STRATEGI KEPALA DESA DALAM MENINGKATKAN KINERJA PEGAWAI DI KANTOR DESA TEGALARUM KECAMATAN BENDO KABUPATEN MAGETAN.

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur

Oleh :

WAHYU FITRI NURCAHYONO NPM. 0341010125

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN” JAWA TIMUR FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA SURABAYA


(2)

Disusun Oleh :

WAHYU FITRI NURCAHYONO NPM. 0341010125

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui,

Pembimbing

DRS. Pudjo Adi, M.Si NIP. 030 134 568

Mengetahui D E K A N

Dra.Ec.Hj. Suparwati, M.Si NIP. 195802231987032001


(3)

Disusun Oleh :

WAHYU FITRI NURCAHYONO NPM. 0341010125

Telah Dipertahankan Dihadapan dan Diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 24 Pebruari 2011

Menyetujui,

Pembimbing Utama :

DRS. Pudjo Adi, M.Si 195105101973031001

Tim Penguji : 1.

DRS. Pudjo Adi, M.Si 195105101973031001 2.

Dr. Lukman Arif, M.Si 1964110211994031001 3.

Drs. Sri Wibawani, M.Si 196704061994032001

Mengetahui D E K A N


(4)

KINERJA DI KANTOR DESA TEGALARUM KECAMATAN BENDO KABUPATEN MAGETAN

NAMA MAHASISWA : WAHYU FITRI NURCAHYONO

N.P.M. : 0341010125

JURUSAN : ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS : ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Telah direvisi dan disahkan pada tanggal Maret 2011

TIM PENGUJI :

PENGUJI I

DRS. Pudjo Adi, M.Si 195105101973031001

PENGUJI II

Dr. Lukman Arif, M.Si 1964110211994031001

PENGUJI III

Drs. Sri Wibawani, M.Si 196704061994032001


(5)

bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian dalam

bentuk skripsi dengan judul “Strategi Kepala Desa Dalam Meningkatkan Kinerja

Pegawai Kantor Desa Tegalarum Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan ”.

Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak

Drs. Pudjo Adi, MSi selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan

waktu dan tenaga dalam memberikan bimbingan dan saran-saran demi

kesempurnaan laporan penelitian ini. Bersama ini pula penulis juga sampaikan

terima kasih kepada :

1. Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Dr. Lukman Arif, M.Si selaku Ketua Progdi Administrasi Publik yang telah

membimbing dan memberikan ilmu dan pengetahuan serta dukungan kepada

penulis selama menempuh pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Dra. Diana Hertati, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak dan Ibu Dosen FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur yang telah

memberikan bekal ilmu kepada penulis selama menempuh perkuliahan di


(6)

membantu dan memberikan kerjasama selama penulis melakukan penelitian.

7. Bapak dan Ibu orang tua ku tercinta yang telah memberikan segalanya

sehingga ananda berhasil menyelesaikan perkuliahan di UPN “Veteran” Jawa

Timur.

8. Tri Wahyuni calon Istri Dunia Akhirat yang telah banyak menemaniku dalam

penyelesaian skripsi ini. Thanks. Semangat Menjalani Hidup.

Penulis menyadari sebagai manusia ada ketidaksempurnaan termasuk

dalam mengerjakan laporan penelitian ini untuk itu diharapkan kritik dan saran

yang bersifat membangun dan menyempurnakan.

Surabaya, Pebruari 2011


(7)

iii

Daftar Isi ………. iii

Daftar Tabel ……… vii

Daftar Gambar ………... viii

Daftar Lampiran ……… ix

ABSTRAKSI ……….. x

BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

1.1. Latar Belakang Masalah………..………. 1

1.2. Perumusan Masalah ……… 6

1.3. Tujuan Penelitian ……… 7

1.4. Manfaat Penelitian ……….. 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ………. 8

2.1. Penelitian Terdahulu ……… 8

2.2. Landasan Teori ………. 10

2.2.1. Kepemimpinan ……….. 10

2.2.1.1. Pengertian Kepemimpinan ……….. 10

2.2.1.2. Syarat-Syarat Kepemimpinan ………. 11

2.2.2. Pengertian Pemimpin ………. 12


(8)

iv

2.2.4.3. Metode, Model, dan Proses Motivasi ………. 17

2.2.4.4. Aspek dan Pola Motivasi ……… 19

2.2.4.5. Kendala dan Faktor Pendukung Motivasi ….. 20

2.2.5. Kinerja ……….. 21

2.2.5.1. Pengertian Kinerja ………. 21

2.2.5.2. Menentukan Tingkat Kinerja ………. 22

2.2.5.3. Unsur-Unsur Yang Dinilai Dalam Kinerja …. 23 2.2.5.4. Penilaian Kinerja ……… 25

2.2.6. Pengertian Pembinaan ……….. 27

2.2.7. Pengertian Pelatihan ………. 28

2.3. Kerangka Berpikir ………. 32

BAB III METODE PENELITIAN …….………... 33

3.1. Jenis Penelitian ……….. 33

3.2. Fokus Penelitian ……… 35

3.3. Lokasi Penelitian ………... 37

3.4. Sumber Data Dan Jenis Data ………. 37

3.5. Teknik Pengumpulan Data ……… 38

3.6. Analisis Data ………. 41


(9)

v

4.1.1. Kondisi Geografis ………..………. 46

4.1.2. Kondisi Demografi Desa Tegalarum Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan ………. 47

4.1.3. Sarana dan Prasarana Desa Tegalarum Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan ……… 49

4.1.4. Tujuan ………. 50

4.1.5. Visi dan Misi Pemerintahan Desa Tegalarum Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan ………. 50

4.1.6. Struktur Organisasi ……… 52

4.1.7. Tugas dan Fungsi Pokok ……… 54

4.1.8. Komposisi Pegawai ..………. 59

4.1.7.1. Berdasarkan Jenis Kelamin ……….. 60

4.1.7.2. BerdasarkanTingkat Pendidikan ……….. 60

4.1.7.3. Berdasarkan Pangkat / Golongan ………. 61

4.2. Hasil Penelitian ………... 62

4.2.1. Penilaian Kerja …...………... 62

4.2.2. Peningkatan Kualitas Pegawai …….……….. 72

4.3. Pembahasan ………. 81

4.3.1. Penilaian Kerja ………...………... 81


(10)

vi

DAFTAR PUSTAKA ………. 94 LAMPIRAN


(11)

Pada umumnya pegawai ditingkat desa tidak dilakukan penilaian kerja secara rutin karena tidak diperlukan peningkatan jenjang karir seperti yang terjadi pada pegawai negeri sipil. Sedangkan di Kantor Desa Tegalarum Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan sejak Adi Sucipto menjabat menjadi Kepala Desa telah melakukan penilaian kerja kepada seluruh pegawai Kantor Desa Tegalarum yang dilakukan pertama kalinya pada bulan Desember 2009.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, mendeskripsikan, menganalisa Strategi Kepala Desa Tegalarum Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan dalam meningkatkan kinerja pegawai.Situs penelitian ini adalah Kepala Desa Tegalarum. Peneliti memfokuskan pada penilaian kinerja, dan pembinan serta pelatihan pegawai Kantor Desa Tegalarum. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian kualitatif. Teknik analisa yang digunakan adalah model analisa data model interaktif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi. Sumber data terdiri dari kata-kata dan tindakan, sumber tertulis dan foto.

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan :

1. Penilaian kerja melalui Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) berhasil menjadi salah satu strategi dalam upaya meningkatkan kinerja pegawai Kantor Desa yang diperkuat oleh kebutuhan pegawai dalam rangka proses kenaikan pangkat nilai DP3 harus meningkat otomatis dengan sendirinya pegawai akan meningkatkan kinerja.

2. Penilaian kinerja melalui penggunaan form penilaian kerja mampu meningkatkan kinerja pegawai. Proses pelaksanaanya dilakukan bersama sama dengan pelaksanaan DP3 yang membedakan adalah unsur yang dinilai dan parameter penilaian.

3. Peningkatan kualitas pegawai melalui mengikutsertakan dalam seminar, penataran, dan pelatihan berhasil meningkatkan kinerja pegawai.


(12)

1

1.1. Latar Belakang Masalah

Suatu organisasi didirikan karena mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Dalam mencapai tujuannya setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku dan sikap orang-orang yang terdapat dalam organisasi tersebut termasuk organisasi pemerintah, swasta maupun organisasi masyarakat. Oleh karena itu keberhasilan untuk mencapai tujuan tersebut tergantung kepada keandalan dan kemampuan anggota organisasi dalam mengoperasikan unit-unit kerja yang terdapat di organisasi tersebut, karena tujuan organisasi dapat tercapai bila kerjasama para anggota organisasi bersinergi untuk bersama-sama mencapai tujuan bersama atau tujuan organisasi.

Manusia adalah sumber daya utama mempunyai peranan besar dalam suatu organisasi, terutama untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam kegiatan organisasi atau instansi membutuhkan peran serta manusia yang menjadi anggota instansi tersebut untuk mengelolah sumber daya yang lain. Kegiatan instansi tidak akan berjalan tanpa adanya keterlibatan unsur manusia yang ada di dalamnya. Sejalan dengan pentingnya sumber daya manusia dalam organisasi, bahwa manusia merupakan unsur yang paling penting menentukan keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi dalam menyelenggarakan berbagai kegiatannya dan dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran instansi atau organisasi (Siagian, 1995: 25).


(13)

perlu menggunakan strategi. Menurut Henry (1997 : 38 ) Strategi adalah kerangka acuan yang terintegrasi dan komprehensif yang mengarahkan pilihan-pilihan yang menentukan bentuk dan arah aktivitas-aktivitas organisasi menuju pencapaian tujuan-tujuannya. Strategi inilah yang digunakan pemimpin dalam melaksanakan proses kepemimpinannya di instansi guna meningkatkan kinerja pegawai. Menurut Thoha (2001: 5) arti kepemimpinan adalah suatu aktifitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar supaya mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan pemimpin menurut Hessel (2005 : 7) adalah orang yang memiliki satu atau bebarapa predisposisi (bakat yang dibawa sejak lahir) dan merupakan kebutuhan dari suatu situasi atau jaman, sehingga orang itu mempunyai kekuatan dan kewibawaan untuk mengarahkan dan membimbing bawahan.

Seiring dengan bergulirnya waktu yang menuntut banyak perubahan, banyak instansi saat ini merasa perlu untuk mengubah pola kerja untuk memperoleh manfaat yang lebih kompetitif. Hal ini sering didorong oleh kenyataan bahwa kebiasaan kerja yang telah ada kadang tidak lagi mampu memperbaiki keadaan d i masa yang datang seperti yang dibutuhkan organisasi. Sedangkan dari instansi pun perlu adanya kesiapan dalam proses kerja yang nantinya mampu merespon pencapaian tujuan yang optimal. Sebagai contoh jika seorang pemimpin menerapkan strategi-strategi baru agar tercipta kinerja yang baik.


(14)

Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan sejak Adi Sucipto menjabat menjadi Kepala Desa telah melakukan penilaian kerja kepada seluruh pegawai Kantor Desa Tegalarum yang dilakukan pertama kalinya pada bulan Desember 2009. Ketika Bapak Adi Sucipto harus melakukan penilaian dan pengisian Daftar Penilaian Pekerjaan Pegawai (DP3) untuk Bapak Suwardi Selaku Sekretaris Desa yang berstatus Pegawai Negeri Sipil. Tidak hanya melalukan proses penilaian tetapi kegiatan penilaian disampaikan secara terbuka kepada seluruh pegawai pada saat awal pengisian identitas pegawai dalam Daftar Penilaian tersebut kepala desa meminta seluruh pegawainya untuk mengisi identitas saja. Seperti tampak dalam gambar 1.1 pada saat Kepala Desa menyerahkan form pada bulan Desember 2009.

Gambar 1.1

Pengisian Identitas Dalam Penilaian Kerja


(15)

kemampun kerja pegawai mulai diperhatikan. Menurut Joko (2005 : 85) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja suatu lembaga (organisasi) atau sekelompok manusia dalam menjalankan tugas, wewenang, dan tanggung jawabnya. Salah satu faktor tersebut yaitu individu (pelaku). Di Kantor Desa Tegalarum kepala desa sering mengirimkan serta mengikutsertakan pegawainya dalam seminar, penataran, dan pelatihan seperti tampak dalam gambar 1.2.

Gambar 1.2

Seminar di Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan

Strategi inilah yang digunakan pemimpin guna meningkatkan kinerja pegawai. Menurut pendapat Sentono (1999 : 5) kinerja suatu instansi tidak dapat berhasil atau tidak dapat tercapai dengan baik, hal ini disebabkan karena setiap karyawan atau para pelaku dalam suatu organisasi atau instansi belum meyumbangkan tanaga dan kemampuannya sesuai dengan kebutuhan instansi dan pimpinan belum mengetahui bagaimana cara


(16)

karyawan tidak bekerja secara optimum. Menurut Hasibuan (2001 : 34) pengertian kinerja (prestasi kerja) merupakan suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan pada kurun waktu tertentu.

Untuk meningkatkan kinerja para pegawai, kepala desa perlu mengadakan strategi motivasi pegawai karena itu juga merupakan suatu cara efektif untuk menghadapi beberapa permasalahan yang dihadapi instansi. Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa dengan adanya PERDA Nomor 5 tahun 2006 yang mengatur tentang pedoman susunan organisasi dan tata kerja pemerintahan desa perlu adanya penataan, motivasi, dan peningkatan kinerja perangkat desa agar kinerjanya dapat ditingkatkan. Menurut Samsudin (2006 : 159) upaya yang dilakukan untuk mengembangkan kinerja dengan penilaian kerja. Menurut Joko Widodo (2006 : 86) strategi yang dilakukan adalah dengan peningkatan kulitas aparatur pemerintah daerah yaitu dengan mengikut sertakan dalam seminar, penataran, dan pelatihan.

1. Penilaian Kerja

Penilaian kinerja memiliki tujuan guna menentukan kesuksesan atau kegagalan. Penilaian kinerja tersebut digunakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan organisasi yang telah dicapai. Dapat membantu menjelaskan apa saja kesalahan yang telah terjadi dalam organiasi tentang proses kinerja pegawai. Serta mengevaluasi segala bentuk kebutuhan dan kelengkapan


(17)

Pada tahap ini merupakan upaya untuk mengembangkan sumber daya manusia melalui pengelolaan kemampuan kerja terutama untuk pengembangan intelektual dan kepribadian manusia degan cara seminar, penataran, dan pelatihan.

Dalam usaha untuk mencapai tujuan tersebut, maka dibutuhkan juga sumber daya manusia yang dapat memahami dan menjalankan perintah yang diberikan oleh atasan maka juga dibutuhkan suatu kinerja yang sungguh-sungguh dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi.

Dari uraian diatas dapat dinyatakan bahwa Kepala Desa Tegalarum Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan berusaha memberikan motivasi kerja sehingga perangkat desa atau pegawai yang kurang memberikan pengabdian terhadap tugas-tugas dan tanggung jawab yang diembannya sehingga pencapaian tujuan pemerintahan desa kurang optimal dengan strategi baru.

1.2. Perumusan Masalah

Berangkat dari fenomena dalam uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah penelitian maka dapat dirumuskan apa yang ingin dicapai oleh penulis dalam mengkaji kepemimpinan Kepala Desa Tegalarum Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan, dimana pemimpin dalam kedudukan sebagai panutan menggunakan strategi-strategi yang dapat meningkatkan kinerja para pegawainya.

Perumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimana Strategi Kepala Desa Dalam Meningkatkan Kinerja Pegawai di Kantor Desa Tegalarum


(18)

Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

“Untuk mengetahui Strategi Kepala Desa Dalam Meningkatkan Kinerja Pegawai di Kantor Desa Tegalarum Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan”

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

Untuk mendapatkan gambaran secara mendalam mengenai bagaimana Peranan Kepala Desa Dalam Upaya Meningkatkan Kinerja Pegawai Di Kantor Desa Tegalarum Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan.

2. Bagi Kantor Desa Tegalarum Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan.

Sebagai bahan masukan yang berarti dan sumbangsih saran bagi instansi yang berkaitan dengan Upaya Meningkatkan Kinerja Pegawai Di Kantor Desa Tegalarum Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan.

3. Bagi Universitas

Sebagai referensi yang dapat dimanfaatkan oleh peneliti lainnya yang ingin mengembangkan pokok kajian serupa di masa mendatang dan memperluas wawasan dalam dunia empirik tentang partisipasi masyarakat dalam pengembangan masyarakat dan kajian tentang implementasi kebijakan publik dan sebagai penelitian awal didalam program peningkatan kinerja pegawai untuk menjadi wacana bagi penelitian selanjutnya, serta untuk memberikan tambahan literatur perpustakaan Kampus maupun perpustakaan Fakultas.


(19)

2.1. Penelitian Terdahulu

Kajian empirik maupun teoritik peningkatan kinerja telah banyak dilakukan. Dari beberapa hasil penelitian telah dilakukan pihak lain dapat dipakai sebagai bahan pengkajian yang berkaitan dengan strategi peningkatan kinerja terhadap motivasi kerja pegawai, antara lain yaitu :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Lukman Herlambang (2008) dari Jurusan Administrasi Negara FISIP Universitas Merdeka Madiun, penelitian yang berjudul “Strategi Kepala Instalasi Rawat Inap Dalam Menunjang

Motivasi Kerja Pegawai di Rumah Sakit Dr. Soedono Madiun”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi pemimpin yang diterapkan di Rumah Sakit Dr. Soedono Madiun dalam menunjang motivasi kerja pegawai.

Penelitian ini dilakukan merupakan penelitian deskriptif kualitatif, yang menjadi fokus penelitian adalah upaya pimpinan untuk meningkatkan kinerja pegawainya serta kesediaan pimpinan untuk berkomunikasi secara timbal balik dengan bawahan atau pegawainya. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, dokumentasi dan interview atau wawancara.

Hasil penelitian ini adalah strategi Kepala Instalasi Rawat Inap yang diterapkan di Rumah Sakit Dr. Soedono Madiun dirasakan telah mampu memotivasi kerja pegawainya.


(20)

Upaya pimpinan dalam hal ini cenderung memberikan koordinasi pengendalian terhadap pelaksanaan tugas rumah sakit yang telah ditetapkan dan sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. Dalam hal kedisiplinan upaya yang dilakukan pimpinan dengan menetapkan jam kerja yang berlaku, penilaian kerja, dan pemberian umpan balik berupa reward. Upaya-upaya ini dilakukan guna menciptakan kondisi kerja yang stabil terarah dan benar sesuai dengan aturan yang berlaku.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Agus Suyanto (2003) dari Jurusan Administrasi Negara FISIP Universitas Merdeka Madiun, yang melakukan penelitian tentang “Gaya Kepemimpinan Dalam Memotivasi Kerja

Pegawai di Kantor Kecamatan Parang Kabupaten Magetan”.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tentang gaya kepemimpinan dalam memotivasi kerja pegawai di Kantor Kecamatan Parang, Kabupaten Magetan. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. Yang menjadi fokus penelitian adalah : 1).Wewenang dalam kepemimpinan, 2). Pengendalian dalam kepemimpinan, 3). Proses pembuatan keputusan, sedangkan metode pengumpulan datanya adalah observasi, wawancara dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam kepemimpinan Camat menumbuhkan semangat kerja atau dapat memotivasi kerja pegawainya, dengan didukung bukti-bukti oleh keadaan dimana, pegawai kantor Kecamatan Parang, Kabupaten Magetan tertib, disiplin, datang tepat waktu, absensi yang bagus dan pelaksanaan tugas yang tersusun rapi. Gaya


(21)

kepemimpinan Camat bersifat demokratis karena dalam kepemimpinannya, pimpinan memberikan wewenang kepada bawahan agar bawahan merasa diberikan kesempatan untuk mengembangkan dirinya dengan jalan mengajak bersama bawahan dalam menentukan kebijakan-kebijakan. Pimpinan juga selalu mengikutsertakan bawahan dalam pembuatan kebijakan dan pemberian tugas kepada bawahan yang bersifat instruktif dengan jalan bawahan diberikan pengarahan yang baik tentang tugas dan tanggung jawab dengan peraturan yang ada.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian oleh Herlambang (2008) adalah sama-sama meneliti tentang strategi kinerja pegawai dan menggunakan analisis kualitatif. Sedangkan perbedaannya adalah terletak pada obyek penelitian yang berbeda. Kemudian dari uraian tersebut hasil yang ingin dicapai adalah meningkatkan kinerja pegawai pada Kantor Desa Tegalarum Magetan.

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Kepemimpinan

2.2.1.1. Pengertian Kepemimpinan

Thoha (2001: 5) memberi arti kepemimpinan sebagai suatu aktifitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar supaya mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu.

Permadi (1994 : 8) kepemimpinan dirumuskan sebagai suatu kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang lain, atau seni mempengaruhi manusia baik perorangan maupun kelompok.


(22)

Menurut “Nawawi” dalam bukunya yang berjudul “Kepemimpinan yang Efektif” (1993 : 9), kepemimpinan diartikan sebagai kemampuan untuk mendorong sejumlah orang (dua orang atau lebih) agar bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang terarah pada tujuan bersama.

Menurut “Thoha” dalam bukunya yang berjudul “Kepemimpinan dalam Manajemen” (2001 : 9), bahwa kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang lain atau seni bagaimana mempengaruhi perilaku manusia atau kelompok.

Menurut “Winardi” dalam bukunya yang berjudul “Kepemimpinan yang Manajemen” (1990 : 47), kepemimpinan adalah terjemahan dari kata “leadership”. Kepemimpinan berbeda dengan pemimpin. Pemimpin adalah seorang yang tugasnya memimpin, sehingga pemimpin dapat juga disebut manajer, sedangkan kepemimpinan adalah bakat atau sifat yang seharusnya dimiliki oleh setiap pemimpin atau manajer. Tugas pokok seorang pemimpin atau manajer harus mampu memimpin. Memimpin di sini berarti harus mampu mempengaruhi, mengarahkan dan menggerakkan bawahannya agar tujuan yang telah ditetapkan tercapai.

