b. Realitas anak-anak Perkampungan Sosial Pingit Permasalahan anak yang terjadi di Perkampungan Sosial Pingit
antara lain adalah sebagai berikut Notulensi rapat divisi pendidikan, Selasa 17 Februari 2004:
1. Anak-anak yang kurang akrab. 2. Anak-anak gaduh, ramai, berkelahi: dimungkinkan karena kurangnya
perhatian, cemburu, iri, ketergantungan teman akrab, pada dasarnya memang jahil, suka mengganggu dan menang sendiri.
3. Kemampuan membahasakan emosi kurang. 4. Anak sulit diajak untuk berkembang. Fakta menunjukkan bahwa
prestasi akademis semakin berkurang. Kegagalan ini meliputi: ‐
Kegagalan akademis kekurangan uang dan dukungan dari orang tua. 3. Kegagalan kemampuan dasar dalam mengembangkan ketrampilan
kurang uang dan akses untuk menampilkan ketrampilan 4. Kegagalan dalam interaksi sosial.
5. Konsentrasi belajar anak berkurang karena: karakter diri anak yang bersangkutan, pertemanan dengan orang yang dekat serta sarana
belajar dan metode pendampingan yang kurang. 6. Anak yang sudah sekolah sering tidak mau diajak belajar:
kemungkinan besar bagi mereka yang berhobi menggambar nilai + tapi ada juga yang menempatkan belajar untuk menghindari orang tua.
7. Hidup dalam lingkaran kekerasan, baik kekerasan verbal atau fisik. Teladan yang baik dari orang tua masih sangat kurang.
Sedangkan permasalahan khusus yang terjadi pada anak yang tidak sekolah adalah:
1. Kondisi yang tidak sekolah mempunyai sikap manja, susah diatur, tidak mau kerja sendiri namun juga tidak mau mandiri.
2. Kondisi anak yang putus sekolah biasanya: mengganggu yang sedang belajar, over acting serta ngobrol serta ngobrol dan kongkow serta
nongkrong. 3. Anak yang masih sekolah namun juga turun ke jalan. Anak kelompok
ini terkadang bersikap keras, minder, malas dan kasar. Anak-anak yang turun ke jalan dan ngamen lebih dikarenakan masalah ekonomi
dipaksa oleh orang tuanya atau alasan sosial.
D. PERILAKU AGRESIF ANAK-ANAK PERKAMPUNGAN SOSIAL
PINGIT.
Anak-anak merupakan
suatu masa atau usia yang sangat memiliki
peranan penting dalam rentang kehidupan. Selain pertumbuhan fisik yang sangat menonjol, perkembangan psikologis juga akan berkembang dalam usia ini. Anak-
anak belajar sesuatu melalui interaksinya dengan orang-orang terdekat, teman dan masyarakat sekelilingnya. Contoh pertama bagi anak untuk mengenal
perilaku baik maupun buruk, betul maupun salah, adalah keluarganya yang terdekat.
Selain dari keluarganya, munculnya perilaku pada anak-anak adalah juga pengaruh dari lingkungannya. Kondisi masyarakat yang serba keras, kondisi
ekonomi yang kurang mampu miskin, tingkat pendidikan yang rendah serta pola asuh yang kurang baik dan sarat dengan figur-figur yang keras tentu saja
akan berpengaruh juga dalam pembentukan perilaku anak. Perilaku agresif mungkin merupakan perilaku yang cukup menonjol
dalam lingkungan Perkampungan Sosial Pingit, baik yang terjadi atau dimiliki orang tua atau orang dewasa maupun anak-anak yang tinggal di lingkungan
tersebut Perkampungan Sosial Pingit. Lokasi Perkampungan tersebut juga dimungkinkan mempengaruhi dalam pembentukan watak dan perilaku pada
masyarakat PSP khususnya anak-anak. Bagaimana tidak, Perkampungan Sosial Pingit yang terletak di Kampung pingit RT 01RW 01 Kelurahan Bumijo,
Kecamatan Jetis sejak dulu memang dikenal sebagai daerah gali atau preman, begitu juga kampung sebelah selatan Pingit yaitu Badran yang dari dulu juga
dikenal sebagai daerah gali dan tentu saja sangat mempunyai pengaruh besar terhadap pola masyarakat PSP dan perkembangannya. Hal tersebut juga
menjelaskan bahwa sejak kecil anak-anak yang tinggal di daerah tersebut khususnya Perkampungan Sosial Pingit sudah hidup dalam lingkungan keras dan
sarat akan perilaku-perilaku agresif. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Uraian di atas menunjukkan bahwa lingkungan sosial anak-anak di Perkampungan Sosial Pingit memiliki karakteristik tertentu yang dapat
mempengaruhi perilaku anak-anak, salah satunya adalah perilaku agresif. Dengan kondisi lingkungan orang dewasa yang berpendidikan rendah, tingkat
ekonomi yang rendah miskin, lingkungan pergaulan yang keras, dan lingkungan yang tidak kondusif untuk pengembangan pribadi positif anak tentu
saja dapat menimbulkan pengaruh terhadap munculnya perilaku agresif yang cukup tinggi.
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti rendahnya tingkat pendidikan, mata pencaharian dan bahkan tingkat ekonomi masyarakat yang
cukup rendah juga menjadi faktor pembentukan perilaku anak-anak di sana. Pendidikan yang kurang tepat dari orang tua yaitu dengan membentak-bentak
penuh kemarahan dan caci maki sangat memberikan andil dalam pembentukan perilaku pada anak-anak di lingkungan tersebut.
Perlakuan yang mereka anak-anak dapatkan, yang telah mereka lihat dan bahkan terima dari ketika usia mereka masih kecil membuat anak-anak
memiliki perilaku yang sama yang ia tiru dari pemberi perlakuan tersebut. Tak jarang pula perilaku tersebut masih melekat sampai pada usia mereka remaja.
Bagaimana tidak, perilaku agresif yang sering mereka temui dan alami, seperti memberikan legalitas pada perilaku agresif mereka dan tak jarang perilaku
agresif yang mereka pelajari dan alami tersebut mereka kenakan pada teman- teman sepermainan atau sebaya mereka, anak yang lebih kecil dan bahkan pada