Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Pendidikan Kepemudaan Berbasis Kecakapan Hidup

85 muncul karena saya juga ada kemampuan tentang teknik mesin yang saya pelajari saat di Lembaga Pemasyarakatan dan ilmu ekonomi yang saya dapatkan, jadi dengan bekal itu selama ini saya dapat mengembangkan usahanya. Berdasarkan hasil wawancara terhadap mantan Warga Binaan Pemasyarakatan disimpulkan bahwa mantan Warga Binaan Pemasyarakatan yang sekarang sudah hidup di masyarakat umum menjadi pemuda yang lebih percaya diri dengan sudah bisa bekerja secara layak dan berkomunikasi aktif terhadap masyarakat umum, dia dapat menutupi kekurangannya dengan menunjukkan pada semua orang bahwa dia pemuda yang dapat menunjukkan eksistensinya walaupun di masa lalu pernah gagal dalam kehidupannya.

C. Pembahasan 1. Program Pendidikan Kepemudaan Berbasis Kecakapan

Hidup. Implementasi dapat dikatakan sebagai pelaksanaan yang telah dirancang sebelumnya yang dilakukan dengan aksi nyata yang mampu dirasakan hasilnya. “Implementasi diantaranya merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan, pengetahuan, ketrampilan maupun nilai dan sikap” Mulyasa, 2003: 93. Hal ini berarti Implementasi Pendidikan Kepemudaan Berbasis Kecakapan Hidup di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas IIA Yogyakarta adalah penerapan pendidikan, pengajaran maupun pembinaan untuk pemuda korban Narkotika yang ada di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas IIA Yogyakarta dan sejauh mana keterlaksanaannya dalam meningkatkan Kecakapan Hidup Warga Binaan Pemasyarakatan. 86 Dari penelitian yang dilakukan peneliti, pendidikan kepemudaan yang berbasis kecakapan hidup melalui pembinaan kemandirian dan pembinaan kepribadian wajib diikuti dan keduanya tidak dapat dipisahkan karena merupakan pendidikan, pembinaan yang komprehensif untuk meningkatkan kecakapan hidup pemuda Warga Binaan Pemasyarakatan. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa “Generic Life Skill dengan Spesific Life Skill yaitu antara kecakapan mengenal diri, kecakapan berfikir rasional, kecakapan sosial dan kecakapan akademik serta kecakapan vokasional tidak berfungsi secara terpisah-pisah atau tidak terpisah secara ekslusif” Anwar, 2006: 31. Kecakapan-kecakapan tersebut menyatu menjadi sebuah tindakan individu itu sendiri yang melibatkan berbagai aspek diantaranya fisik, mental, emosional, dan intelektual. Kecakapan tersebut dimiliki Warga Binaan Pemasyarakatan yang sebagian besar usia pemuda yang akan mendapatkan pelayanan untuk memberdayakan dirinya seperti ketrampilan pembuatan springbed, paving block, menjahit, pengelasan, perkayuan pertanian maupun perikanan sesuai bakat minat masing- masing, namun dalam perkembangnya dirasakan masih perlu penambahan program pembinaan yang dapat menyalurkan hobi dan mengurangi tingkat stres Warga Binaan Pemasyarakatan untuk mendapatkan hiburan dan tidak tertekan seperti dapat rekaman menyanyi dan karaokean. Dalam proses pembinaan kegiatannya masih belum digolongkan menurut usia, Warga Binaan Pemasyarakatan yang usia pemuda masih digabung dengan beberapa Warga Binaan Pemasyarakatan yang sudah bukan usia pemuda. Dari pembinaan kemandirian atau hard skill, Warga Binaan Pemasyarakatan juga 87 memperoleh pembinaan soft skill melalui pembinaan kepribadian diantaranya Komunikasi Informasi Edukasi, Kelompok Dukungan Sebaya, Criminon, Kerohanian dan Berbangsa bernegara. 2. Penentuan Program Pendidikan Kepemudaan Berbasis Kecakapan Hidup untuk Warga Binaan Pemasyarakatan. Penentuan program dalam pembinaan ini sebagai langkah persiapan untuk memahami kemampuan pembina dan minat belajar Warga Binaan Pemasyarakatan, “selain itu persiapan pembelajaran juga melibatkan warga belajar untuk mengungkapkan kebutuhan belajar yang dirasakan tentang pengetahuan, keterampilan, dan atau nilai apa yang ingin dimiliki melalui kegiatan pembelajaran” Sudjana 2000: 155, dalam hal ini pembelajaran yang dimaksud adalah kegiatan pembinaan. “Partisipasi pada tahap perencanaan adalah keterlibatan peserta didik dalam kegiatan mengidentifikasi kebutuhan belajar, permasalahan dan prioritas masalah, sumber-sumber atau potensi yang tersedia dan kemungkinan hambatan dalam pembelajaran” Sudjana, 2000: 155. Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa saat penentuan program untuk Warga Binaan Pemasyarakatan dilakukan analisis minat dan bakat dari ketika Warga Binaan Pemasyarakatan masuk kedalam Lembaga Pemasyarakatan dengan bantuan konselor, pembimbing, pembina, dan stakeholder, hal ini dimaksudkan untuk lebih tepat sasaran dan melayani kebutuhan dengan lebih bijak, namun ada beberapa Warga Binaan Pemasyarakatan yang memiliki bakat tertentu belum dapat disalurkan secara maksimal, seperti halnya memiliki bakat seni belum ada yang mendampingi secara khusus untuk dapat dikembangkan saat di lembaga. 88 Dalam melibatkan Warga Binaan Pemasyarakatan ternyata akan mampu mengembangkan emansipasi pemuda yang merupakan sifat khas anak muda dalam masa hidup ini. “Emansipasi merupakan suatu proses dalam proses tersebut seseorang selama berkembang bersama-sama orang lain yang ada dalam keadaan yang sama belajar untuk mengaktualisasikan diri sebagai kelompok yang diperlakukan sama” F.J.Monks, 2006: 293.

