27
2.3.4. Pelatihan Profesional
Untuk memenuhi persyaratan sebagai seorang profesional, akuntan publik harus menjalani pelatihan teknis dan berpengalaman dibidang
auditing, antara lain memiliki pengalaman kerja di KAP minimal 3 tahun yang setara dengan 4000 jam, serta pendidikan profesional yang
berkelanjutan selama menjalani karir sebagai akuntan publik Benny dan Yuskar, 2006.
Menurut Stolle 1976 pelatihan profesional dipertimbangkan oleh mahasiswa yang memilih profesi akuntan publik.
Mahasiswa akuntansi yang memilih karir menjadi akuntan publik memerlukan pelatihan kerja. Hal ini dimaksudkan karena untuk menjadi
seorang akuntan publik yang dapat melaksanakan pekerjaan audit dengan baik, tidak cukup hanya dengan bekal pendidikan formal semata tetapi juga
harus ditunjang oleh pengalaman praktek di lapangan dengan jam kerja yang memadai.
Pelatihan profesional merupakan pelatihan yang diberikan guna untuk peningkatan kemampuan dan keahlian suatu profesi. Tidak hanya itu,
pelatihan profesional juga merupakan suatu persiapan dan pelatihan yang harus dilakukan sebelum memulai suatu karir. Pelatihan profesional
merupakan salah satu faktor penghargaan non finansial. Selain bertujuan mencari penghargaan finansial, dalam pemilihan profesi oleh mahasiswa
juga ada keinginan untuk mengejar prestasi dan mengembangkan diri. Hal ini akan didapatkan melalui pelatihan profesional yang disediakan oleh
pemberi kerja ataupun asosiasi yang menaunginya. Beberapa elemen dalam
28 pelatihan profesional antara lain: pelatihan sebelum bekerja, mengikuti
pelatihan di luar lembaga, mengikuti pelatihan rutin lembaga, dan variasi pengalaman kerja Aprilyan, 2011.
2.3.5. Pengakuan Profesional
2.3.5.1. Pengertian Pengakuan Profesional
Istilah “Profesional” diadaptasikan dari istilah bahasa Inggris yaitu Profession yang berarti pekerjaan atau karir. Pengakuan profesioanl ini
dapat juga dikategorikan sebagai penghargaan yang tidak berwujud finansial Stolle,1976. Pengakuan secara formal diberikan oleh suatu badan atau
lembaga yang mempunyai kewenangan untuk itu, yaitu pemerintah danatau organisasi profesi. Sedangkan secara informal pengakuan itu diberikan oleh
masyarakat luas dan para pengguna jasa, dalam hal ini jasa akuntan publik. Rahayu, dkk 2003 mengungkapkan bahwa mahasiswa yang
memilih profesi akuntan publik dan akuntan perusahaan menganggap bahwa profesi yang mereka pilih akan memberikan banyak kesempatan untuk
berkembang. Mahasiswa yang memilih profesi akuntan perusahaan menganggap bahwa pengakuan prestasi atas profesi mereka lebih tinggi
dibanding dengan profesi yang lain. Sedangkan mahasiswa yang memilih profesi akuntan pendidik menganggap bahwa profesi yang mereka pilih
memberikan kesempatan berkembang yang lebih rendah jika dibandingkan dengan profesi akuntan pemerintah. Hal diatas dapat diartikan bahwa
pengakuan profesional dalam berkarir akan dapat meningkatkan motivasi yang pada akhirnya juga akan meningkatkan produktivitas kerja.
29
2.3.5.2. Parameter Pengakuan Profesional
Pengakuan profesional yang diberikan dapat berupa hal yang berwujud maupun yang tidak berwujud. Perlu adanya indikator-indikator
tertentu agar pengakuan yang diberikan sesuai dengan target yang diharapkan. Misalnya pemberian penghargaan terhadap prestasi kerja yang
diharapkan dapat memotivasi semangat kerja agar menjadi lebih giat lagi. Hal ini dapat dilihat apakah pekerjaan yang dilakukannya menjadi lebih baik
dari sebelumnya atau malah mengurangi semangat kerjanya karena ia mengira pencapaiannya telah selesai.
Merdekawati dan Sulistyawati 2011 mengungkapkan elemen- elemen dalam pengakuan profesional diantaranya adalah adanya pelatihan
kerja, adanya pelatihan profesi, adanya pengakuan prestasi, pengalaman kerja yang bervariasi, kesempatan berkompetisi dan perlunya keahlian untuk
mencapai sukses. Hal ini dapat berarti bahwa pengakuan profesional dapat diukur melalui adanya kesempatan untuk berkembang yang diberikan,
adanya pengakuan apabila berprestasi, memiliki cara untuk naik pangkat, dan memiliki keahlian untuk mencapai sukses agar dapat diakui. Dengan
diakuinya prestasi kerja akan dapat meningkatkan kualitas pekerjaan yang dihasilkan dan dapat memotivasi untuk meningkatkan karir Wudjud, 2010.
2.3.6. Nilai-nilai Sosial
30 Wikipedia Indonesia 2013 mendefinisikan nilai sosial sebagai
“nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat”. Nilai-nilai sosial
ditunjukkan sebagai faktor yang menampakkan kemampuan seseorang pada masyarakatnya atau dengan kata lain, nilai seseorang dari sudut pandang
orang-orang lain di lingkungannya Aldahar, 2013. Nilai sosial merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dalam memilih karir.
Mahasiswa akuntansi beranggapan bahwa profesi akuntan publik lebih memberi kesempatan untuk berinteraksi dengan orang lain, lebih
memberi kesempatan untuk menyediakan jasa sosial dan lebih prestisius dibandingkan profesi akuntan perusahaan Stolle, 1976. Nilai-nilai sosial
dapat diindikasikan melalui enam pernyataan mengenai kesempatan melakukan kegiatan sosial, kesempatan untuk berinteraksi dengan orang
lain, kesempatan untuk menjalankan hobi, memperhatikan perilaku individu, pekerjaan yang lebih bergengsi di bidang karir lainnya dan kesempatan
untuk bekerja dengan ahli di bidang lain Wijayanti, 2001. Carpenter dan Strawser 1970 menyatakan bahwa reputasi pekerjaan merupakan salah
satu faktor yang dipertimbangkan dalam pemilihan profesi. Hal ini berarti bahwa faktor pandangan orang lain terhadap suatu pekerjaan mempengaruhi
keputusan seseorang dalam memilih profesi.
2.3.7. Lingkungan Kerja