2.2.1.2. Syarat-syarat Kepemimpinan

Berbagai syarat seorang pemimpin agar mampu dan berhasil dalam mempengaruhi kelompok, anggota bawahan dan anak buah maka bekal yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah harus memiliki syarat-syarat kepemimpinan. Menurut “Masduqi” dalam bukunya yang


(23)

berjudul “Leadership” (1991: 13) syarat-syarat seorang pemimpin antara lain :

a. Kekuasaan

Kekuasaan, otoritas dan legalitas yang memberikan wewenang kepada pemimpin untuk mempengaruhi dan menggerakkan bawahan untuk berbuat sesuatu.

b. Kewibawaan

Kelebihan, keunggulan, keutamaan, sehingga orang mampu untuk mengatur orang lain dan yang diatur patuh dan taat kepada pemimpin serta bersedia melakukan perbuatan-perbuatan yang diinstruksikan pemimpin.

c. Kemampuan

Segala daya, kesanggupan, kekuatan, kecakapan, teknik maupun sosial, yang dianggap melebihi kemampuan anggota biasa.

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa seorang pemimpin dituntut untuk mengembangkan kegiatannya dalam hal mempengaruhi bawahan. Oleh karena itu pemimpin harus memiliki keseluruhan syarat-syarat kepemimpinan demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

2.2.1.3. Pengertian Pemimpin

Menurut Thoha (1983 : 255) pemimpin adalah seseorang yang memiliki kemampuan memimpin, artinya memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain atau sekelompok orang tanpa mengindahkan bentuk alasannya.


(24)

Menurut Kartono (1994 : 33) pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan khususnya kecakapan dan kelebihan disatu bidang, sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, demi pencapaian satu atau beberapa tujuan.

Henry dalam Kartono (1994 : 33) mengemukakan pemimpin adalah seseorang yang dengan jalan memprakarsai tingkah laku sosial dengan mengatur, mengarahkan, mengorganisir atau mengontrol usaha/upaya orang lain atau melalui prestise, kekuasaan dan posisi.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pemimpin adalah seseorang atau subyek yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi individu atau sekelompok orang lain untuk bekerjasama dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan.

2.2.2. Pengertian Strategi

Dalam manjemen strategi yang baru Mitzberg dalam Suryana (2001 : 129-130) mengemukakan strategi yaitu perencanaan (plan), pola (patern), posisi (position), perspektif (perspectif), dan permainan atau taktik (play).

Sedangkan menurut Gerry dan Scholes (2007 : 34) mendefinisikan strategi sebagai arah dan cakupan jangka panjang organisasi untuk mendapatkan keunggulan melalui konfigurasi sumber daya alam dan lingkungan yang berubah untuk mencapai kebutuhan pasar dan memenuhi harapan pihak yang berkepentingan (stakeholder).


(25)

Dari berbagai pengertian dan definisi mengenai strategi, secara umum dapat didefinisikan bahwa strategi itu adalah rencana tentang serangkaian langkah-langkah yang mencakup seluruh elemen yang mendukung dalam suatu organisasi untuk menjamin keberhasilan mencapai tujuan.

2.2.4. Motivasi

2.2.4.1. Pengertian Motivasi

Menurut Hasibuan (2003 : 92), motivasi berasal dari kata lain movere yang berarti dorongan atau daya penggerak. Motivasi ini hanya diberikan kepada manusia, khususnya kepada bawahan, agar mereka mau bekerja keras dengan memberikan semua kemampuan dan ketrampilannya untuk mewujudkan tujuan organisasi.

Menurut Nimron (1999 : 46), motivasi dapat didefinisikan sebagai keadaan dimana usaha dan kemauan keras seseorang diarahkan kepada pencapaian hasil tertentu. Hasil –hasil yang dimaksud bias berupa produktifitas, kehadiran, atau perilaku kerja kreatifnya.

Menurut Zainun (2004 : 42), konsepsi motivasi mempunyai peranan bagi seorang penanggung jawab dalam satu-satuan organisasi untuk menggerakkan, mengerahkan, dana mengarahkan segala daya dan potensi tenaga kerja yang ada kearah pemanfaatan yang paling optimal sesuai dengan batas-batas kemampuan manusia dan bantuan sarana prasarana serta fasilitas lainnya.

Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah keadaan yang mendorong seseorang yang dalam hal ini pegawai


(26)

untuk motivasi dapat dipandang sebagai bagian integral dari administrasi dan kepegawaian dalam rangka proses pembinaan, pengembangan dan pengarahan tenaga kerja dalam organisasi. Karena manusia unsur terpenting paling utam dan paling menentukan bagi kelancaran jalannya administrasi dan manajemen maka soal-soal yang berhubungan dengan konsepsi motivasi patut mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dari setiap orangyang berkepentingan dengan keberhasilan organisasi dalam mewujudkan usaha kerjasama manusia.

Jelas bahwa peranan dan kedudukan sentral manusia yang merupakan pusat bagi terselenggaranya segala usaha dan kegiatan kerjasama manusia mencapai tujuan kerjasamanya yang keseluruhannya dinamakan administrasi. Dalam suatu sistem organisasi dan manjemen bidang tertentu, manusia berusaha mencapai tujuan bersama mereka dengan melakukan kegiatan operasi dengan menggunakan sarana baik berupa alat-alat, uang, dan material.

Motivasi itu tampak dalam dua segi yang berbeda. Apabila dilihat dari seginya yang aktif / dinamis, motivasi sebagai usaha positif dalam menggerakkan dan mengarahkan daya potensi tenaga kerja agar secara produktif berhasil mencapai dan mewujudkan yang telah ditentukan sebelumnya, sebaliknya kalau seginya pasti atau statis, maka motivasi akan tamapk sebagai kebutuhan dan juga sekaligus sebagai perangsang untuk dapat menggerakkan, mengarahkan, dan mengarahkan potensi serta mengarahkan daya kerja manusia tersebut kearah yang diinginkan oleh organisasi maupun pimpinan.


(27)

2.2.4.2. Asas-asas, Alat-alat, Jenis-jenis Motivasi

Menurut Hasibuan (2003 : 98), asas-asas dalam motivasi meliputi hal berikut ini :

1. Asas mengikutsertakan, artinya mengajak bawahan untuk ikut berpartisipasi dan memberikan kesempatan kepada mereka mengajukan pendapat.

2. Asas komunikasi, artinya menginformasikan secara jelas tentang tujuan yang ingin dicapai.

3. Asas pengakuan, artinya memberikan penghargaan, pijian dan pengakuan yang tepat secara wajar kepada bawahan atas prestasi kerja yang dicapainya.

4. Asas wewenang yang didelegasikan, artinya memberikan kewenangan dan kepercayaan diri kepada bawahan.

5. Asas adil dan layak, artinay bawahan yang berhasil mencapai tujuan dengan baik, maka pimpinan harus bersedia memberikan alat dan jenis motivasi.

6. Asas perhatian timbal balik, artinya bawahan yang berhasil mencapai tujuan dengan baik, maka pimpinan harus memberikan reward berupa pengetahuan dan hal yang bersifat material.

Menurut Hasibuan (2003 : 99), alat-alat motivasi berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut :

1. Materi intensif adalah alat motivasi yang diberikan berupa uang atau barang yang mempunyai nilai jual.


(28)

2. Non materiil intensif adalah alat motivasi yang diberikan bukan berupa barang atau benda, tetapi lebih bersifat dorongan.

3. Kombinasi Materiil dan Non materiil intensif adalah alat motivasi yang diberikan berupa perpaduan antara keduanya.

Menurut Yusuf (2000 : 55) dan menurut Heidjrachman (2002 : 206), jenis-jenis motivasi meliputi :

1. Motivasi positif (intensif positif), pimpinan memotivasi bawahan dengan memberikan hadiah kepada mereka yang berprestasi baik. 2. Motivasi negatif (intensif Negative), manager memotivasi bawahan

dengan memberikan hukuman kepada mereka yang pekerjaannya kurang optimal.

2.2.4.3. Metode, Model, dan Proses

Menurut Hasibuan (2003 : 100) , metode motivasi yang digunakan untuk meningkatkan semangat kerja karyawan meliputui : 1. Metode motivasi langsung (Direct Motivation) adalah motivasi yang

diberikan secara langsung kepada setiap individu pegawai.

2. Metode motivasi tidak langsung (Indirect Motivation) adalah motivasi yang diberikan hanya merupakan fasilitas –fasilitas yang mendukung serta menunjang gairah kerja.

Menurut Hasibuan (2003 : 100) model-model motivasi sebagai berikut :

1. Model tradisional, maksudnya untuk memotivasi bawahan agar bergairah dalam bekerja dan terjadi penikatan dilakukan dengan


(29)

sistem intensif yaitu memberikan materi kepada pegawai yang berprestasi baik.

2. Model hubungan manusia, maksudnya bahwa untuk memotivasi bawahan supaya bergairah dalam bekerja dan terjadi peningkatan kinerja, dilakukan dengan mengakui kebutuhan sosial mereka dan membuat mereka merasa berguna serta bermanfaat bagi instansi atau organisasi.

3. Model sumber daya manusia, adalah keryawan atau pegawai dimotivasi oleh banyak faktor, bukan hanya materiil atau barang akan kepuasan saja tetapi juga kebutuhan akan pencapaian dan berhasilnya suatu kinerja yang berarti.

Sejalan dengan yang dinyatakan oleh Hasibuan tentang model motivasi menurut Winardi dalam Hasibuan (2003 : 245) model motivasi merupakan sebuah kerangka kerja untuk memahami sifat dinamik dari proses motivasi seperti kebutuhan, keinginan, perilaku, tujuan-tujuan dan umpan balik. Model –model motivasi perlu diketahui oleh pimpinan organisasi karena ada bermacam-macam model motivasi.

Heidjrachman dalam Hasibuan (2003 : 246) model motivasi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :

1. Model Motivasi Positif

Faktor pertama dalam proses motivasi adalah motive (wujud) untuk bertindak yang berupa sebab keinginan ataupun kebutuhan yang belum terpenuhi. tanpa motive (wujud) tidak akan ada proses motivasi.


(30)

2. Model Motivasi Negatif

Model motivasi negatif pada hakikatnya menggunakan unsur ancaman untuk memaksa seseorang melakukan sesuatu.

Menurut hasibuan (2003 : 101) dalam mendesain dan membangun motivasi kerja pegawai maka diperlukan adanya proses motivasi yang diantaranya meliputi :

a. Tujuan dalam proses memotivasi perlu ditetapkan terlebih dahulu. b. Mengetahui kepentingan, maksudnya dalam proses motivasi penting

mengetahui kebutuhan atau keinginan pegawai yang tidak hanya melihatnya dari sudut kepentingan pimpinan dan instansi saja.

c. Komunikasi efektif, adalah dalam proses motivasi harus dilakukan komunikasi yang baik dan efektif dengan bawahan.

d. Integrasi tujuan, maksudnya dalam proses motivasi perlu menyatukan tujuan instansi dan kepentingan pegawai.

e. Fasilitas, maksudnya pimpinan dalam memotivasi harus memberikan fasilitas kepada instansi dan pegawai yang akan mendukung kelancaran pelaksanaan pekerjaan.

f. Team work, maksudnya pimpinan harus menciptakan team work (kerjasama) yeng terkoordinasi dengan baik agar bisa mencapai tujuan organisasi.

