C. Pembahasan.
Anak usia pertengahan dan akhir secara formal sudah memiliki hubungan dengan dunia yang lebih luar dan kebudayaannya Santrock, 2002. Dalam
kontek pembentukan perilaku agresif, dunia luas sangat berpotensi terhadap pembentukan perilaku agresif pada anak. Kondisi lingkungan yang ada di
Perkampungan Sosial Pingit yang sangat penuh dengan budaya keras dan agresif akan sangat membentuk perilaku agresif pada anak. Dalam perkembangan
sosialnya, anak-anak usia ini cendrung mengidentifikasikan dirinya berdasarkan karakteristik sosial dan perbandingan sosialnya Santrock, 2002.
Kecenderungan untuk memperlihatkan perilaku agresif akan muncul secara mencolok pada masa anak-anak. Perilaku tersebut biasanya muncul dalam
interaksi sosialnya dalam bentuk perilaku seperti marah, bermusuhan, bertengkar, mengancam orang lain, menghancurkan barang orang lain, membanting mainan,
atau menyerang secara fisik Setyandari, 2002. Jika dilihat berdasarkan kategorisasi, dari 20 subyek 5 25 anak
memiliki perilaku agresif yang tinggi, 12 60 dalam kategori sedang dan 3 15 anak memiliki perilaku agresif yang rendah. Hal ini bisa diartikan bahwa
perilaku agresif anak-anak Perkampungan Sosial Pingit sebagian besar adalah di atas rata-rata. Hal tersebut disebabkan oleh faktor lingkungan yang sangat
mendukung akan kemunculan perilaku agresif pada anak-anak tersebut. Dari penelitian juga didapatkan 15 subyek memiliki perilaku agresif
yang rendah. Kategori rendah berarti bahwa perilaku agresif anak-anak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
cenderung tidak muncul atau anak jarang melakukan perilaku agresif. Meskipun banyak perilaku perilaku kekerasan dan agresif di lingkungan pergaulan mereka,
akan tetapi anak mampu melakukan kontrol diri atau pengendalian diri untuk tidak melakukan perilaku agresif. Hal tersebut sesuai dengan karakteristik anak
usia pertengahan dan akhir yang dikemukakan Havighurst dalam Astuti Lubis, 2009 dimana anak mulai membentuk sikap positif terhadap dirinya
sendiri dan mulai mengembangkan hati nurani, moralitas dan sistem nilai. Selain dikarenakan kcenderungan pribadi anak untuk tidak melakukan perilaku agresif,
hadirnya pendampingan dan volunteers di Perkampungan Sosial Pingit juga ikut andil dalam penurunan atau kontrol terhadap munculnya perilaku agresif anak
tersebut. Dalam masa pertengahan dan akhir anak-anak lingkungan sosial adalah
sangat memberikan pengaruh dalam perilakunya. Faktor-faktor penentu perilaku agresif yang utama adalah rasa marah, dan proses belajar respons agresif. Proses
belajar tersebut dapat terjadi melalui langsung terhadap respons agresif atau melalui imitasi Sears, 1991. Social learning theory menyebutkan bahwa agresi
dipelajari dari contoh-contoh perbuatan agresif, contoh-contoh yang dimaksudkan adalah perilaku agresif yang ada di masyarakat dan sering dijumpai
di lingkungan masyarakat. Tak bisa dipungkiri bahwa kondisi sosial Perkampungan Sosial Pingit yang merupakan daerah miskin, keluarga kelas
bawah yang tergolong tidak berpendidikan dan sangat dekat dengan kekerasan, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kekurangan dan kemiskinan sangat mempengaruhi perilaku anak-anak di lingkungan tersebut.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif data penelitian diketahui bahwa mean empirik yang lebih besar dari mean teoritik 89,75 84 yang dapat
diartikan bahwa anak-anak Perkampungan Sosial Pingit memiliki perilaku agresif. Perilaku agresif yang terjadi adalah peirlaku menyerang secara fisik,
menyerang suatu obyek, menyerang secara verbal atau simbolis, serta melanggar hak milik atau benda orang lain. Hal tersebut selaras dengan apa yang
dikemukakan oleh Setyandari di atas bahwa pada masa anak-anak ada kecenderungan untuk memperlihatkkan perilaku agresif secara mencolok.
Jika dilihat berdasarkan analisis setiap aspek bentuk perilaku agresif, anak-anak Perkampungan Sosial Pingit lebih cenderung melakukan perilaku
agresif menyerang secara verbal atau simbolik. Hal tersebut ditunjukkan dengan rerata mean pada bentuk perilaku tersebut yang lebih tinggi dari bentuk perilaku
yang lain yaitu 2,33. Hal tersebut dikarenakan seiring dengan pertambahan usia anak, perilaku agresif yang terjadi juga akan berubah. Anak-anak tidak lagi
melakukan perilaku agresif secara fisik tetapi lebih pada perilaku agresif secara verbal atau simbolik misalnya dengan mengejek, menghindar atau perilaku
penolakan Setyandari, 2002. Bukan berarti bahwa subyek tidak melakukan perilaku agresif lain karena hasil rerata setiap bentuk perilaku agresif dalam
penelitian cenderung merata yaitu 2,125 untuk perilaku menyerang secara fisik, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI