D a
r dari uji t yang dilakukan, diperoleh taraf signifikansi 0,081 dan deketahui
bahwa 0,0810,05 yang berarti bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan sehingga asumsi diterima dan berarti perilaku agresif subyek adalah dalam
kategori tinggi.
One-Sample Test
Test Value = 96
t df
Sig. 2- tailed
Mean Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower
Upper VAR0000
1 -1.844
19 .081
-6.250 -13.34
.84
Dari hasil tersebut, maka dapat diartikan bahwa subyek yaitu anak- anak usia pertengahan dan akhir di Perkampungan Sosial Pingit Yayasan
Sosial Soegijapranata memiliki kecenderungan melakukan atau memiliki perilaku agresif yang berada dalam tingkat tinggi.
2. Kategorisasi Perilaku Agresif.
Jika dibuat kategorisasi berdasarkan perhitungan mean teoritik, kemudian membagi penskoran nilai total masing masing subyek atau
membuat suatu kategori jenjang sebagai berikut: Kategori tinggi
: 98 X Kategori sedang : 70 X 98
Kategori rendah : X 70 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan jumlah subyek yang dipakai yaitu 20, maka diperoleh kategorisasi seperti dalam tabel berikut:
Tabel 8: Kategorisasi perilaku agresif
Kategori N Tinggi 5 25
Sedang 12 60 Rendah 3 15
Jumlah subjek pada penelitian ini adalah 20 orang anak-anak Perkampungan Sosial Pingit usia middle and late childhood atau pertengahan
dan akhir masa anak-anak. Setelah dilakukan pengolahan data dan ditentukan kategori jenjangnya, maka diketahui bahwa 5 anak 25 termasuk dalam
kategori tinggi, 12 anak 60 termasuk dalam kategori sedang dan 3 anak 15 memiliki perilaku agresif yang termasuk dalam kategori rendah.
3. Deskripsi Rerata Setiap Aspek Bentuk Perilaku Agresif.
Table 9: Deskripsi Data Setiap Aspek Bentuk Perilaku Agresif
Keterangan Menyerang
secara fisik Menyerang
suatu objek Menyerang
secara verbal atau
simbolis Melanggar hak
milik atau menyerang
benda orang lain
N 10 11
10 11
Mean Empirik 21,25
22,55 23,30
22,65 Rerata Mean Empirik
2,125 2,05
2,33 2,059
Dari hasil tersebut di atas terlihat bahwa pada setiap komponen bentuk perilaku agresif diketahui bahwa rerata mean empirik yang cenderung merata.
Hal ini berarti bahwa subyek melakukan perilaku agresif yang relatif merata dari bentuk-bentuk perilaku agresif tersebut. Hal tersebut terlihat pada
besarnya mean empirik pada setiap aspek yang tidak memiliki perbedaan yang mencolok.
Jika dilihat dari besarnya rerata mean empirik per aspek, bentuk perilaku agresif menyerang secara verbal atau simbolik memiliki rerata mean
empiri yang tertinggi yaitu 2,33. Pada urutan ke dua yaitu menyerang secara fisik dengan rerata mean 2,125 kemudian melanggar hak milik atau
menyerang benda orang lain dengan rerata mean empirik 2,059 dan pada urutan terakhir yang memiliki rerata mean empirik terendah adalah pada
bentuk perilaku agresif menyerang suatu obyek yaitu 2,05. Dari besarnya rerata mean empirik tersebut dapat dilihat bahwa perilaku menyerang suatu
obyek lebih rendah atau lebih kecil untuk dilakukan subyek, sedangkan perilaku agresif yang lebih sering dilakukan atau lebih adalah perilaku
menyerang secara verbal atau simbolik dan perilaku yang lain lebih dalam kisaran yang sama. Hal tersebut bisa diartikan bahwa anak-anak
Perkampungan Sosial Pingit YSS cenderung lebih memiliki perilaku agresif berupa menyerang secara verbal daripada secara fisik.
C. Pembahasan.
Anak usia pertengahan dan akhir secara formal sudah memiliki hubungan dengan dunia yang lebih luar dan kebudayaannya Santrock, 2002. Dalam
kontek pembentukan perilaku agresif, dunia luas sangat berpotensi terhadap pembentukan perilaku agresif pada anak. Kondisi lingkungan yang ada di
Perkampungan Sosial Pingit yang sangat penuh dengan budaya keras dan agresif akan sangat membentuk perilaku agresif pada anak. Dalam perkembangan
sosialnya, anak-anak usia ini cendrung mengidentifikasikan dirinya berdasarkan karakteristik sosial dan perbandingan sosialnya Santrock, 2002.