2.2.4.4. Aspek dan Pola Motivasi

Menurut Hasibuan (2003 : 97) aspek motivasi dibagimenjadi aspek aktif dan aspek statis. Aspek aktif / dinamis yaitu motivasi tampak sebagai suatu usaha positif dalam menggerakkan dan mengarahkan


(31)

sumber daya manusia agar secara produktif berhasil mencapai tujuan yang diinginkan. Sedangkan aspek pasif / statis yaitu motivasi akan tampak sebagai kebutuhan dan juga sekaligus sebagai perangsang untuk dapat mengarahkan dan menggerakkan potensi sumber daya manusia ke arah tujuan yang diinginkan.

Menurut Clelland dalam Hasibuan (2003 : 98) mengemukakan bentuk / pola yang menunjukkan motivasi kerja sebagai berikut :

1. Achievement motivation adalah keinginan untuk mengatasi atau mengalahkan suatu tantangan untuk kemajuan dan pertumbuhan. 2. Affiliation motivation adalah dorongan untuk bekerjasama dengan

orang lain.

3. Competence motivation adalah dorongan untuk berprestasi baik dengan melakukan pekerjaan yang bermutu tinggi.

4. Power motivation adalah dorongan untuk dapat mengendalikan suatu keadan dan adanya kecenderungan mengambil resiko dalam menghancurkan hambatan-hambatan yang terjadi.

2.2.4.5. Kendala dan Faktor Pendukung Motivasi

Menurut Hasibuan (2003 : 102) kendala-kendala dalam memberikan motivasi pada pegawai adalah :

1. Untuk menentukan motivasi yang paling tepat sulit, karena keinginan setiap individu pegawai tidak sama.

2. Kemampuan instansi terbatas dalam menyediakan fasilitas dan intensif.


(32)

4. Pimpinan sulit memberikan insentif yang adil dan layak.

Menurut Hasibuan (2003 : 102) factor pendukung pemberian motivasi adalah kesamaan dalam kebutuhan (needs) nya, yaitu setiap manusia ingin hidup dan untuk hidup perlu makan dan manusia normal mempunyai harga diri. Jadi setiap manusia / pegawai mengharapkan kompensasi dari prestasi yang diberikannya serta memperoleh pujian dan perlakuan yang baik dari atasannya.

2.2.5. Kinerja

2.2.5.1. Pengertian Kinerja

Menurut Hasibuan (2001 : 34) mengemukakan kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu.

Sedangkan menurut Armstrong dan Baron (1998 : 15) Kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut. Kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya. Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi.

Menurut pendapat cash dan fisher dalam Thoyib (2005 : 69) kinerja yang disebut result yang berarti apa yang telah dihasilkan oleh individu karyawan.


(33)

Menurut pendapat Robbins dalam Thoyib (2005 : 69), kinerja istilah lainnya adalah human output yang dapat diukur dari productivity, turnover, citizenship dan satisfaction.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah suatu kegiatan dalam merumuskan tujuan dengan terdapatnya kerja sama antar pihak satu dengan yang lainnya yang bersifat berkelanjut atau terus menerus sehingga terjadi komunikasi dua arah dan terdapat umpan balik dalam sutu lingkup organisasi atau instansi.

2.2.5.2 Menentukan Tingkat Kinerja

Dalam menentukan kinerja, atasanlah yang menentukan tingkat kinerja pegawai secara keseluruhan. Menurut Dharma (2003:370) menetapkan tingkat kinerja sebagai berikut :

Tingkat 1 : Kinerja tidak memenuhi syarat yang ditetapkan dalam pelaksanaan suatu tugas. Kinerja karyawan pada tingkat ini jelas tidak memuaskan. Jika tidak ada peningkatan yang cukup berarti, karyawan dengan tingkat kinerja ini perlu diberi tugas lain yang lebih cocok atau diberhentikan.

Tingkat 2 : Kinerja tidak memenuhi semua syarat pokok yang ditetapkan untuk melaksanakan suatu tugas, karyawan dengan tingkat kinerja ini tidak dapat memenuhi kriteria tugas dalam satu atau lebih bidang pokok. Namun kinerjanya sedang meningkat dan diperkirakan dapat


(34)

mencapai tingkat yang benar-benar memuaskan dalam waktu dekat.

Tingkat 3 : Kinerja benar-benar memenuhi semua syarat pokok yang ditetapkan untuk pelaksanaan suatu tugas. Karyawan dengan tingkat kinerja ini dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.

Tingkat 4 : kinerja benar-benar memenuhi syarat dan adakalanya melampaui syarat yang diperlukan. Kinerja karyawan pada tingkat ini jelas memuaskan dan kontribusinya bagi unit kerja.

Tingkat 5 : Kinerja karyawan selalu melampaui syarat pelaksanaan tugas yang diperlukan. Karyawan dengan kinerja pada tingkat ini secara konsisten mencapai tingkat tinggi dalam pelaksanaan tugas.

2.2.5.3. Unsur-Unsur yang Dinilai Dalam Kinerja

Menurut Sastrohadiwiryo (2003 : 235) didalam suatu kinerja pegawai perlu adanya penilaian yang dilakukan oleh pemimpin organisasi. Untuk itu unsur-unsur yang perlu diketahui dalam proses penilaian kinerja pegawai oleh pemimpin diantaranya :

1. Kesetiaan

Kesetiaan yang dimaksudkan adalah tekad dan kesanggupan menaati, melaksanakan dan mengamalkan sesuatu yang ditaati dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab, tekad dan kesanggupan tersebut harus dibuktikan dengan sikap dan perilaku tenaga kerja yang


(35)

bersangkutan. Dalam kegiatan sehari-hari serta dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang diberikan kepadanya. Kesetiaan tenaga kerja terhadap organisasi berhubungan dengan pengabdiannya. Pengabdian yang dimaksud adalah sumbangan pikiran dan tenaga yang ikhlas dengan mengutamakan kepentingan publik diatas kepentingan pribadi. 2. Prestasi Kerja

Yang dimaksud dengan prestasi kerja adalah kinerja yang dicapai oleh seorang tenaga kerja dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang diberikan kepadanya. Pada umumnya kerja seorang tenaga kerja dipengaruhi kecakapan, keterampilan, pengalaman, kesungguhan tenaga kerja yang bersangkutan.

3. Tanggung Jawab

Tanggung jawab adalah kesanggupan tenaga kerja dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya dan tepat waktu serta berani memikul resiko atas keputusan yang telah diambilnya atau tindakan yang telah dilakukannya.

4. Ketaatan

Yang dimaksud ketaatan adalah kesanggupan seseorang tenaga kerja untuk mentaati segala ketetapan, peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang berlaku, keputusan organisasi dan mentaati perintah kedinasan yang diberikan oleh atasan yang berwenang serta kesanggupan untuk tidak melanggar larangan yang telah ditetapkan perusahaan atau pemerintah, baik secara tertulis maupun tidak tertulis.


(36)

5. Kejujuran

Yang dimaksud kejujuran adalah ketulusan hati seseorang tenaga kerja dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan serta kemampuan untuk tidak menyalahgunakan wewenang yang telah diberikan kepadanya.

6. Kerjasama

Kerjasama adalah kemampuan seorang tenaga kerja untuk bekerja bersama-sama dengan orang lain dalam menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan yang telah ditetapkan, sehingga mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya.

7. Prakarsa

Prakarsa adalah kemampuan seorang tenaga kerja untuk mengambil keputusan, langkah-langkah atau melaksanakan suatu tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas tanpa menunggu perintah dan bimbingan.

8. Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki oleh seorang tenaga kerja untuk meyakinkan orang lain (tenaga kerja lain) sehingga dapat dikerahkan secara maksimal untuk melaksanakan tugas.

2.2.5.4. Penilaian Kerja

Menurut Siagian (1995 : 225–226) menyatakan bahwa penilaian kerja adalah suatu pendekatan dalam melakukan penilaian prestasi kerja para pegawai yang di dalamnya terdapat berbagai faktor antara lain :


(37)

1. Penilaian dilakukan pada manusia sehingga disamping memiliki kemampuan tertentu juga tidak luput dari berbagai kelemahan dan kekurangan.

2. Penilaian yang dilakukan dengan menggunakan serangkaian tolak ukur tertentu yang realistik, berkaitan langsung dengan tugas seseorang serta kriteria yang ditetapkan dan diterapkan secara obyektif.

3. Hasil penilaian harus disampaikan kepada pegawai yang dinilai dengan lima maksud:

a. Apabila penilaian tersebut bernilai positif maka penilaian tersebut menjadi dorongan kuat bagi pegawai yang bersangkutan untuk lebih berprestasi lagi pada saat bekerja mapupun pada masa yang akan datang sehingga kesempatan meniti karier lebih terbuka baginya.

b. Apabila penilaian tersebut bersifat negatif maka pegawai yang bersangkutan mengetahui kelemahannya dan dengan sedemikian rupa mengambil berbagai langkah yang diperlukan untuk mengatasi kelemahan tersebut.

c. Jika seseorang merasa mendapat penilaian yang tidak obyektif, kepadanya diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatan sehingga pada akhirnya ia dapat memahami dan menerima hasil penilaian yang diperolehnya.

d. Hasil penilaian yang dilakukan secara berkala itu terdokumentasikan secara rapi dalam arsip kepegawaian setiap


(38)

pegawai sehingga tidak ada arsip, data atau informasi yang hilang, baik yang sifatnya menguntungkan maupun merugikan pegawai.

e. Hasil penilaian prestasi kerja setiap orang menjadi bahan yang selalu turut dipertimbangkan dalam setiap keputusan yang dambil mengenai mutasi pegawai, baik dalam arti promosi, alih tugas, alih wilayah, demosi maupun dalam pemberhentian tidak atas permintaan sendiri.

Penilaian kinerja menurut Mondy dan Noe (1993 : 394) merupakan suatu sistem formal yang secara berkala digunakan untuk mengevaluasi kinerja individu dalam menjalankan tugas-tugasnya.

Sedangkan Mejia (2004 : 222-223) mengungkapkan bahwa penilaian kinerja merupakan suatu proses yang terdiri dari identifikasi, pengukuran, dan manajemen yang berpengaruh terhadap kemajuan organisasi.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli mengenai pengertian penilaian kinerja dapat disimpulan bahwa penilaian kinerja merupakan suatu sistem penilaian secara berkala terhadap kinerja pegawai yang mendukung kesuksesan organisasi atau yang terkait dengan pelaksanaan tugasnya.

2.2.6. Pengertian Pembinaan

Menurut Nawawi (1996 : 47) pembinaan dilakukan dengan memberi kesempatan untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan atau


(39)

kecakapan, keahlian, kesejahteraan, pembinaan disiplin dan lain-lain. Misalnya memberi kesempatan mengikuti kursus-kursus, penataran, diklat, memberikan penghargaan dan pujian.

Menurut Pamudji (1990 : 7) pembinaan adalah suatu yang mengarah atau memberikan bimbingan khususnya pada pegawai dalam bentuk latihan latihan, pendidikan-pendidikan, ceramah-ceramah, seminar, bimbingan dan pengawasan langsung.

Menurut Thoha (1997 : 7) pembinaan adalah suatu tindakan, proses hasil atau peryataan menjadi lebih baik. Dalam hal ini menunjukkan adanya kemajuan, peningkatan pertumbuhan evolusi atas berbagai kemungkinan berkembang atau peningkatan sesuatu.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pembinaan adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh manusia secara sadar, terencan, teratur dan terarah dengan tindakan-tindakan untuk meningkatkan sikap dan perilaku.

