu :
1 Melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dengan
melihat antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah yang di prediksi dan X adalah residual.
2 Dasar analisis, jika ada pola tertentu seperti titik yang membentuk pola yang teratur, maka mngindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jiak
tidak ada pola yang jelas secara titik-titik menyebar di atas dan di bawah angak nol, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Maka hal tersebut
bebas dari asumsi klasik heteroskedastisitas dan layak di gunakan dalam penelitian.
E. Operasional Variabel Penelitian
Definisi operasional adalah penentuan construct sehingga menjadi variabel yang dapat
diukur. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu yang digunakan peneliti dalam mengoperasionalisasikan construct, sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk
melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran construct yang lebih baik
Dalam penelitian ini menggunakan metode dependen yaitu menggunakan dua set variabel bebas dan terikat, yang bertujuan untuk menentukan apakah variabel bebas
mempengaruhi variabel terikat secara individual atau bersamaan. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Produk adalah sesuatu yang bisa ditawarkan yang meliputi barang-barang goods,
jasa service, aktiva asset, atau masukan factorfactor infut. sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan
keinginan konsumen, sesuai dengan kompetensi dan kapasitas organisasi serta daya beli pasar fandy Tjiptono, 2000, 95.
1. Harga adalah titik pertemuan antara kurva penawaran dan kurva permintaan atau harga adalah jumlah uang ditambah jumlah produk kalau mungkin yang
dibutuhkan untuk menciptakan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya Basu Swasta, 1997, 241.
2. Distribusi place kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsn kepada konsumen,
sehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperkenalkan jenis, jumlah, harga, tempat dan saat dibutuhkan Fandy Tjiptono, 2000 :185.
3. Promosi adalah suatu bentuk aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhimembujuk, dan mengingatkan pasar sasaran atas
perusahaan dan produknya agar bersedia menerima pada produk yang di tawarkan perusahaan yang bersangkutan Fandy Ciptono, 2000 : 219
4. Faktor sosial adalah sesuatu yang mempengaruhi konsumen yang berasal dari kelompok reperensi, keluarga, pernanan dan status Pholif kotler.2002
Sedangkan variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah keputusan pembelian konsumen.
Tabel 3.1 Operasional Variabel penelitian
No Varaibel
Indikator Skala
1 Produk
X1 1. kemampuan daya ingat konsumen terhadap
merk yang didasarkan pada kategori produk tertentu
2 Kepercayaan kepada produk atas kandungan, kadaluarsa.
3. Kemampuan konsumen dalam mengenali merk
Ordinal
2 Harga
X2 1. Kemampuan daya beli konsumen terhadap
produk 2. kepuasan konsumen terhadap harga
Ordinal 3
Distribusi X3
1. kemudahan konsumen dalam menemukan produk
2. Keberhasilan produk dalam hal distribusi 3. Kepercayaan konsumen terhadap sistem
pengangkuatan Ordinal
4 Promosi
X4 1. Penggunaan media TV, radio sebagai
sarana periklana 2. respon dari konsumen atas program yang
pernah dilakukan 3. Keefektifan iklan
Ordinal
5 Faktor sosial
X5 1. Pengaruh lingkungan sekitar terhadap
pembelian 2. pengaruh status terhadap pembelian
Ordinal 6
Keputusan pembelian
Y 1. kelengkapan informasi yang didapat oleh
konsumen tentang produk 2. kebiasaan dalam menggunakan merek
tertentu 3. Konsumen diposisikan penggunaan yang
sering 4. Kecermatan konsumen dalam memutuskan
pembelian Ordinal
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
Objek penelitian adalah konsumen dari Pocari sweat yang di produksi oleh PT Amerta Indah Otsuka yang berada di Ciputat baik penduduk asli atau pun pendatang Pocari Sweat
mulai memasuki pasar Indonesia tahun 1990. Pertama kali masuk ke Indonesia Pocari tidak langsung banyak. Pada waktu itu minuman isotonik belum begitu populer di Indonesia. Waktu
itu Pocari sweat hanya 30.000 kaleng dalam waktu setahun setahun, pada waktu itu belum ada pabriknya pocari yang di produksi di Indonesia jadi harus didatangkan langsung dari pabrik
minuman Pocari Sweat yang berada di Korea Selatan. Pada tahun 1991, PT Amerta Indah Otsuka perusahaan yang memproduksi Pocari
Sweat mendirikan pabrik di Lawang kabupaten Malang Jawa Timur, memproduksi minuman Pocari Sweat Pada waktu itu pabrik memiliki kapasitas produksi 7 juta kaleng per bulan.
Pabrik di Lawang beroperasi selama 13 tahun 1991- 2004, pada bulan Januari 2004 diputuskan memindahkan pabrik ke Sukabumi. Pertimbangannya untuk lebih menekan biaya
produksi dan transportasi serta memberikan kemudahan penyediaan bahan baku. Pabrik penghasil minuman Pocari Sweat di Sukabumi saat ini telah mampu memproduksi 14 juta
kaleng per bulan.