3. Bentuk-bentuk perilaku agresif.
Medinus Johnson 1976 mengelompokkan agresi menjadi empat bentuk sebagai berikut:
a. menyerang secara fisik memukul, mendorong, meludahi, menendang, menggigit, memarahi, dan merampas.
b. menyerang suatu objek menyerang benda mati atau binatang c. menyerang secara verbal atau simbolis mengancam secara verbal,
menuntut d. melanggar hak milik atau menyerang benda orang lain.
Keempat bentuk perilaku tersebut di atas yang kemudian akan digunakan sebagai acuan dalam pembuatan skala penelitian.
4. Teori perilaku agresif
Ada banyak teori atau penjelasan mengenai perilaku agresif dengan sudut pandang yang berbeda. Akan tetapi ada tiga garis besar atau tiga
kategori yang membedakan agresi dan menjelaskan tentang agresi tersebut yaitu:
a. Berpusat pada orang instinctual, b. Berpusat pada situasi behavioral, environmental,
c. dan menggunakan interaksi kognitif. Hal tersebut di atas selaras dengan yang dikemukakan oleh Wirawan
2002 yang mengemukakan bahwa agresi dibagi dalam beberapa kelompok PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
teori, yaitu teori bawaan atau bakat, teori environmentalis atau teori lingkungan, dan teori kognitif .
a. Berpusat pada orang instinctual. 1. Teori Psikoanalitik.
Menurut pandangan psikoanalitik agresi merupakan perilaku kodrati atau bawaan manusia. Manusia secara genetik ditakdirkan untuk
agresif. Agresi mengendalikan kekuatan insting murtido, permusuhan juga berasal dari insting ini yang secara perlahan berkembang seiring
dengan berjalannya waktu akumulasi energi dan jika energi tersebut tidak dilepaskan secara aman, akan mencapai tingkat yang
membahayakan. Energi agresif harus dilepaskan, jika tidak akan meledak dan membahayakan dirinya sendiri maupun orang lain oleh
karena itu masyarakat adalah merupakan alat untuk mengatur atau mengontrol agresi atau energi agresif tersebut, akan tetapi menurut teori
ini agresi tidak bisa benar-benar dikontrol atau dikurangi. 2. Teori naluri atau insting
William James meyakini bahwa naluri-naluri atau insting-insting mempunyai kemiripan dengan refleks-refleks, yaitu karena dibangkitkan
oleh stimulus sensori dan kemunculan pertamanya buta. Buta dalam hal ini diartikan tingkah laku naluriah tersebut muncul secara otomatis di
bawah kondisi-kondisi tertentu tidak dengan disertai pengetauan ke arah mana tingkah laku tersebut ditujukan. Ia juga berpendapat bahwa setiap