2.2.7. Pengertian Pelatihan

Menurut Nawawi (2005 : 208) pelatihan adalah proses melengkapi para pekerja dengan keterampilan khusus atau kegiatan membantu para pekerja dalam memperbaiki pelaksanaan pekerjaan yang tidak efisien.

Menurut Notoatmodjo (2003 : 28) pelatihan adalah merupakan upaya untuk mengembangkan sumber daya manusia, terutama untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan kepribadian manusia

Pengertian lain tentang pelatihan menurut Nawawi (2005 : 209) pelatihan adalah program - program untuk memperbaiki kemampuan


(40)

melaksanakan pekerjaan secara indivudal, kelompok dalam organisasi atau perusahaan.

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian dari pelatihan adalah proses melengkapi para pekerja dengan keterampilan khusus dalam rangka untuk mengembangkan kemampuan yang dimliki dalam sebuah organisasi atau perusahaan.

Menurut Nawawi (2005 : 217) pada dasarnya sebuah pelatihan prospeknya sangat luas, meskipun secara definitif dapat dibedakan sebagai berikut :

a. Pelatihan Tingkat Mikro

Pelatihan ini diselenggarakan oleh dan untuk lingkungan organisasi/ perusahaan sendiri, sesuai kebutuhannya dalam meningkatkan kemampuan para pekerja dalam melaksanakan seluruh beban / volume kerja agar dapat mewujudkan eksistensinya secara maksimal.

b. Pelatihan Tingkat Makro

Pelatihan ini diselenggarakan bersama oleh dua atau lebih organisasi / perusahaan, yang memiliki kebutuhan yang sama dalam usaha meningkatkan kemampuan kerja para pekerja masing-masing.

Setelah memutuskan kebutuhan pelatihan dakam rangka mewujudkan eksistensi yang kompetitif, agar efektif untuk mewujudkan perbaikan dan peningkatan pengetahuan, ketrampilan / keahlian dan sikap pekerja, harus dipilih model pelatihan yang akan dilaksanakan. Untuk itu perlu ditempuh langkah-langkah atau fase-fase pelatihan yang dijabarkan oleh Nawawi (2005 : 228), yaitu :


(41)

a. Fase Perencanaan

Fase ini dimulai dengan menetapkan tujuan pelatihan, yang sangat penting artinya dalam menyusun kurikulumnya, yang berisi tentang “apa yang perlu dipelajari oleh para pekerja,” yang tidak boleh dilepaskan kaitannya dengan perilaku dalam melaksanakan pekerjaan, yang dituntut sesuai hasil analisis pekerjaan / jabatan. Oleh karena itu apabila fase ini tidak dikerjakan secara cermat, maka keseluruhan kegiatan pelatihan sulit untuk mencapai hasil yang diharapkan.

b. Fase Mendesain Pelatihan

Oleh karena proses belajar merupakan interaksi antara manusia dengan lingkungan, maka pada langkah / fase kedua ini diperlukankegiatan mendesain lingkungan pelatihan. Di antaranya harus dipilih metode dan teknik pelatihan secara cermat, menyusun materi pelatihan secara sistematik, melakukan intervensi sumber-sumber lingkungan yang dapat dimanfaatkan dan lain-lain yang seluruhnya harus mengacu pada tujuan pelatihan. Oleh karena itu pelatihan pada dasarnya merupakan proses belajar, yang hanya akan berhasil apabila pesertanya aktif dalam belajar.

c. Fase Evaluasi Kegiatan Pelatihan

Fase evaluasi dimaksudkan adalah kegiatan menilai kegiatan pelatihan yang telah dilaksanakan. Oleh karena itu dapat dilakukan dalam berbagai kegiatan selama dan sesudah pelatihan dilaksanakan. Diantaranya adalah evaluasi terhadap kemampuan mentransfer, yang berkenaan dengan ketepatan metode yang dipergunakan , kemampuan


(42)

fasilitator (instruktur) atau para pelatih menggunakan metode dan sarana pelatihan. Sedang evaluasi lainnya berupa evaluasi jalannya pelatihan, yang dihubungkan dengan hasil dari pelatihan melalui tes awal digunakan untuk mengetahui kemampuan pekerja sebelum pelatihan. Tes akhir digunakan untuk mengetahui kemampuan pekerja setelah pelatihan.

Dengan demikian berarti hasil dari pelatihan sebagai proses belajar adalah perubahan tingkah laku, dari tidak tahu sesuatu menjadi tahu sesuatu, dari tidak mengerti sesuatu menjadi mengerti sesuatu, dari tidak mampu melaksanakan ketrampilan tertentu menjadi mampu melaksanakannnya. Perubahan tersebut akan dapat dilihat dalam kegiatan bekerja setelah mengikuti pelatihan.

Dengan perubahan berdasarkan proses yang disengaja melalui pelatihan diharapkan terjadi perubahan pengetahuan, ketrampilan, dan keahlian yang akan menghasilkan proses kinerja dengan kualitas kerja yang meningkat sehingga dapat diukur perubahan kinerja pegawai karena adanya proses peningkatan kualitas pegawai melalui seminar, penataran, dan pelatihan.

2.3. Kerangka Berpikir

Kerangka berfikir merupakan penjelasan spesifik mengenai alur piker teoritik terhadap pemecahan masalah yang diteliti, penjelasan tentang teori dasar yang digunakan untuk menggambarkan alur teori atau jalinan teori yang mengarah pada pemecahan masalah.


(43)

Sesuai latar belakang, perumusan masalah dan landasan teori, maka dapat dibuat kerangka berpikir penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 2.3 : Kerangka Berpikir Penelitian

Sumber : Peraturan Daerah Kabupaten Magetan Nomor 5 Tahun 2006 Peraturan Daerah Kabupaten Magetan

Nomor 5 Tahun 2006 Pasal 5

Kepala Desa Sebagai Pemimpin Pemerintahan Desa

Strategi Kepala Desa Dalam Meningkatkan Kinerja Pegawai

Penilaian Kerja

Peningkatan Kualitas Pegawai : 1. Seminar

2. Penataran 3. Pelatihan

Kinerja Pegawai Meningkat


(44)

(45)

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat deskriptif, yang mencoba menggambarkan secara mendalam suatu obyek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya. Hal ini selaras dengan pendapat Nawawi (2005 : 63) yang mengartikan penelitian deskriptif sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau obyek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan maksud ingin memperoleh gambaran yang komprehensif dan mendalam tentang strategi kepala desa dalam meningkatkan kinerja pegawai di kantor desa Tegalarum Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan. Secara teoritis menurut Kirk dan Miller dalam Moleong (2002 : 3) mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya.

Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2002 : 3) menyebutkan bahwa metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.


(46)

Menurut Williamas dalam Moleong (2007 : 5) menulis bahwa penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan metode alamiah dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah.

Sedangkan menurut Denzin dan Lincoln dalam Moleong (2007 : 5) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar ilmiah dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.

Dari kajian tentang definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, pelaksanaan dan lain-lain secara holistic dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Ciri penelitian deskriptif adalah sebagai berikut :

1. Penelitian deskriptif diupayakan untuk menggambarkan fenomena tertentu secara terperinci.

2. Hasil akhir dari penelitian adalah suatu kesimpulan yang tidak berlaku umum tetapi hanya berlaku pada lokasi penelitian saja.

3. Menggambarkan suatu subyek atau obyek penelitian berdasarkan fakta sebagaimana adanya.

Dalam penelitian deskriptif hanya menitikberatkan pada pengembangan konsep dan penghimpunan data tetapi tidak melakukan


(47)

pengujian hipotesa. Adakalanya penelitian ini menggunakan hipotesa, tetapi tidak untuk diuji secara statistik (Singarimbun, 1989 : 4-5).

3.2 Fokus Penelitian

Fokus penelitian kulitatif berkaitan erat dengan rumusan masalah dan maslah penelitian yang dijadikan acuan dalam menentukan focus penelitian. Dalam hal ini fokus penelitian dapat berkembang atau berubah sesuai dengan perkembangan masalah penelitian di lapangan.

Dalam penelitian deskriptif kualitatif digunakan variabel mandiri tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel yang lain. Dalam penelitian ini yang menjadi variabelnya adalah strategi kepala desa dalam meningkatkan kinerja pegawai di kantor desa Tegalarum Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan.

Fokus dalam penelitian ini adalah strategi dari seorang pemimpin yaitu kepala desa dalam meningkatkan kinerja pegawai yang secara operasionalnya dapat diartikan sebagai upaya kepala desa guna memberikan motivasi kerja kepada pegawai guna pencapaian kinerja yang baik dan optimal. Sesuai dengan PERDA Nomor 5 Tahun 2006 tentang pedoman susunan organisasi dan tata kerja pemerintahan desa, kewajiban dan tugas dari perangkat desa hendaknya dilakukan sesuai dengan tugas dan fungsi pokok bidangnya masing-masing. Namun disisi lain pegawai atau perangkat desa juga membutuhkan kemahiran dan pemahaman kerja dari pemimpin agar pencapaian tujuan dan pelayanan terhadap masyarakat dapat berjalan dengan terarah dan benar. Menurut Samsudin (2006 : 159) upaya yang dilakukan untuk mengembangkan kinerja dengan penilaian kerja. Menurut


(48)

Joko Widodo (2006 : 86) strategi yang dilakukan adalah dengan peningkatan kulitas aparatur pemerintah daerah yaitu dengan seminar, penataran, dan pelatihan.

Adapun fokus penelitian ini adalah ingin mengetahui bagaimana strategi pemimpin dalam penelitian tentang kepala desa Tegalarum dalam meningkatkan kinerja pegawai di Kantor Desa Tegalarum Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan yang telah diterapkan dalam proses kepemimpinannya, yaitu :

1. Penilaian Kinerja.

Penilaian kinerja memiliki tujuan guna menentukan kesuksesan atau kegagalan. Penilaian kinerja tersebut digunakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan organisasi yang telah dicapai. Dapat membantu menjelaskan apa saja kesalahan yang telah terjadi dalam organiasi maupun penjelasan tentang proses kinerja pegawai. Serta mengevaluasi segala bentuk kebutuhan dan kelengkapan pegawai agar kinerja mereka lebih optimal.

Sasaran kajian pada tahap ini meliputi upaya kepala desa yaitu dengan penilaian kerja, meliputi :

a. Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) untuk Sekretaris Desa. b. Form Penilaian Kerja untuk Pegawai Kantor Desa selain Sekretaris

Desa.


(49)

Pada tahap ini merupakan upaya untuk mengembangkan sumber daya manusia melalui pengelolaan kemampuan kerja terutama untuk pengembangan intelektual dan kepribadian manusia.

Sasaran kajian dalam fokus ini adalah upaya kepemimpin Kepala Desa melalui pengikutsertaan dan pengiriman beberapa pegawai untuk mengikuti program peningkatan kualitas pegawai. Kegiatan tersebut meliputi :

a. Seminar b. Penataran c. Pelatihan

Program peningkatan kualitas pegawai ini dilaksanakan dari Dinas Pemerintah Kabupaten Magetan melalui Kantor Desa.

3.3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan keadaan sebenarnya dari objek yang diteliti guna memperoleh data yang akurat. Dalam hal ini penulis berusaha menangkap keadaan yang sebenarnya dari obyek yang diteliti pada Kantor Desa Tegalarum Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan dengan alasan tempat tersebut memungkinkan untuk memperoleh data atau informasi yang ada relevansinya dengan permasalahan yang akan diteliti.

3.4. Sumber Data Dan Jenis Data

Menurut Lofland dan Lofland dalam Moleong (2002 : 112) Sumber data umum penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan tindakan selebihnya


(50)

adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain, berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jenis datanya dibagi kedalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis dan foto, terdiri atas :

a. Kata-kata dan tindakan

Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancara dalam penelitian adalah merupakan sumber data utama, pegumpulan data dari sumber data melalui wawancara atau pengamatan berperan serta, merupakan hasil usaha gabungan di kegiatan melihat, mendengar, dan bertanya maupun mencocokkan data ketika mendapatkan data yang berbda..

b. Sumber tertulis

Dilihat dari segi sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis dapat dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber data dari arsip, dokumen pribadi maupun resmi.

c. Foto

Foto menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga dan sering digunakan untuk menelaah segi-segi subyektif dan hasilnya sering dianalisis secara induktif, ada dua kategori foto yang dapat dimanfaatkan dalam penelitian kualitatif, yaitu foto yang dihasilkan oleh peneliti sendiri dan foto dari surat kabar ataupun media informasi lainnya.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian adalah merupakan bagian dalam penelitian karena pada hakekatnya dari peneliti adalah pencarian data yang nantinya diinterpresentasikan dan dianalisis dalam penelitian kualitatif,


(51)

pengumpulan data diperlukan untuk memudahkan dalam upaya-upaya mengumpulkan data di lapangan.

Pengumpulan data dalam penelitian ini menurut Patton dalam Moleong (2002: 135) adalah :

1. Interview (wawancara)

Adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interview) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Wawancara dilakukan langsung terhadap Kepala .Bagian selaku subyek dalam penelitian ini, wawancara juga dilakukan kepada masyarakat.

Peneliti dalam hal ini menggunakan pendekatan dengan penggunaan petunjuk umum wawancara yaitu jenis wawancara ini mengharuskan pewawancara membuat karangan garis besar pokok-pokok yang ditanyakan dalam proses wawancara.

2. Observasi (Pengamatan)

Menurut Moleong (2002 : 126-127), Peneliti mengadakan data dengan cara pengamatan langsung atau melihat dari dekat obyek penelitian, observasi dilakukan terhadap keseharian responden yaitu Kepala Desa berkaitan dengan Strategi dalam meningkatkan kinerja pegawai yaitu dengan dorongan positif, disiplin positif dan bantuan karyawan. Data observasi berupa deskripsi yang faktual, cermat, dan terinci mengenai keadaan lapangan, kegiatan manusia dan situasi sosial,


(52)

serta konteks dimana kegiatan-kegiatan itu terjadi pengalaman yang terbagi atas :

a. Pengamatan terbuka

Pengamatan secara terbuka oleh subyek, sedangkan sebaliknya para subyek dengan sukarela memberikan kesempatan kepada pengamat untuk mengambil peristiwa yang terjadi, dan mereka menyadari bahwa ada orang yang mengamati hal yang dilakukan oleh mereka. b. Pengamatan tertutup

Ialah pengamatnya beroperasi dan mengadakan pengamatan tanpa diketahui oleh para subyeknya, biasanya dilakukan penelitian ditempat hiburan, taman, bioskop, lapangan, dan tempat hiburan lainnya.

3. Catatan Lapangan

Adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan releksi terhadap data dalam penelitian kualitatif Bogdan dan Biklen dalam Moeloeng, (2002 : 153). Catatan lapangan diperoleh pada saat dilakukannya pengamatan dan tentang apa yang didengar dan dilihat yang berkaitan dengan tujuan penelitian, catatan lapangan dilakukan di Kantor Desa Tegalarum dan sifatnya bisa sewaktu-waktu.

4. Dokumentasi

Digunakan untuk melengkapi data-data yang telah diperoleh melalui wawancara ataupun observasi, perlu juga digunakan sebagai pendukung pencapaian tujuan penelitian, dan dokumen tersebut diperoleh di kantor Desa Tegalarum Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan.


(53)

Menurut Patton dalam Moeleong (2002 : 161-165) Dokumen disini adalah semua catatan atau rekaman yang sudah tersedia, dokumen dibagi menjadi 2 yaitu dokumen pribadi dan dokumen resmi, dokumen pribadi adalah catatan atau karangan seseorang secara tertulis tentang tindakan, pengalaman, dan kepercayaannya, sedang dokumen resmi terbagi atas dokumen internal berupa memo, pengumuman, instruksi, aturan suatu lembaga, masyarakat tertentu yang digunakan dalam kalangan sendiri, dan dokumen eksternal yaitu berisi bahan-bahan informasi yang dihasilkan oleh suatu lembaga sosial, contoh majalah, buletin, pernyataan dan berita yang disiarkan kepada media massa.

3.6. Analisis Data

Mengingat penelitian ini mendeskripsikan mengenai strategi Kepala Desa dalam meningkatkan kinerja pegawai di kantor Desa Tegalarum Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan maka digunakan analisis data yang bersifat deskriptif kualitatif. Tujuan kegiatan analisis dalam penelitian adalah menyempitkan dan membatasi penemuan-penemuan sehingga menjadi suatu data yang teratur serta tersusun dan lebih berarti. Dalam menganalisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu hasil wawancara, pengamatan yang dilakukan, catatan, maupun laporan dokumen.

Dalam penelitian kualitatif, digunakan analisis data kualitatif, pada penelitian ini digunakan analisis data yang telah dikembangkan oleh Miles dan Huberman (1992 : 18-20), dengan menggunakan Analisis Model Interaktif melalui empat prosedur, yaitu :


(54)

1. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan merupakan data yang berupa kata-kata. Data tersebut dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. 2. Reduksi Data

Dimaksudkan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan.

3. Penyajian Data

Dimaksudkan sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan melihat penyajian-penyajian kita dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan. Hal ini dilakukan untuk memudahkan peneliti melihat gambar secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari data penelitian, sehingga dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan.

4. Verifikasi/menarik kesimpulan

Merupakan suatu kegiatan dari konfigurasi yang utuh selama penelitian berlangsung. Sedangkan verifikasi merupakan kegiatan pemikiran kembali yang melintas dalam pemikiran penganalisis selama peneliti mencatat, atau suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan atau peninjauan kembali serta tukar pikiran di antara teman sejawat untuk mengembangkan “kesempatan intersubyektif”, dengan kata lain makna yang muncul dari data harus diuji kebenarannya, kekokohannya, dan kecocokannya (validitasnya).


(55)

Analisis data model interaktif dapat dilihat pada gambar berikut ini dalam gambar 3.6 sebagai berikut:

Gambar 3.6

Komponen-komponen Analisis Data: Model Interaktif

Sumber : Miles dan Huberman (2007 : 20)u

Berdasarkan hal tersebut, jelaslah bahwa data yang diperoleh di lapangan tidak dibuktikan dengan angka-angka tetapi berisikan uraian-uraian sehingga menggambarkan hasil yang sesuai dengan data yang telah dianalisa kemudian diinterprestasikan. Masalah yang dihadapi diuraikan dengan berpatokan pada teori-teori serta temuan yang diperoleh pada saat penelitian, kemudian dicarikan kesimpulan dan jalan pemecahannya.

3.7. Keabsahan Data

Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Menurut Moleong (2007 : 326) ada empat kriteria yang digunakan, yaitu :

Pengumpulan Data

Reduksi Data Penyajian Data


(56)

1. Derajat Kepercayaan (credibility)

Agar hasil penelitian kualitatif memiliki derajat kepercayaan yang tinggi sesuai dengan data obyektif di lapangan penelitian, perlu dilakukan upaya sebagai berikut :

a. Memperpanjang keikutsertaan penelitian dalam tahap pengumpulan data.

b. Melakukan observasi secara terus-menerus dan sungguh-sungguh. c. Melakukan triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain. Dtriangulasi metode, triangulasi sumber, triangulasi penyidik terhadap data itu, baik triangulasi metode, triangulasi sumber, dan triangulasi penyidik, dan triangulasi teori.

d. Melakukan kajian kasus negatif, yang dapat dimanfaatkan sebagai kasus pembanding atau bahkan sanggahan terhadap hasil temuam data penelitian.

2. Keteralihan (transferability)

Hasil penelitian kualitatif memiliki transferability yang tinggi bilamana para pembaca laporan penelitian ini memperoleh gambaran dan pemahaman yang jelas tentang knots dan fokus penelitian.

3. Kebergantungan (dependability)

Makin konsisten peneliti dalam keseluruhan proses penelitian maupun dalam kegiatan pengumpulan data, reduksi data maupun proses interprestasi temuan maupun dalam melaporkan hasil penelitian, akan semakin memenuhi dependability.


(57)

4. Kepastian (confirmatibility)

Lebih terfokus pada audit (pemeriksaan) kualitas dan kepastian hasil penelitian, apa benar berasal dari pengumpulan data di lapangan, yang biasanya dilakukan bersama dengan audit dependability.


(58)

4.1. Gambaran Umum Desa Tegalarum

Sebagai situs penelitian maka gambaran umum desa Tegalarum perlu di deskripsikan secara rinci tentang hala-hal yang berkaitan dengan fokus dan sasaran kajian penelitian guna mendapatkan gambaran secara lengkap tentang obyek penelitian ini. Berikut akan diuraikan tentang gambaran umum desa Tegalarum, pemerintahan desa maupun kantor desa tegalarum sebagai berikut:

4.1.1.Kondisi Geografis

Letak dan Luas Desa Tegalarum Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan Jawa Timur terletak di jalan Panglima Sudirman sebelah selatan lapangan Udara Lanud Iswahyudi . Letak astronomi Desa Tegalarum terletak diantara 111,2˚ - 111,5˚ LU dan 7,3˚ - 7,8˚ LS kemudian 111,.2˚ BT – 7,4˚ LS. Kemudian batas wilayah pada Kantor Desa Tegalarum yaitu : 1. Sebelah Barat : Desa Tanjung, Bulak Kecamatan Bendo

2. Sebelah Timur : Desa Bukur, Jiwan Madiun 3. Sebelah Selatan : Desa Gandong, Kerik Magetan 4. Sebelah Utara : Desa Bulak, Meteseh Jiwan Madiun

Luas wilayah Desa Tegalarum yaitu 205.125 Ha. Desa Tegalarum terletak diwilayah paling timur Kabupaten Magetan tepatnya di perbatasan dengan Kabupaten Madiun, berada didataran rendah, terbuka dengan


(59)

ketinggian wilayah ± 92 m diatas permukaan air laut dan dialiri oleh sungai Gandong yang berada ditepi selatan desa.

4.1.2. Kondisi Demografi

Pemerintahan desa adalah suatu badan penyelenggaraan urusan pemerintahan yang mengatur urusan dan kepentingan masyarakat sesuai adat-istiadat yang berlaku untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Pemerintahan desa ini didirikan berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950, diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005.

