Kegiatan. PERKAMPUNGAN SOSIAL PINGIT PSP.
a. Karakteristik anak-anak Perkampungan Sosial Pingit Anak-anak Perkampungan sosial Pingit kebanyakan berasal dari
keluarga yang kurang mampu, keluarga dengan pendidikan dan ekonomi yang rendah dan biasanya mereka juga ikut bekerja membantu orang
tuanya sebagai pemulung, pengamen, dan bahkan pengemis. Meskipun kebanyakan bersekolah, tetapi ada juga yang memilih untuk tidak sekolah
atau berhenti sekolah dan bekerja untuk mencari sesuap nasi. Secara fisik, anak-anak Pingit memiliki penampilan yang kumal
karena terbiasa hidup atau mencari nafkah di jalan, tetapi ada juga yang cukup bersih. Di sisi lain, anak-anak Perkampungan Sosial Pingit memiliki
perilaku yang kurang begitu menerima hadirnya orang-orang baru pada lingkungan mereka, misalnya sikap-sikap yang mereka tunjukkan pada
volunteer-volunteer baru di PSP. Teriakan, caci maki, saling mengejek, bahkan berkelahi sangat akrab dengan kehidupan keseharian mereka.
Selain kepada teman-teman anak, perilaku tersebut juga sering dilakukan anak-anak PSP kepada volunteers PSP. Anak-anak PSP memiliki perilaku
yang keras, sulit mengalah dengan orang lain, suka mencari perhatian dengan berperilaku yang memancing perhatian dan juga cenderung mau
menang sendiri dan susah untuk diatur. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Realitas anak-anak Perkampungan Sosial Pingit Permasalahan anak yang terjadi di Perkampungan Sosial Pingit
antara lain adalah sebagai berikut Notulensi rapat divisi pendidikan, Selasa 17 Februari 2004:
1. Anak-anak yang kurang akrab. 2. Anak-anak gaduh, ramai, berkelahi: dimungkinkan karena kurangnya
perhatian, cemburu, iri, ketergantungan teman akrab, pada dasarnya memang jahil, suka mengganggu dan menang sendiri.
3. Kemampuan membahasakan emosi kurang. 4. Anak sulit diajak untuk berkembang. Fakta menunjukkan bahwa
prestasi akademis semakin berkurang. Kegagalan ini meliputi: ‐
Kegagalan akademis kekurangan uang dan dukungan dari orang tua. 3. Kegagalan kemampuan dasar dalam mengembangkan ketrampilan
kurang uang dan akses untuk menampilkan ketrampilan 4. Kegagalan dalam interaksi sosial.
5. Konsentrasi belajar anak berkurang karena: karakter diri anak yang bersangkutan, pertemanan dengan orang yang dekat serta sarana
belajar dan metode pendampingan yang kurang. 6. Anak yang sudah sekolah sering tidak mau diajak belajar:
kemungkinan besar bagi mereka yang berhobi menggambar nilai + tapi ada juga yang menempatkan belajar untuk menghindari orang tua.