Kecenderungan untuk memperlihatkan perilaku agresif akan muncul secara mencolok pada masa anak-anak. Perilaku tersebut biasanya muncul dalam
interaksi sosialnya dalam bentuk perilaku seperti marah, bermusuhan, bertengkar, mengancam orang lain, menghancurkan barang orang lain, membanting mainan,
atau menyerang secara fisik Setyandari, 2002. Jika dilihat berdasarkan kategorisasi, dari 20 subyek 5 25 anak
memiliki perilaku agresif yang tinggi, 12 60 dalam kategori sedang dan 3 15 anak memiliki perilaku agresif yang rendah. Hal ini bisa diartikan bahwa
perilaku agresif anak-anak Perkampungan Sosial Pingit sebagian besar adalah di atas rata-rata. Hal tersebut disebabkan oleh faktor lingkungan yang sangat
mendukung akan kemunculan perilaku agresif pada anak-anak tersebut. Dari penelitian juga didapatkan 15 subyek memiliki perilaku agresif
yang rendah. Kategori rendah berarti bahwa perilaku agresif anak-anak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
cenderung tidak muncul atau anak jarang melakukan perilaku agresif. Meskipun banyak perilaku perilaku kekerasan dan agresif di lingkungan pergaulan mereka,
akan tetapi anak mampu melakukan kontrol diri atau pengendalian diri untuk tidak melakukan perilaku agresif. Hal tersebut sesuai dengan karakteristik anak
usia pertengahan dan akhir yang dikemukakan Havighurst dalam Astuti Lubis, 2009 dimana anak mulai membentuk sikap positif terhadap dirinya
sendiri dan mulai mengembangkan hati nurani, moralitas dan sistem nilai. Selain dikarenakan kcenderungan pribadi anak untuk tidak melakukan perilaku agresif,
hadirnya pendampingan dan volunteers di Perkampungan Sosial Pingit juga ikut andil dalam penurunan atau kontrol terhadap munculnya perilaku agresif anak
tersebut. Dalam masa pertengahan dan akhir anak-anak lingkungan sosial adalah
sangat memberikan pengaruh dalam perilakunya. Faktor-faktor penentu perilaku agresif yang utama adalah rasa marah, dan proses belajar respons agresif. Proses
belajar tersebut dapat terjadi melalui langsung terhadap respons agresif atau melalui imitasi Sears, 1991. Social learning theory menyebutkan bahwa agresi
dipelajari dari contoh-contoh perbuatan agresif, contoh-contoh yang dimaksudkan adalah perilaku agresif yang ada di masyarakat dan sering dijumpai
di lingkungan masyarakat. Tak bisa dipungkiri bahwa kondisi sosial Perkampungan Sosial Pingit yang merupakan daerah miskin, keluarga kelas
bawah yang tergolong tidak berpendidikan dan sangat dekat dengan kekerasan, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kekurangan dan kemiskinan sangat mempengaruhi perilaku anak-anak di lingkungan tersebut.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif data penelitian diketahui bahwa mean empirik yang lebih besar dari mean teoritik 89,75 84 yang dapat
diartikan bahwa anak-anak Perkampungan Sosial Pingit memiliki perilaku agresif. Perilaku agresif yang terjadi adalah peirlaku menyerang secara fisik,
menyerang suatu obyek, menyerang secara verbal atau simbolis, serta melanggar hak milik atau benda orang lain. Hal tersebut selaras dengan apa yang
dikemukakan oleh Setyandari di atas bahwa pada masa anak-anak ada kecenderungan untuk memperlihatkkan perilaku agresif secara mencolok.
Jika dilihat berdasarkan analisis setiap aspek bentuk perilaku agresif, anak-anak Perkampungan Sosial Pingit lebih cenderung melakukan perilaku
agresif menyerang secara verbal atau simbolik. Hal tersebut ditunjukkan dengan rerata mean pada bentuk perilaku tersebut yang lebih tinggi dari bentuk perilaku
yang lain yaitu 2,33. Hal tersebut dikarenakan seiring dengan pertambahan usia anak, perilaku agresif yang terjadi juga akan berubah. Anak-anak tidak lagi
melakukan perilaku agresif secara fisik tetapi lebih pada perilaku agresif secara verbal atau simbolik misalnya dengan mengejek, menghindar atau perilaku
penolakan Setyandari, 2002. Bukan berarti bahwa subyek tidak melakukan perilaku agresif lain karena hasil rerata setiap bentuk perilaku agresif dalam
penelitian cenderung merata yaitu 2,125 untuk perilaku menyerang secara fisik, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2,05 untuk menyerang suatu obyek, dan 2,059 untuk melanggar hak milik atau menyerang benda orang lain.