Jumlah penduduk Desa Tegalarum Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan berjumlah 975 Kepala Keluarga dengtan rincian sebagai berikut :

Tabel 4.1

Jumlah Penduduk Desa Tegalarum berdasarkan Jenis Kelamin

No Uraian Jumlah (orang)

1. Pria 1.379

2. Wanita 1.545

Jumlah 2.924

Dari data di atas dapat disimpilkan jumlah penduduk mayoritas adalah wanita, sedangkan minoritas wanita dengan jumlah keseluruhan Kepala Keluarga adalah 975 KK.

Sedangkan jumlah penduduk berdasarkan agama di Desa Tegalarum Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan yaitu :

Sumber : Profil Pemerintahan Desa Tegalarum, Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan Tahun 2009


(60)

Tabel 4.2

Jumlah Penduduk Desa Tegalarum berdasarkan Agama

No. Uraian Jumlah (orang)

1. Islam 2.850

2. Kristen 43

3. Katolik 31

4. Hindu -

5. Budha -

Jumlah 2.924

Dari pernyataan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk Desa Tegalarum Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan paling banyak penganut agama islam.

Adapun pembagian penduduk Desa Tegalarum berdasarkan pekerjaan meliputi :

Tabel 4.3

Jumlah Penduduk Desa Tegalarum berdasarkan Jenis Pekerjaan

No. Jenis Pekerjaan Jumlah (orang)

1. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 312 2. Pegawai Kelurahan 25

3. TNI/Polri 154

4. Guru 119

5. Dokter 9

6. Bidan 13

7. Mantri Kesehatan/Perwat 14

8. Pegawai Swasta 456

9. Pegawai BUMN/BUMD 11

10. Petani 567

11. Lain-lain 244

Jumlah 2.924

Sumber : Profil Pemerintahan Desa Tegalarum, Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan Tahun 2009

Sumber : Profil Pemerintahan Desa Tegalarum, Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan Tahun 2009


(61)

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan mayoritas penduduk Desa Tegalarum mempunyai mata pencaharian sebagai petani, hal ini dikarenakan wialyah tersebut sebagian besar adalah lahan pertanian, dan urutan kedua adalah pegawai swasta . urutan ketiga adalah pegawai negeri yang bekerja di wilayah kabupaten Magetan.

4.1.3. Sarana dan Prasarana Desa Tegalarum Kecamatan Bendo Kabupaten

Adapun sarana dan prasarana yang dimiliki Desa Tegalarum Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan meliputi :

Tabel 4.4

Jumlah Sarana dan Prasarana Desa Tegalarum

No. Uraian Jumlah

1. Balai Desa 1 Unit

2. Kantor Desa 1 Unit

3. Kantor BPD 1 Unit

4. Kantor PKK 1 Unit

5. Perpustakaan Anak-anak 2 Unit 6. Perpustakaan Umum 1 Unit

7. Puskesmas 1 Unit

8. Sekolah 6 Unit

Jumlah 14 Unit

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah sarana dan prasarana yang ada di Desa Tegalarum cukup memadai, hanya sebagian perlu adanya penanganan karena kondisi fisik yang kurang menunjang atau rusak. Misalnya sekolahan, Kantor PKK dan perpustakaan.

Sumber : Profil Pemerintahan Desa Tegalarum, Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan Tahun 2009


(62)

Struktur organisasi Kantor Desa Tegalarum Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan ini terdiri dari 1 Kepala Desa, 1 Sekretaris Desa, dan 8 Perangkat Desa. Disamping itu juga dibantu dengan adanya BPD (Badan Permusyawaratan Desa) sebagai perwujudan demokrasi dalam penyelengaraan pemerintahan desa.

4.1.4.Tujuan Desa Tegalarum

Tujuan mempunyai arti cukup penting sebagai dasar untuk melakukan aktifitas di Kantor Desa Tegalarum sebagai Lembaga Pemerintahan Desa. Oleh Karena itu dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab harus didasari dengan tujuan yang jelas.

Arah tujuan pemerintahan desa Tegalarum Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan ini adalah terciptanya kemakmuran yang merata diseluruh desa dengan melibatkan semua jenjang pemerintahan dan seluruh warga masyarakat Desa Tegalarum.

4.1.5. Visi dan Misi Desa Tegalarum

1.Visi Desa Tegalarum

Mewujudkan masyarakat yang makmur merupakan amanat UUD 1945, yang harus dipegang teguh, ditumbuh suburkan dan diupayakan terwujud. Masyarakat makmur adalah masyarakat yang merasa aman, tentram, sejahtera, berkeadilan, bermartabat, bebas berpendapat, bebas dari ketakutan dan belenggu diskriminasi, dengan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi, baik pisik, psikis maupun intelektualitasnya. Mewujudkan masyarakat yang maju dan berakhlak juga merupakan


(63)

amanat Pancasila dan Pembukaan UUD 1945. untuk mewujudkan masyarakat Tegalarum yang makmur perlu dibarengi peningkatan kwalitas pemahaman agama dan kehidupan beragama. Menuju Tegalarum yang makmur dan berakhlak ini secaraa makro dilakukan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai penegasan komitmen terhadap konsep negara kebangsaan Indonesia yang telah menjadi ketetapan bersama oleh seluruh rakyat Indonesia pada saat mendirikan NKRI. Tegalarum adalah bagian yang tak terpisahkan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2. Misi Desa Tegalarum

1. Mewujudkan peningkatan pemahaman dan pengamalan nilai-nilai dan budi pekerti serta meningkatkan dan mengukuhkan martabat desa melalui pembangunan karakter dan kepribadian serta kemandirian sebagai desa yang berakhlak.

2. Menggalang sinergi dan sinkronisasi anggaran antar Dusun dengan basis kerukunan warga dengan meningkatkan gotong royong sehingga beban yang ditanggung oleh pemerintah desa akan lebih ringan, jika hal ini dipikul bersama dengan seluruh warga masyarakat untuk mencapai tujuan yang diharapkan kita bersama.

3. Pertumbuhan ekonomi tidak berorientasi pada indikator makro, akan tetapi berpijak pada penguatan ekonomi kerakyatan yang tercermin dari berkembangnya sektor pertanian dan industri kecil. Kekuatan ekonomi rakyat harus didorong agar tumbuh mandiri.


(64)

4. Menjalin dan miningkatkan hubungan komunikasi kepada pemerintah diatasnya dalam rangka mengakses dari berbagai informasi program untuk kepentingan desa.

5. Melakukan penguatan terhadap tata ruang desa, yang tidak saja berorientasi pada pembangunan infrastruktur, tetapi lebih penting lagi mengembangkan spesialisasi ekonomi.

4.1.6. Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan suatu pola perwujudan yang dapat menggambarkan hubungan antar komponen-komponen yang ada dalam organisasi baik hubungan vertikal dari atasan ke bawahan maupun sebaliknya dari bawahan ke atasan, serta hubungan horisontal dari jabatan yang satu dengan jabatan yang lain maupun bidang yang satu dengan bidang yang lain yang dapat menunjukkan posisi keberadaan dalam eselonisasi jabatan organisasi. Hubungan komponen tersebut adalah hubungan timbal balik antara pegawai yang menjabat dalam jabatan tertentu dengan jabatan yang lain.

Dengan adanya struktur organisasi maka kegiatan kerja akan lebih terarah dimana arah yang dimaksud adalah arah pertanggungjawaban maupun arah garis komando serta arah garis kordinasi dalam uraian satu rangkaian struktur organisasi.

Berikut ini adalah uraian gambar struktur organisasi Pemerintahan Desa Tegalarum Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan dengan pimpinan tertinggi adalah Kepala Desa yang tergambar dalam struktur organisasi secara lengkap sebagai berikut :


(65)

(66)

4.1.7.Tugas dan Fungsi Pokok

Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Pokok Pemerintahan Desa Tegalarum sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Magetan Nomor 5 Tahun 2006 tentang pedoman susunan organisasi dan tata kerja pemerintahan desa, yaitu :

1. Kepala Desa

Pemerintahan desa dipimpin oleh seorang kepala desa sebagai penanggung jawab kinerja operasional dan struktural desa. Kepala Desa mempunyai tugas, yaitu :

a. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta mempertahankan dan memelihra keutuhan Negara Kesatuan RI. b. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

c. Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat. d. Melaksanakan kehidupan demokrasi.

e. Melaksanakan prinsip tata pemerintahan desa yang bersih dan bebas dari kolusi, korupsi, dan nepotisme.

f. Menjalin hubungan kerja dengan seluruh mitra kerja pemerintahan desa.

g. Menaati dan menegakkan seluruh peraturan perundang-undangan. h. Menyelenggarakan administrasi pemerintahan desa yang baik.

i. Melaksanakan dan mempertanggung jawabkan pengelolaan keuangan desa.


(67)

j. Melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan desa. k. Mendamaikan perselisihan masyarakat di desa.

l. Mengembangkan pendapatan masyarakat dan desa.

Dalam melaksanakan tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan, kepala desa mempunyai fungsi yaitu :

a. Pelaksana penyelenggaraan urusan urusan rumah tangganya sendiri b. Penggerak parisipasi masyarakat desa

c. Pelaksana tugas dalam rangka pembinaan ketentraman dan ketertiban masyarakat desa

d. Pelaksana tugas pemerintaha desa dan pemerintahan kabupaten

e. Pelaksana koordinasi jalannya pemerintahan, pembangunan, dan pembinaan masyarakat desa

f. Pelaksana urusan pemerintahan lainnya yang tidak termasuk dalam tugas instansi dan tidak termasuk urusan rumah tangganya sendiri. 2. Sekretaris Desa

Sekretaris desa berkedudukan sebagai unsur pembantu kepala desa dan memimpin sekertariat desa serta bertanggung jawab kepada kepala desa. Sekretaris desa mempunyai tugas, yaitu :

a. Melaksanakan koordinasi pelaksanaan administrasi pemerintahan, pembangunan dan kemaasyarakatan di desa serta memberikan pelayanan administrasi.

b. Mengendalikan urusan surat menyurat, kearsipan dan laporan.

c. Mengendalikan administarasi pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.


(68)

d. Mengendalikan tugas dan fungsi kepala desa apabila kepala desa berhalangan.

e. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala desa. 3. Urusan Pemerintahan dan Umum

Urusan pemerintahan dan umum mempunyai tugas, yaitu :

a. Melaksanakan tugas kegiatan di bidang administrasi kependudukan. b. Melaksanakan tugas-tugas di bidang pemerintahan desa.

c. Membina kegiatan-kegiatan RT atau RW.

d. Menyelenggarakan penyusunan, pengetikan atau penggandaan surat. e. Mengatur rumah tangga sekretariat desa, tamu-tamu, kebutuhan kantor,

menyimpan dan memeliharanya.

f. Menyimpan, memelihara dan mengamankan arsip, mengelola buku-buku inventaris, dokumen-dokumen, pengurus absensi dan administrasi perangkat desa.

g. Melaksanakan inventarisasi kekayaan desa dan bondo desa mengenai status penggunaannya.

h. Melaksanakan pekerjaan lain yang diberikan oleh sekretaris desa. 4. Urusan Pembangunan dan Kemasyarakatan

Tugas urusan pembangunan dan kemasyarakatan, yaitu :

a. Melaksanakan tugas kegiatan di bidang pembangunan antara lain meliputi : menyiapkan, menyusun ruang data, menyusun data pembangunan, menyiapkan masalah-masalah pembangunan desa.

b. Meneliti dan mengevaluasi dalm rangka koordinasi pembangunan desa serta membantu penyusunan program pembangunan desa.