3. Pelaksanaan Pendidikan Kepemudaan Berbasis Kecakapan Hidup

Dari hasil penelitian diketahui bahwa, pelaksanaan Pendidikan Kepemudaan Berbasis Kecakapan Hidup yang sesuai dengan kebutuhan Warga Binaan Pemasyarakatan karena menyalahgunakan narkotika didalamnya diperlukan pembinaan untuk mengembangkan aspek fisik, mental, jasmani dan spiritual. Sedangkan Pembinaan Kemandirian dan Kepribadian yang disebut hard skill dan soft skill dilakukan dengan penyampaian teori dan pemahaman untuk pembinaan kepribadian dan praktik untuk pembinaan kemandirian dimana keduanya memiliki makna tidak terpisah untuk Warga Binaan Pemasyarakatan yang relatif usia pemuda dengan latar belakang kemampuan yang heterogen. “sesuai makna bahwa pembelajaran yang dilakukan itu didasarkan atas dan disesuaikan dengan latar belakang kehidupan peserta didik” Sudjana, 2000: 173. Setelah mendapatkan materi dari kedua pembinaan ini pemuda Warga Binaan Pemasyarakatan dapat mengembangkan kemampuan berinteraksi sosial dengan Warga Binaan Pemasyarakatan lain, dan berkomunikasi serta bekerjasama yang baik dalam melakukan pekerjaan tertentu. Hal ini juga sesuai dengan 89 karakteristik kecakapan hidup sendiri bahwa “ terjadi proses interaksi saling belajar dan ahli” Anwar 2006: 21. Berdasarkan hasil penelitian penggunaan metode dalam penyampaian kegiatan tergantung dengan jenis pembinaannya bahwa pembinaan secara kepribadian menggunakan ceramah, tanya jawab dan diskusi. Namun dalam pembinaan kemandirian yang berupa ketrampilan kerja menggunakan praktek langsung. Sarana dan prasarana dapat menunjang keberhasilan suatu kegiatan, walaupun sudah cukup lengkap, tapi alangkah baiknya jika terus dikembangkan agar semakin maju. Pada intinya kegiatan menekankan pada proses dan bukan semata-mata hanya menekankan hasil, karena essensinya untuk membentuk pemuda Warga Binaan Pemasyarakatan yang cakap dan bermanfaat untuk kehidupan baik saat dilembaga maupun setelah bebas nanti dengan berbagai macam kegiatan binaan. Sesuai dengan prinsip kecakapan hidup bahwa penyelenggaraan pendidikan harus senantiasa mengarahkan peserta didik agar: “a membantu mereka untuk menuju hidup sehat dan berkualitas, b mendapatkan pengetahuan dan wawasan yang lebih luas, dan c memiliki akses untuk mampu memenuhi standar hidupnya secara layak” Anwar, 2006: 22. Pendidikan Kepemudaan berbasis Kecakapan Hidup yang dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II A Yogyakarta melalui dua pembinaan kepribadian soft skill dan pembinaan kemandirian hard skill. a. Pembinaan Kemandirian hard skill Pembinaan ini memberikan bekal ketrampilan pada pemuda Warga Binaan Pemasyarakatan sehingga dapat mengembangkan minat dan potensi yang