Salah satu faktor penentu terjadinya perilaku agresif adalah pembelajaran respon agresif yang bisa terjadi secara langsung maupun imitasi Sears, 1991.
Anak-anak Perkampungan Sosial Pingit secara langsung maupun tidak belajar respon agresif dari lingkungan sekitar mereka yang sarat akan perilaku keras dan
agresif. Kurangnya teladan yang baik terhadap anak juga memberikan andil terhadap kemunculan perilaku agresif pada anak. Perilaku agresif pada anak-anak
Perkampungan Sosial Pingit juga muncul karena frustrasi. Frustrasi adalah hambatan dalam pencapaian tujuan. Sebagai contohnya adalah ketika anak tidak
bersekolah dikarenakan faktor ekonomi keluarga yang tidak mendukung. Anak menjadi berperilaku agresif. Hal tersebut terlihat ketika mereka ada dalam
kegitan “senin Kamis”. Anak yang tidak bersekolah cenderung untuk susah di atur atau bahkan mengganggu teman yang sedang belajar sebagai representasi
dari perilaku agresif verbal dan simbolis mereka. Perilaku agresif secara fisik juga terjadi pada anak-anak Perkampungan
Sosial Pingit. Perilaku seperti berkelahi yang dikarenakan anak yang kurang akrab membuat anak menjadi sulit untuk diajak menciptakan kondisi lingkungan
yang baik. Dengan hadirnya kegiatan pendampingan di PSP dapat memberikan bagi anak-anak tersebut yang berpengaruh pada perilaku agresif mereka sehingga
sebagian perilaku agresif anak Perkampungan Sosial Pingit adalah berbentuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
verbal atau simbolis. Hal tersebut dikarenakan bahwa perilaku agresif verbal atau simbolis secara sosial cenderung lebih mudah diterima oleh orang lain.
Dalam perkembangan sosialnya, anak-anak dalam usia pertengahan dan akhir akan lebih banyak meluangkan waktu bersama dengan teman-teman
sebayanya daripada dengan orang tuanya yang tentu saja akan mempermudah pendamping untuk memberikan kegiatan dalam rangka pengurangan atau
penekanan perilaku agresif pada anak. Di sisi lain proses pergaulan atau interaksi dengan teman sebayanya itulah yang dimungkinkan dapat membentuk perilaku
anak yang dalam hal ini adalah perilaku agresif dimana ketika kebanyakan anak teman sebayanya melakukan perilaku agresif, maka perilaku agresif tersebut
akan cenderung diperkuat. Dalam usianya, anak usia pertengahan dan akhir sudah mulai membentuk
atau mengembangkan sikap positif terhadap dirinya sendiri dan mulai mengembangkan hati nurani, moralitas dan sistem nilai Havigurst dalam Astuti
dan Lubis, 2009. Hal tersebut yang kemudian mendasari bahwa bentuk perilaku agresif verbal dan simbolik lebih dominan pada anak-anak Perkampungan Sosial
pingit yang ditunjukkan dengan rerata mean empirik yang lebih tinggi dari bentuk yang lain 2,33. Pendampingan yang ada dan diperuntukkan bagi anak-
anak Perkampungan Sosial Pingit itu sendiri juga memiliki andil dalam pengembangan sikap-sikap tersebut di atas. Dengan kata lain bisa menjadi filter
dari faktor penyebab perilaku agresif seperti tindakan orang lain yang cenderung memicu kemunculan perilaku agresif pada diri si penerima provokasi dan juga
pengaruh lingkungan fisik. Hal tersebut diperkuat oleh Santrock 2005 yang menyebutkan bahwa interaksi dengan guru dan teman sebaya di sekolah,
memberikan suatu peluang yang besar bagi anak-anak untuk mengembangkan kemampuan kognitif dan keterampilan sosial, memperoleh pengetahuan tentang
dunia serta mengembangkan konsep diri sepanjang masa pertengahan dan akhir masa kanak-kanak.