(69)

c. Melaksanakan urusan-urusan administrasi kegiatan organisasi sosial politik dan lembaga kemasyarakatan lainnya.

d. Memberi saran dan mempertimbangkan dalam menyusun kegiatan pembinaan generasi muda.

e. Memberi saran dan mempertimbangkan kepada Sekretaris Desa di bidang pembangunan.

f. Mengumpulkan bahan dan menyusun laporan di bidang kesejahteraan masyarakat.

g. Melaksanakan pekerjaan-pekerjaan lain yang diberikan oleh Sekretaris Desa.

5. Urusan Keuangan

Urusan keuangan mempunyai tugas, yaitu : a. Mengelola administrasi keuangan desa.

b. Menyimpan data guna menyusun rancangan anggaran, perubahan dan perhitungan APBDes.

c. Melaksanakan tata pembukuan secara teratur.

d. Melaksanakan pekerjaan-pekerjaan lain yang diberikan oleh Sekretaris Desa.

6.Kebayan

Pelaksana teknis lapangan merupakan unsur pelaksana tugas tertentu yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Desa. Tugas kebayan, yaitu :

a. Menyampaikan informasi kepada masyarakat.


(70)

7. Jogoboyo

Tugas seorang jogoboyo, yaitu ;

a. Melaksanakan kegiatan dan pembinaan di bidang ketentraman, ketertiban dan keamanan masyarakat desa.

b. Melaksanakan tuga-tugas lain yang diberikan Kepala Desa. 8. Modin

Modin dalam kinerjanya sebagai pelaksana teknis lapangan disini bertugas a. Melaksanakan kegiatan di bidang keagamaan dan sosial

kemasyarakatan.

b. Membantu pelaksanaan kegiatan nikah, talak, cerai, rujuk dan kematian di desa.

c. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Kepala Desa. 9. Sambong

Tugas seorang Sambong dalam hal ini adalah :

a. Mengkoordinir kegiatan yang terkait dengan permasalahan irigasi, pertanian dan lingkungan hidup.

b. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Kepala Desa. 10.Kamituwo

Kamituwo berkedudukan sebagai pembantu Kepala Desa dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pemerintahan pembangunan dan kemasyarakatan di wilayah kerjanya dan bertanggung jawab kepada kepala Desa. Kamituwo mempunyai tugas, yaitu :

a. Menjalankan sebagian kegiatan kepala desa dalam kepemimpinan di wilayah kerjanya.


(1)

3. Pelatihan

Sasaran kajian ketiga dari fokus kedua sebagai salah satu strategi kepala desa dalam meningkatkan kinerja pegawai yaitu dengan mengikutsertakan pegawai dalam pelatihan. Peningkatan kemampuan melalui pelatihan komputer, maksudnya mengikutsertakan para aparatur pemerintahan daerah setiap ada kesempatan dalam kegiatan pelatihan, kursus, seminar dan sebagainya baik yang diselenggarakan sendiri maupun diselenggarakan oleh lembaga lain (Widodo, 2006 : 86).

Pelaksanaan pelatihan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Magetan adalah pembelajaran tentang Microsoft Office 2007. Yang dilaksanakan di Balai Kantor Kabupaten Magetan secara bersamaan yang diikuti oleh perwakilan dari instansi-instansi lainnya di lingkungan Kabupaten Magetan. Kepala Desa Tegalarum megikutsertakan Suwito selaku Kaur Keuangan. Dikarenakan proses penyiapan data administrasi serta pembukuan merupakan hal yang sangat penting diperhatikan. Sesuai dengan Fungsi Bagian Keuangan pada PERDA Tahun 2006 Pasal 10 Ayat 3, terlampir.

Dengan adanya pelatihan tersebut kinerja administratif di Kantor Desa Tegalarum meningkat terbukti pegawai yang dikirim mampu mengoperasionalkan program baru microsoft office 2007. Selain itu program excel mampu mempercepat pekerjaan pengolahan data dan pembuatan laporan keuangan yang menjadi tupoksinya.


(2)

ditulis oleh Widodo (2006 : 84) bahwa strategi atau perilaku pemimpin birokrasi pemerintahan dalam meningkatkan kinerja individu dan organisasi yaitu meningkatkan kemampuan atau kualitas aparatur pemerintah. Aparatur pemerintah daerah dapat dikatakan berkualitas, jika mereka mempunyai kemapuan untuk melaksanakan kewenangan dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kemampuan untuk melaksanakan kewenangan dan tanggung jawab yang diberikan tadi, hanya dapat dicapai jika mereka mempunyai bekal pendidikan, pelatihan, dan pengalaman yang cukup dan memadai untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan.

Peningkatan kualitas pegawai melalui mengikutsertakan dalam pelatihan komputer terbukti berhasil meningkatkan kinerja pegawai peserta pelatihan maupun pegawai lain yang tidak mengikuti pelatihan karena Bapak Suwito menularkan pengetahuannya kepada teman kerjanya dalam mengoperasionalkan program baru yaitu microsoft office 2007 yang sebelumnya menggunakan program microsoft office 2003. Berarti kepala desa tanggap pada perkembangan teknologi yang mendukung pelaksanaan pekerjaan.


(3)

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Penilaian kerja melalui Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) dilakukan oleh Kepala Desa Tegalarum Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan kepada Sekretaris Desa berhasil menjadi salah satu strategi dalam upaya meningkatkan kinerja pegawai Kantor Desa. Hal ini diperkuat oleh kebutuhan pegawai dalam rangka proses kenaikan pangkat nilai DP3 harus meningkat otomatis dengan sendirinya pegawai akan meningkatkan kinerja.

2. Penilaian kinerja melalui penggunaan form penilaian kerja merupakan bentuk strategi Kepala Desa juga dalam meningkatkan kinerja pegawai Kantor Desa Tegalarum. Proses pelaksanaanya dilakukan bersama sama dengan pelaksanaan DP3 yang membedakan adalah unsur yang dinilai dan parameter penilaian dimana DP3 menggunakan kuantitatif nilai angka sedangkan penilain kerja pegawai menggunakan kualitatif tingkatan rendah, sedang, tinggi.

3. Peningkatan kualitas pegawai melalui mengikutsertakan dalam seminar berhasil meningkatkan kinerja pegawai sekretaris Desa tetapi secara kuantitas belum diikuti oleh pegawai yang lain karena belum ada seminar


(4)

4. Peningkatan kualitas pegawai melalui mengikutsertakan dalam penataran berhasil meningkatkan kinerja pegawai sekretaris Desa walaupun penataran tersebut diperuntukkan kepala desa tetapi strategi mewakilkan kepada Sekretaris Desa dalam keikutsertaan penataran justru berhasil meningkatkan kinerja Sekretris Desa.

5. Peningkatan kualitas pegawai melalui mengikutsertakan dalam pelatihan komputer berhasil meningkatkan kinerja pegawai peserta pelatihan maupun pegawai lain yang tidak mengikuti pelatihan.

5.2. Saran

Adapun saran yang peneliti berikan sebagai masukan kepada Kepala Desa Tegalarum Kecamatan Bendo kabupaten Magetan, sebagai berikut : 1. Ukuran parameter penilaian kerja pegawai disarankan untuk dibuuat sama

seperti penilaian DP3 yaitu berupa skor nilai angka. Agar tampak jelas perubahannya karena mas kerja pegawai jangka panjang.

2. Menambah jumlah peserta seminar baik kuantitas maupun dalam berbagai tema seminar yang sesuai kebutuhan organisasi.

3. Strategi mewakilkan atau memberikan kewenangan kepada pegawai dalam keikutsertaan kegiatan penataran agar dipertahankan dengan tetap mempertimbangkan pemilihan pada orang yang tepat atau “ the right man and the right place ”.

4. Pada peningkatan kualitas melalui pelatihan dimasa mendatang disarankan bila tidak dimungkinkan mengirim dalam jumlah banyak maka dipilih


(5)

pegawai yang mampu menyerap materi dan menularkan hasil pelatihan kepada pegawai yang lain.

5. Perlu dipikirkan untuk mengikutsertakan pegawai yang belum pernah sama sekali mengikuti seminar, penataran, pelatihan agar dapat memotivasi pegawai tersebut untuk mendapatkan kesempatan menambah kemampuan kerja yang pada akhirnya meningkatkan kinerja pegawai.


(6)

Adisasmita, Rahardjo, Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2006.

Kartono, Kartini, Pemimpin dan Kepemimpinan, apakah pemimpin abnormal?, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persana, 2004.

Mahmudi, Manajemen Kinerja Sektor Publik, Yogyakarta, UPP AMP YKPN, 2005

Moleong, Lexy, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,

2004.

Nawawi, Hadari dan Hadari, Martini, Kepemimpinan yang Efektif, Yogyakarta ;

Gajah Mada University Press, 1993.

Nogi, Hessel, Manajemen Publik, Jakarta, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2005

Permadi, Pemimpin Dan Kepemimpinan Dalam Manajemen, Jakarta, Rineka Cipta,

1996.

Samsudin, Sadili, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bandung : CV. Pustaka Setia, 2006.

Schuler, Randal dan Jarkson, Suzan, Manajemen Sumber Daya manusia, Menghadapi Abad Ke 21, edisi ke enam jilid ke 2, Jakarta : penerbit Erlangga, 1999.

Thoha, Miftah, Kepemimpinan Dalam Manajemen, Jakarta : PT. Raja Grafindo, 2001.

Widodo, Joko, Membangun Birokrasi Berbasis Kinerja, Malang : Bayumedia Publishing, 2006.

Peraturan Daerah Kabupaten Magetan No. 5 Tahun 2006 Tentang Pedoman, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa.


Dokumen yang terkait

Kajian Saluran Irigasi Tersier di Desa Namu Ukur Utara Daerah Irigasi Namu Sira-Sira Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat

3 76 102

Relasi Kekuasaan Kepala Daerah Dengan Kepala Desa (Melihat Good Governance Kepala Desa Nagori Dolok Huluan, Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun)

4 83 107

Keragaman Alga Merah (Rhodophyta) Di Pantai Gamo Desa Sisarahili Gamo Kota Gunung Sitoli Nias

2 74 66

Peran Kepemimpinan Kepala Desa Dalam Mewujudkan Good Governance"(Suatu Penelitian Deskriptif Kualitatif di Desa Sigalapang Julu Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal)

27 139 108

Kajian Saluran Irigasi Tersier di Desa Durian Lingga Daerah Irigasi Namu Sira Sira Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat

1 75 85

Strategi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam meningkatkan Pendapataan Asli Daerah Kabupaten Karo ( Studi kasus pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo)

51 271 153

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap Peningkatan Pertisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan (Studi Pada Desa Galang Suka Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang)

18 209 128

KEWENANGAN KEPALA DESA DALAM PENGELOLAAN USAHA DESA DI DESA MORO KECAMATAN SEKARAN KABUPATEN LAMONGAN

0 0 114

KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN LANSIA (Studi Deskriptif Tentang Kualitas Pelayanan Kesehatan Lansia di Puskesmas Bendo, Desa Tegalarum, Kabupaten Magetan) Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 20

STRATEGI KEPALA DESA DALAM MENINGKATKAN KINERJA PEGAWAI DI KANTOR DESA TEGALARUM KECAMATAN BENDO KABUPATEN MAGETAN

0 1 18