Aspek dan Pola Motivasi Menentukan Tingkat Kinerja

2. Model Motivasi Negatif Model motivasi negatif pada hakikatnya menggunakan unsur ancaman untuk memaksa seseorang melakukan sesuatu. Menurut hasibuan 2003 : 101 dalam mendesain dan membangun motivasi kerja pegawai maka diperlukan adanya proses motivasi yang diantaranya meliputi : a. Tujuan dalam proses memotivasi perlu ditetapkan terlebih dahulu. b. Mengetahui kepentingan, maksudnya dalam proses motivasi penting mengetahui kebutuhan atau keinginan pegawai yang tidak hanya melihatnya dari sudut kepentingan pimpinan dan instansi saja. c. Komunikasi efektif, adalah dalam proses motivasi harus dilakukan komunikasi yang baik dan efektif dengan bawahan. d. Integrasi tujuan, maksudnya dalam proses motivasi perlu menyatukan tujuan instansi dan kepentingan pegawai. e. Fasilitas, maksudnya pimpinan dalam memotivasi harus memberikan fasilitas kepada instansi dan pegawai yang akan mendukung kelancaran pelaksanaan pekerjaan. f. Team work, maksudnya pimpinan harus menciptakan team work kerjasama yeng terkoordinasi dengan baik agar bisa mencapai tujuan organisasi.

2.2.4.4. Aspek dan Pola Motivasi

Menurut Hasibuan 2003 : 97 aspek motivasi dibagimenjadi aspek aktif dan aspek statis. Aspek aktif dinamis yaitu motivasi tampak sebagai suatu usaha positif dalam menggerakkan dan mengarahkan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber sumber daya manusia agar secara produktif berhasil mencapai tujuan yang diinginkan. Sedangkan aspek pasif statis yaitu motivasi akan tampak sebagai kebutuhan dan juga sekaligus sebagai perangsang untuk dapat mengarahkan dan menggerakkan potensi sumber daya manusia ke arah tujuan yang diinginkan. Menurut Clelland dalam Hasibuan 2003 : 98 mengemukakan bentuk pola yang menunjukkan motivasi kerja sebagai berikut : 1. Achievement motivation adalah keinginan untuk mengatasi atau mengalahkan suatu tantangan untuk kemajuan dan pertumbuhan. 2. Affiliation motivation adalah dorongan untuk bekerjasama dengan orang lain. 3. Competence motivation adalah dorongan untuk berprestasi baik dengan melakukan pekerjaan yang bermutu tinggi. 4. Power motivation adalah dorongan untuk dapat mengendalikan suatu keadan dan adanya kecenderungan mengambil resiko dalam menghancurkan hambatan-hambatan yang terjadi.

2.2.4.5. Kendala dan Faktor Pendukung Motivasi

Menurut Hasibuan 2003 : 102 kendala-kendala dalam memberikan motivasi pada pegawai adalah : 1. Untuk menentukan motivasi yang paling tepat sulit, karena keinginan setiap individu pegawai tidak sama. 2. Kemampuan instansi terbatas dalam menyediakan fasilitas dan intensif. 3. Pimpinan sulit mengetahui motivasi kerja setiap bawahan. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 4. Pimpinan sulit memberikan insentif yang adil dan layak. Menurut Hasibuan 2003 : 102 factor pendukung pemberian motivasi adalah kesamaan dalam kebutuhan needs nya, yaitu setiap manusia ingin hidup dan untuk hidup perlu makan dan manusia normal mempunyai harga diri. Jadi setiap manusia pegawai mengharapkan kompensasi dari prestasi yang diberikannya serta memperoleh pujian dan perlakuan yang baik dari atasannya. 2.2.5. Kinerja 2.2.5.1. Pengertian Kinerja Menurut Hasibuan 2001 : 34 mengemukakan kinerja prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu. Sedangkan menurut Armstrong dan Baron 1998 : 15 Kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut. Kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya. Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi. Menurut pendapat cash dan fisher dalam Thoyib 2005 : 69 kinerja yang disebut result yang berarti apa yang telah dihasilkan oleh individu karyawan. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber Menurut pendapat Robbins dalam Thoyib 2005 : 69, kinerja istilah lainnya adalah human output yang dapat diukur dari productivity, turnover, citizenship dan satisfaction. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah suatu kegiatan dalam merumuskan tujuan dengan terdapatnya kerja sama antar pihak satu dengan yang lainnya yang bersifat berkelanjut atau terus menerus sehingga terjadi komunikasi dua arah dan terdapat umpan balik dalam sutu lingkup organisasi atau instansi.

2.2.5.2 Menentukan Tingkat Kinerja

Dalam menentukan kinerja, atasanlah yang menentukan tingkat kinerja pegawai secara keseluruhan. Menurut Dharma 2003:370 menetapkan tingkat kinerja sebagai berikut : Tingkat 1 : Kinerja tidak memenuhi syarat yang ditetapkan dalam pelaksanaan suatu tugas. Kinerja karyawan pada tingkat ini jelas tidak memuaskan. Jika tidak ada peningkatan yang cukup berarti, karyawan dengan tingkat kinerja ini perlu diberi tugas lain yang lebih cocok atau diberhentikan. Tingkat 2 : Kinerja tidak memenuhi semua syarat pokok yang ditetapkan untuk melaksanakan suatu tugas, karyawan dengan tingkat kinerja ini tidak dapat memenuhi kriteria tugas dalam satu atau lebih bidang pokok. Namun kinerjanya sedang meningkat dan diperkirakan dapat Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber mencapai tingkat yang benar-benar memuaskan dalam waktu dekat. Tingkat 3 : Kinerja benar-benar memenuhi semua syarat pokok yang ditetapkan untuk pelaksanaan suatu tugas. Karyawan dengan tingkat kinerja ini dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Tingkat 4 : kinerja benar-benar memenuhi syarat dan adakalanya melampaui syarat yang diperlukan. Kinerja karyawan pada tingkat ini jelas memuaskan dan kontribusinya bagi unit kerja. Tingkat 5 : Kinerja karyawan selalu melampaui syarat pelaksanaan tugas yang diperlukan. Karyawan dengan kinerja pada tingkat ini secara konsisten mencapai tingkat tinggi dalam pelaksanaan tugas.

2.2.5.3. Unsur-Unsur yang Dinilai Dalam Kinerja

Dokumen yang terkait

Kajian Saluran Irigasi Tersier di Desa Namu Ukur Utara Daerah Irigasi Namu Sira-Sira Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat

3 76 102

Relasi Kekuasaan Kepala Daerah Dengan Kepala Desa (Melihat Good Governance Kepala Desa Nagori Dolok Huluan, Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun)

4 83 107

Keragaman Alga Merah (Rhodophyta) Di Pantai Gamo Desa Sisarahili Gamo Kota Gunung Sitoli Nias

2 74 66

Peran Kepemimpinan Kepala Desa Dalam Mewujudkan Good Governance"(Suatu Penelitian Deskriptif Kualitatif di Desa Sigalapang Julu Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal)

27 139 108

Kajian Saluran Irigasi Tersier di Desa Durian Lingga Daerah Irigasi Namu Sira Sira Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat

1 75 85

Strategi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam meningkatkan Pendapataan Asli Daerah Kabupaten Karo ( Studi kasus pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo)

51 271 153

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap Peningkatan Pertisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan (Studi Pada Desa Galang Suka Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang)

18 209 128

KEWENANGAN KEPALA DESA DALAM PENGELOLAAN USAHA DESA DI DESA MORO KECAMATAN SEKARAN KABUPATEN LAMONGAN

0 0 114

KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN LANSIA (Studi Deskriptif Tentang Kualitas Pelayanan Kesehatan Lansia di Puskesmas Bendo, Desa Tegalarum, Kabupaten Magetan) Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 20

STRATEGI KEPALA DESA DALAM MENINGKATKAN KINERJA PEGAWAI DI KANTOR DESA TEGALARUM KECAMATAN BENDO KABUPATEN MAGETAN

0 1 18