Secara umum dari penelitian, anak-anak Perkampungan Sosial Pingit melakukan keempat bentuk perilaku agresif berupa menyerang secara fisik,
menyerang suatu objek, menyerang secara verbal atau simbolis, dan melanggar hak milik atau menyerang benda orang lain yang ditunjukkan oleh tidak adanya
perbedaan yang mencolok pada rerata mean empiriknya 2,125; 2,05; 2,33; 2,059. Hal tersebut didukung oleh mean empirik yang lebih tinggi dari mean
teoritik 89,75 84 yang berarti anak-anak Perkampungan Sosial Pingit memiliki perilaku agresif yang berada pada tingkat sedang sampai tinggi.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.
Berdasarkan penelitaian yang telah dilakukan dan analisis data setiap bentuk perilaku agresif pada anak-anak usia pertengahan dan akhir atau usia
sekolah di Perkampungan Sosial Pingit Yayasan Sosial Soegijapranata, dapat ditarik kesimpulan bahwa anak-anak usia pertengahan dan akhir atau usia sekolah
di Perkampungan Sosial Pingit memiliki perilaku agresif yang sedang atau di atas rata-rata dan lebih banyak melakukan perilaku agresif menyerang secara verbal
atau simbolik.
B. Saran.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan data yang telah diperoleh, maka diajukan saran sebagai berikut :
1. Bagi anak-anak Perkampungan Sosial Pingit Anak-anak Perkampungan Sosial Pingit YSS diharapkan lebih bisa
melakukan atau mengikuti kegiatan-kegiatan yang positif baik di Perkampungan Sosial Pingit YSS kegiatan Senin Kamis maupun di
ligkungannya untuk lebih mengurangi dan atau lebih bisa untuk mengontrol perilaku agresifnya tersebut.
51 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Bagi Volunteers. Diharapkan untuk lebih memberikan pendampingan yang intensif
terhadap anak-anak Perkampungan Sosial Pingit YSS dan menyediakan atau memberikan program-program yang mampu untuk menekan perilaku agresif
anak-anak tersebut. 3. Bagi peneliti yang akan datang
Agar penelitian memiliki hasil yang lebih baik, peneliti diharapkan menambah metode dengan metode lain seperti wawancara untuk mendapatkan
lebih banyak data dan meningkatkan validitas dan reliabilitas data.
C. Keterbatasan Penelitian.
Peneliti menyadari akan masih banyaknya kekurangan dalam penelitian ini. Kekurangan dalam penelitian ini meliputi keterbatasan jumlah subyek
penelitian dan dimungkinkan adanya social desirability yang menyebabkan validitas dan reliabilitas skala masih tergolong rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Indria dan Lubis, Nur Rachmawati 2009. Artikel, Tugas Perkembangan:
Pekerjaan Rumah Seumur Hidup
Azwar, S. 1992. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bandura, A. 1973. Aggression a social leraning analysis. New Jersey : Prentice-
Hall,Inc. Baron, A. R. Byrne, D. 1995. Social Psychology Understanding Human
Interaction 7
th
edition. Untied States of America : Allyn Bacon. Baron, A. R. Byrne, D. 2005. Psikologi Sosial Jilid 2 Ed.3. Jakarta : Penerbit
Erlangga. Berkowitz, L. 1980. A Survey of Social Psychology 2nd ed.. USA : Holt Rinehart
Winston. Berkowitz, Leonard. 1995..Agresi 1, Sebab dan Akibatnya. Jakarta: Pustaka
Pressindo. Chaplin, J.P. 2002. Dictionary of Psychology Kamus Lengkap Psikologi
diterjemahkan oleh Dr. Kartini Kartono. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Hall, C. S. Lindsey, G. 1993. Teori-Teori Psikodinamik Klinis A. Supratiknya,
Editor Yogyakarta : Kanisius. Buku asli terbit tahun 1978 Helmi, Avin Fadilla Soedardjo. 1998. Beberapa perspektif perilaku agresif.
Buletin Psikologi, Tahun VI, Nomor 2, Desember, hal 9. Koeswara, E. 1988. Agresi Manusia Sarwono, S.W. editor. Jakarta: Eresco.
Konsep Perilaku Kekerasan, Pengertian Perilaku Kekerasan. Sumber: Buku Keperawatan Jiwa oleh Iyus Yosep, S.Kp., M.Si dosen Keperawatan Jiwa FIK
UNPAD http:nersjiwa.blogspot.com, diunduh 19 Maret 2008.
Krahe`, B. 2005. Perilaku Agresif. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Medinnus, G.R., Johnson, R.C. 1976. Child Adolescent Psychology, 2
nd
edition. Canada: John Wiley Son, Inc.
53 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI